Ketersediaan : Habis

AHOK: Wawancara Eksklusif dengan Ahok, Keluarga, Sahabat, dan Wa

Deskripsi Produk

“Orang waras pilih Ahok,” ujar Ahok mengutip perkataan kenalannya ketika dimintai usulan judul buku pada minggu ketiga Juni 2014. Biografi ini mengupas kehidupan Ahok berdasarkan wawancara dengan Ahok sendiri, keluarga, orang-orang terdekat, dan 9 ahli dari berbagai bidang. Kisahnya dari balita hingga dewasa, pengalaman hidup dan peristiwa-peristiwa ringan yang dia…

Baca Selengkapnya...

Rp 74.000

Rp 62.900

“Orang waras pilih Ahok,” ujar Ahok mengutip perkataan kenalannya ketika dimintai usulan judul buku pada minggu ketiga Juni 2014.
Biografi ini mengupas kehidupan Ahok berdasarkan wawancara dengan Ahok sendiri, keluarga, orang-orang terdekat, dan 9 ahli dari berbagai bidang. Kisahnya dari balita hingga dewasa, pengalaman hidup dan peristiwa-peristiwa ringan yang dia alami, memberi gambaran seperti apa Ahok sesungguhnya. Bagaimanapun juga, Ahok kini merupakan ikon pejabat yang berani, bersih, dan mau bekerja keras demi rakyak.

Memang, judul buku ini akhirnya bukan Orang Waras Pilih Ahok, karena sesungguhnya bagi rakyak ada yang lebih penting daripada sekadar memilih seorang Ahok, yaitu memegang teguh Politik Akal Sehat. Prinsip inilah yang diharapkan menggiring rakyat untuk memilih pemimpin berkarakter bersih, transparan, dan profesional. Tentu saja tak meski Ahok karena Ahok berulang kali mengatakan, “Kalau ada yang lebih bagus dari saya, ya jangan pilih saya. Kalau ada.”

