Kepala Mengerut telah berlalu, kini saatnya Patung-Patung Menjerit beraksi untuk membuat para pengunjung terpaku. Diorama lengkap TKP pembunuhan yang mencekam, mulai dari ranjang sampai noda darah. Seorang wanita kaya yang cantik digetok sampai mati oleh sang suami! Dumfrey yakin ini adalah salah satu ide paling brilian yang pernah dia ciptakan.
Nyatanya tidak. Tidak ada pengunjung yang datang ke museum, para penampil mulai bersitegang, dan mereka terancam kelaparan. Yang lebih buruk, bisa jadi museum akan segera ditutup dan mereka semua akan hidup luntang-lantung. Belum lagi beberapa kasus pembunuhan yang seolah menjadi kutukan dan terus membawa-bawa nama museum. Sam, Pippa, Thomas, dan Max harus melakukan sesuatu!
Namun, mengapa mereka terus merinding seolah tengah diawasi? Apakah si jahat Rattigan, pria yang “menciptakan” mereka telah kembali?
Buku kedua yang memiliki banyak
BENDA-BENDA MISTERIUS DAN MENAKJUBKAN di alamnya, seperti:
- Howie, si “PEMUDA BURUNG HANTU” yang kepalanya bias berputar 360°
- Patung-patung lilin yang sempurna dan sangat MENYERAMKAN
- Pemuda luar biasa kurus bernama CHUBBY
- Kaki mekanis yang sungguh MENGERIKAN
YANG MASIH TIDAK AKAN KAU TEMUKAN DALAM BUKU INI:
- Kisah yang MEMPERINGATKANMU tentang berlari dengan gunting
- Sayuran BERGIZI yang tidak enak.
-Dongeng sebelum tidur yang MANIS tentang seekor kelinci nakal.
-Dua CIUMAN BASAH di pipi dari bibimu, Mildred.
NUKILAN BUKU
1
“Nihil,” kata Max muak sambil beranjak dari jendela. Telapak tangannya meninggalkan jejak di kaca. “Tidak ada pengunjung tolol barang satu pun.”
Pippa mengerang. “Terlalu panas untuk pertunjukan,” katanya. Dia telentang di lantai linoleum sejuk sambil mengipasi diri dengan selembar brosur dari meja informasi, yang mengiklankan objek pameran terbaru di museum itu, yakni gunting kuno yang konon digunakan oleh Delilah untuk memotong rambut Samson.
Saat itu baru jam sebelas pagi dan suhu udara di New York City sudah mencapai 32 derajat Celcius. Jalan di luar Museum Aneh tapi Nyata Dumfrey tampak sehening lukisan. Semalam Max, Sam, Thomas, dan Pipa berkemah di lobi karena loteng tempat mereka tidur bersama para penampil lain serasa bak sauna.
“Pip benar,” kata Sam, sekilas memalingkan pandang dari pipa baja di tangannya yang sedang dia tekuk dan puntir sehingga membentuk lingkaran.
“Siapa pun yang punya otak pasti di rumah saja, di depan kipas angin.”
“Atau berenang di air es,” kata Pippa. “Atau pindah ke Kutub Utara.”
Max mendesah. Apa gunanya menyempurnakan aksi pisaunya—apa gunanya mengerjakan apa pun?—kalau tidak ada hadirin yang menyorakinya? Meski begitu, diambilnya sebutir apel dari keranjang di kakinya dan diseimbangkannya buah itu dengan hati-hati di atas kepala beruang grizzly pajangan. Kemudian Max mundur kira-kira empat meter, dengan kagok mengikat kain sehingga menutupi matanya, mengangkat pisau, dan melempar.
Selagi melempar, Max membayangkan bahwa apel adalah wajah Profesor Nicholas Rattigan: ilmuwan, orang gila, buronan.
Kreator.
Terdengar debuk keras.
“Ih,” kata Pippa. “Ingatkan aku agar jangan pernah menjadi sukarelawan untuk aksimu.”
Max mencabut tutup mata dan melihat bahwa pisau tertancap dalam ke bulu di sela kedua mata kaca beruang. Dia merengut. “Pasti tadi ada angin.”
“Coba kalau ada.” Pippa mulai mengipas-ngipas lebih kencang.
“Menurut kalian bagaimana?” Sam menyodorkan pipa logam yang sedari tadi dia puntir dan belitkan, sekarang berbentuk ruwet. “Apa menurut kalian kelihatannya seperti kelinci?”
“Terbalik, ya?” kata Pippa sambil menyipitkan mata.
“Kelihatannya seperti kelinci yang dilindas truk sampah,” kata Max. Hawa panas membuatnya jengkel.
Sam mendesah dan mulai meluruskan pipa lagi. “Andaikan Mr. Dumfrey mengizinkanku memelihara kelinci sungguhan untuk dijadikan model . . .”
Pippa mengulurkan tangan untuk menepuk-nepuk kaki Sam, menghiburnya. Sam setengah mati ingin memelihara hewan, dan dia selalu saja menjulurkan biskuit asin ke sela-sela jeruji kandang kakaktua peliharaan Mr. Dumfrey serta coba-coba berteman dengan tikus yang tinggal di dalam dinding. Tapi, Mr. Dumfrey tidak memperbolehkannya memelihara binatang sendiri karena takut kalau-kalau Sam tidak sengaja meremukkan, meremas, atau menggepengkan hewan tersebut, sebagaimana yang sering dia lakukan pada kenop pintu, pagar tangga, dan punggung kursi. Sam memang tidak salah. Seperti yang kerap Mr. Dumfrey katakan kepadanya, dia adalah anak dua belas tiga perempat tahun terkuat di seluruh negeri—mungkin malah di seluruh dunia.