Ketersediaan : Tersedia

SYAIKH SITI JENAR #6: SULUK MALANG SUNGSANG

Deskripsi Produk

Kekacauan yang terjadi di tanah air banyak diopinikan sebagai berkaitan dengan soal agama, namun keyakinan saya bergeming: itu hanya buntut persoalan. Persoalan sejatinya ialah ulah pihak berkepentingan (politik/kekuasaan) yang bisanya cuma mengajak Tuhan untuk mendukung kepentingannya, namun tidak ditunjang oleh kemampuannya sendiri. Dikiranya Tuhan adalah pandai besi yang sewaktu-waktu bisa…

Baca Selengkapnya...

Rp 64.000

Rp 25.000

Kekacauan yang terjadi di tanah air banyak diopinikan sebagai berkaitan dengan soal agama, namun keyakinan saya bergeming: itu hanya buntut persoalan. Persoalan sejatinya ialah ulah pihak berkepentingan (politik/kekuasaan) yang bisanya cuma mengajak Tuhan untuk mendukung kepentingannya, namun tidak ditunjang oleh kemampuannya sendiri. Dikiranya Tuhan adalah pandai besi yang sewaktu-waktu bisa mereka minta buatkan pedang untuk melawan hamba-hamba-Nya sendiri. Masya Allah.
 
Demikian, karena kekacauan itu, melihat manusia secara utuh sebagaimana adanya adalah barang luks. Apalagi bila manusia itu merupakan pihak yang kalah oleh kekuasaan. Seberapa banyak orang yang mengetahui sirah, riwayat lengkap kehidupan al-Hallaj, misalnya? Bahkan kisah tokoh kita sendiri, Syaikh Siti Abdul Jalil atau Syaikh Siti Jenar. Banyak di antara kita hanya tahu bahwa wali songo tinari itu telah dihukum mati, sebagaimana al-Hallaj, karena ajarannya dianggap menyimpang. Bagaimana kira-kira wajah sejarah seandainya yang dekat dengan pusat kekuasaan saat itu justru Syaikh Siti Jenar? Apa yang bakal terjadi jika "akidah" penguasa sama dengan Syaikh Siti Jenar?
 
Buku-buku yang ditulis belakangan tentang "tokoh kontroversial" itu umumnya sekadar menjelaskan sebab musabab kenapa ia dihukum. Orang hampir tak pernah disuguhi riwayat pribadinya sebagai manusia beriman. Untunglah ada Saudara Agus Sunyoto yang menyusun buku tentang tokoh legendaris itu dengan maraji' (referensi) yang lain sehingga kita bisa membaca riwayat hidupnya yang hanya kita kenal sebagai "pesakitan" saja.
 
—KH. Ahmad Mustofa Bisri dalam Kata Pengantar
 
TENTANG PENULIS
 
Agus Sunyoto, Drs., M.Pd., dilahirkan di Surabaya, 21 Agustus 1959. Pendidikan S1 diselesaikan di Jurusan Seni Rupa, FPBS IKIP Surabaya tahun 1985. Magister Kependidikan diselesaikan tahun 1990 di Fakultas Pascasarjana IKIP Malang bidang Pendidikan Luar Sekolah.
Pengalaman kerja diawali sebagai kolumnis sejak 1984. Tahun 1986-1989 menjadi wartawan Jawa Pos. Setelah keluar dan menjadi wartawan freelance, sering menulis no­vel dan artikel di Jawa Pos, Surabaya Post, Surya, Republika, dan Merdeka. Sejak tahun 1990-an mulai aktif di LSM serta melakukan penelitian sosial dan sejarah. Hasil penelitian ditulis dalam bentuk laporan ilmiah atau dituangkan dalam bentuk novel.
Karya-karyanya yang sudah diterbitkan dalam bentuk buku adalah: Sumo Bawuk (Jawa Pos, 1987); Sunan Ampel: Taktik dan Strategi Dakwah Islam di Jawa (LPLI Sunan Ampel, 1990); Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Sosial dan Keagamaan (Kalimasahada, 1994); Banser Berjihad Melawan PKI (LKP GP Ansor Jatim, 1995), Darul Arqam: Gerakan Mesianik Melayu (Kalimasahada, 1996); Wisata Sejarah Kabupaten Malang (Lingkaran Studi Kebudayaan, 1999); Pesona Wisata Sejarah Kabupaten Malang (Pemkab Malang, 2001).
Karya-karya fiksinya banyak dipublikasikan dalam bentuk cerita bersambung, antara lain di Jawa Pos: Anak-Anak Tuhan (1985); Orang-Orang Bawah Tanah (1985); Ki Ageng Badar Wonosobo (1986); Khatra (1987); Hizbul Khofi (1987); Khatraat (1987); Gembong Kertapati (1988); Vi Daevo Datom (1988); Angela (1989); Bait al Jauhar (1990); Angin Perubah­an (1990).Di harian sore Surabaya Post: Sastra Hajendra Pang­ruwat Diyu (1989); Kabban Habbakuk (1990); Misteri di Snelius (1992); Kabut Kematian Nattayya (1994); Daeng Se­kara (1994-1995); Sang Sarjana (1996); Jimat (1997). Di ha­rian Surya: Dajjal (1993). Di Radar Kediri, sejak tahun 2000 hingga sekarang: Babad Janggala-Panjalu dengan episode: (1) Rahuwahana Tattwa, (2) Ratu Niwatakawaca, (3) Ajisaka dan Dewata Cahangkara, (4) Titisan Darah Baruna. Di harian Bangsa: Suluk Abdul Jalil (2002).
 
KEUNGGULAN
  1. Ditulis oleh pakar di bidangnya, seorang sastrawan.
  2. Ketua Lesbumi PBNU.
 

Spesifikasi Produk

SKU IM-124
ISBN 9786024410322
Berat 240 Gram
Dimensi (P/L/T) 0 Cm / 0 Cm/ 0 Cm
Halaman 320
Jenis Cover

Ulasan Produk

Tidak ada ulasan produk