Tentang MEICKY SHOREAMANIS PANGGABEAN

Resensi

“Sejauh ini yang saya lihat, Pak Ahok konsisten dalam berpolitik, berkomitmen dalam pekerjaan, dan tidak kompromi dengan kepalsuan. Pak Ahok adalah pemimpin yang rasional. Anak buahnya yang baik didukung, yang tidak lurus ditegur, bahkan dihukum. “Tidak ada budaya sungkan melawan siapa pun. Yang benar, dikatakan benar, yang salah, dikatakan salah. Tidak ada ruang untuk kompromi. Pak Ahok siap untuk sendirian tanpa kawan, tetapi beliau juga bersemangat bersahabat dengan mereka yang se-visi memajukan negeri ini. Pak Ahok, bermental pemimpin yang baik, layak untuk diikuti. “Buku yang ditulis oleh Meicky Shoreamanis ini, dengan gamblang membedah tindakan, pemikiran, dana palandasan moral ‘Politik Akal Sehat’ Pak Ahok. Buku ini kaya informasi. Beberapa tulisan yang dikutip, menunjukkan otentisitas Pak Ahok, sebagai figur riil dan bukan hanya sebuah citra. Penulis mampu menampilkan sisi ‘manusia’ Pak Ahok, yang terintegrasi dengan ‘figure’ kepemimpinannya, yang asli dan tidak dibuat-buat.” —Tikno Iensufiie, Jakarta, Pembicara seminar, trainer. “Saya tidak pernah tertarik dengan politik di Indonesia sampai PILKADA DKI 2012. Yang membedakan Ahok dengan pejabat lainnya: Ahok satu-satunya pejabat yang berani melawan mafia-mafia dan koruptor. Dan, beliau independen (karena partai terlalu banyak kepentingan).” —Christine Gunawan, Breda, Netherland “Melihat Ahok adalah melihat kesadaran negeri ini untuk berubah. Di balik sikapnya yang penuh emosi dalam menjalankan tugas-tugas publik beliau justru menyentakkan kepada kita, sesuatu yang sudah asing, tetapi seharusnya ada yaitu ‘Transparansi dan Akuntabilitas’. Dua hal inilah yang paling jelas dalam karakter politik Ahok. “Sebagai pengamat Media Sosial, saya melihat ada revolusi birokrasi penting dalam lokomotif perubahan birokrasi di Indonesia. Pertama, Ahok membuka soal transparansi rapat-rapat di lingkungan birokrasi pemda. Di sinilah kemudian masyarakat menyaksikan banyak keganjilan-keganjilan di mesin birokrasi Pemda DKI. Dari keganjilan ini Ahok menciptakan panggung di lingkup media sosial tentang bagaimana selayaknya. Kedua, Ahok menggunakan media online untuk terus-menerus menyebarkan akal sehat, sehingga banyak sekali kelas menengah Jakarta, yang memang dengan baik terdidik soal kebijakan publik, yang mendukungnya. Dan ketiga, Ahok menghancurkan imaji seorang pejabat yang anggun, diam dan angker, menjadi pejabat yang amat manusiawi. “Saya kira inilah yang diubah Ahok, dan dalam buku ini yang ditulis oleh Meicky Shoreamanis Panggabean, seorang guru yang baik dengan perhatian utamanya adalah membangkitkan kesadaran menulis bagi anak didiknya, menceritakan Ahok dengan baik. Hal ini disampaikan lewat wawancara yang santai dan penuh greget. Ahok ditampilkan dengan baik sebagai manusia yang tumbuh dari lingkaran kesadaran suku Tionghoa-Indonesia, yang seperti biasa, diasingkan dan dianggap ‘asing’ selamanya oleh suku-suku lain di Indonesia, karena warisan politik kolonial Belanda. “Ahok mendobrak kesadaran publik, bahwa ke-Indonesia-an adalah sebuah bangunan alam bawah sadar untuk mencintai sebuah negeri tempat ia lahir, hidup dan berkembang. Sebuah negeri yang memberikan ruang hidup, sebuah negeri bebas merdeka bernama: Indonesia Raya. “Kisah Ahok di masa lalu dan masa kini, yang ditulis dalam buku ini sangat baik sebagai ‘bahan pencerita’ kepada generasi penerus untuk mencintai negeri ini, dan menolak diskriminasi. Dengan keberanian seperti Ahok, kita bisa menolak segala bentuk stigma tanpa fakta, segala bentuk prasangka keyakinan, segala bentuk perbedaan agama, perbedaan suku. Karena kita tidak bisa menolak dilahirkan dari siapa, tetapi kita bisa menentukan pandangan kita untuk menghargai tiap manusia lewat gerak hidupnya, bukan lewat prasangka-prasangka.” —Anton DH Nugrahanto, Jakarta, Pengamat Media Sosial “Ahok itu Pasti Pas. Beliau gila secukupnya alias berani, cuek seperlunya dengan tetap memiliki argumen rasional, memilih bertempur untuk mendapat satu-dua kemenangan karena tidak mungkin memenangi semua peperangan, ‘sarap’ sedikit saja karena dia toh lolos tes kejiwaan calon pejabat. Ya gitu, AHOK. Sudah pas dia. Politik Akal Sehat adalah Ahok.” —Anang YB, Bekasi, www.GhostwriterIndonesia.com    —Ryan Gunawan, Sidney, Australia “Problem ketidakpuasan terhadap Ahok selama memimpin Jakarta adalah kita memiliki ekspektasi terlalu tinggi mengenai kriteria seorang pemimpin. Kita ingin sosok semerakyat Jokowi, sesimpatik Ridwan Kamil, sereligius Ahmad Heryawan, sebudayawan Dedi Mulyadi dari Purwakarta yang sedang naik daun, sekaligus juga bekerja dengan cepat dan efisien seperti adanya seorang Ahok. Dan, mungkin yang sering kali diributkan, mesti pula seakidah dengan kita. “Yang kita impikan adalah kesempurnaan tanpa cacat. Maka, kita akan kecewa dipimpin sosok seorang Ahok, karena yang kita harapkan sebenarnya adalah sosok Tuhan untuk memimpin, yang tiada cela. Mungkin kita akan terus kecewa dengan siapa pun yang nanti terpilih, karena sama sekali tidak ada satu pun yang bisa memenuhi ekspektasi kesempurnaan yang kita ajukan. “Padahal sebagai manusia, setiap pemimpin punya kekurangannya sekaligus juga kelebihannya masing-masing. Ahok memang tak pintar bermanis mulut, sesuatu yang sebenarnya bukan karena ketionghoaannya, tetapi karena asalnya dari Sumatera. Sebagai sesama orang Sumatera, saya sangat mengerti bagaimana mulut tajam orang Sumatera dalam berkomentar, tak bisa disandingkan apple to apple dengan Jokowi yang kental dengan kepemimpinan Jawa, atau Ridwan Kamil yang halus dengan logat Sundanya. “Sumatera adalah pulau yang tandus, panas, dan keras. Kita hidup dan survive dengan cara yang paling efisien, tak bertele-tele. Apapun potensi masalah yang bisa terjadi, harus dengan cepat diselesaikan, kalau bisa di detik itu juga, no compromise. Anda bisa cek kecenderungan itu mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepri, Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, hingga Bangka Belitung, kampung halaman Ahok. “Karena itulah Ahok bisa cepat beradaptasi dengan kerasnya Jakarta, dengan seluruh mafia, pengkavling tanah negara, rampok-rampok anggaran, hingga pengutip pedagang kaki lima dan parkir liar. Semuanya diperbaiki dengan langkah cepat dan keras. Suka atau tidak, inilah yang dibutuhkan Jakarta saat ini. Karena ia adalah sebuah ibu kota yang bergerak dengan tempo luar biasa cepat, maka membutuhkan penanganan yang tepat dan efisien pula. “Benar setiap zaman akan membutuhkan pemimpinnya sendiri-sendiri. Mungkin di suatu saat kita tidak membutuhkan lagi sosok keras dan efisien untuk membenahi ibu kota. Mungkin suatu saat, jika seluruh carut marut transportasi selesai dibenahi, jika masyarakat tak lagi tinggal memadati bantaran sungai, jika jalur busway tidak lagi dirampas pengendara mobil pribadi, jika MRT dan LRT telah selesai, kita akan mulai memikirkan tantangan baru, kota yang berbudaya dan halus tutur katanya. Saat itu terjadi, mungkin kita akan menemukan sosok Ahok yang sudah berbeda, yang lembut dan penuh welas asih. Mungkin juga ada sosok lain yang bisa memenuhi peran tersebut. “Namun, untuk sekarang, saya kira Ahok yang keras, tegas, dan efisien, masih menjadi sosok yang sanggup menjawab tantangan pembenahan Jakarta.” —Hariadhi, Jakarta, Editor, Community Manager “Yang paling keren menurut saya adalah ketulusan hati Ahok untuk NKRI. Sikapnya yang keras, jujur, sangat transparan dan juga keberaniannya yang luar biasa, jarang dimiliki oleh anak bangsa. Ahok bekerja sekuat tenaga untuk memakmurkan warganya. Ahok membuat kota Jakarta lebih bagus dan humanis dan sangat elok dipandang mata. Yang sangat keren lagi adalah beliau memerangi semua korupsi di semua level birokrasi tanpa kenal takut sedikit pun. Beliau adalah leader yang visioner.” —AriestiaGallacher, London, Inggris

Spesifikasi Produk

SKU ND-254
ISBN 978-602-385-118-8
Berat 400 Gram
Dimensi (P/L/T) 15 Cm / 23 Cm/ 0 Cm
Halaman 400
Jenis Cover

Ulasan Produk

Tidak ada ulasan produk