Ketersediaan : Tersedia

Mendobrak Kultur Patriarki: Emansipasi Perempuan Keturunan Arab Dalam Persatuan Arab Indonesia (1934-1942) (POD)

Deskripsi Produk

Begitu disebut isu emansipasi perempuan di Indonesia, segera muncullah di benak nama-nama terkenal seperti Kartini, Dewi Sartika, Rahmah el-Yunisiyah, atau Rohana Kudus. Hampir tidak pernah orang mengaitkan isu ini dengan nama-nama perempuan keturunan Arab seperti Barkah Al Ganis atau Anisah Baswedan—sosok-sosok pejuang emansipasi perempuan yang nyaris tak dikenal dan diakui…

Baca Selengkapnya...

Rp 150.000

Begitu disebut isu emansipasi perempuan di Indonesia, segera muncullah di benak nama-nama terkenal seperti Kartini, Dewi Sartika, Rahmah el-Yunisiyah, atau Rohana Kudus. Hampir tidak pernah orang mengaitkan isu ini dengan nama-nama perempuan keturunan Arab seperti Barkah Al Ganis atau Anisah Baswedan—sosok-sosok pejuang emansipasi perempuan yang nyaris tak dikenal dan diakui dalam sejarah Indonesia.

Buku ini, karena itulah, hendak mengangkat tema langka tersebut: bagaimana perempuan-perempuan keturunan Arab memperjuangkan emansipasi perempuan keturunan Arab melalui organisasi bernama Persatuan Arab Indonesia (PAI) Istri, yang menginduk kepada organisasi PAI (Persatuan Arab Indonesia). Sejarah PAI sendiri didorong oleh pelbagai faktor sejarah: diseminasi gagasan pembaruan Islam yang menghendaki kesetaraan antara kaum sayid dan non-sayid; kesetaraan antara laki-laki dan perempuan; gairah pergerakan keislaman yang berjalin berkelindan dengan gairah perjuangan kemerdekaan.

Fragmen sejarah pergerakan emansipasi perempuan—khususnya di kalangan perempuan keturunan Arab—ini membuka mata kita akan pergulatan paham keagamaan menyangkut isu posisi dan peran perempuan di ruang publik di Indonesia.

***

Selain mencita-citakan nasionalisme Indonesia di kalangan Arab-Indonesia, PAI juga menyuarakan ide-ide tentang emansipasi perempuan keturunan Arab. Salah satu perwujudannya adalah dibentuknya PAI Istri pada 1940. Di samping itu, kehadiran majalah Insaf yang merupakan majalah asuhan PAI dan majalah Aliran Baroe milik aktivis PAI telah memberikan ruang bagi pemuda-pemudi dalam menyuarakan ide emansipasi perempuan keturunan Arab Indonesia. Majalah ini merupakan media komunikasi dan informasi bagi kalangan Arab Indonesia yang didirikan pada 1938-1941. Dalam dua tahun pertama sejak diterbitkannya, majalah Aliran Baroe di Surabaya tahun 1938-1941 menunjukkan bahwa dalam rubrik-rubriknya banyak berisi ulasan, kritik, dan opini mengenai posisi dan kedudukan perempuan dan istri keturunan Arab di Indonesia.

Ide emansipasi perempuan keturunan Arab dalam Persatuan Arab Indonesia pada awal abad ke-20 merujuk pada pemikiran emansipasi perempuan di Mesir yang beraliran reformis liberal. Sebab, pada tahun-tahun tersebut ide emansipasi yang diusung oleh para aktivis PAI banyak bersinggungan dengan pemikiran tokoh-tokoh pembaruan Islam di Mesir. Menariknya, ide emansipasi dalam masyarakat Arab dipelopori oleh kalangan laki-laki dari organisasi PAI. Salah satunya adalah A.R. Baswedan selaku pendiri PAI yang banyak terinspirasi oleh bacaan-bacaan pemikiran Islam di Mesir. Pemakaian konsep emansipasi telah disebut dan diwujudkan Baswedan dalam naskah pertunjukan berjudul Vrouwen Emancipatie pada 1936 yang mengundang banyak protes terutama dari kaum Arab totok. Selain itu, ide-ide PAI berlandaskan pada hukum Islam yang memegang Al-Quran dan Hadis yang menyatakan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki derajat yang sama di sisi Allah, sedangkan yang membedakan hanyalah ketakwaannya. Kondisi masyarakat Arab di Indonesia yang hidup dalam pemahaman Islam yang keliru dan dibalut dengan adat dan tradisi Hadramaut yang membatasi hak-hak perempuan menjadi alasan utama PAI dalam mendobrak emansipasi perempuan keturunan Arab di Indonesia.

***

Pembahasan mengenai nasib dan kondisi sosial perempuan keturunan Arab Indonesia merupakan tema yang menarik untuk dikaji lebih jauh karena menyangkut berbagai aspek sosial, budaya, dan persentuhannya dengan masyarakat pribumi serta golongan timur asing lainnya. Apalagi sejarah perempuan masih tergolong baru dalam dunia historiografi Indonesia dan masih sangat jarang diangkat ke dalam historiografi Indonesia. Tidak banyak literatur yang membahas perempuan keturunan Arab. Beberapa penelitian mengenai orang-orang Arab di Indonesia hanya membahas komunitas Arab di suatu wilayah tertentu atau mengenai biografi peran pemikiran tokoh-tokoh keturunan Arab Indonesia yang pernah memainkan peran pada masanya.

Sejauh ini, sangat sedikit, jika ada, kajian yang komprehensif mengenai perempuan keturunan Arab di Indonesia, khususnya yang berbicara tentang emansipasi. Perempuan keturunan Arab memiliki konteks yang berbeda dengan perempuan Indonesia dalam memperjuangkan emansipasi, mengingat adat dan dominasi patriarki yang membalutnya. Sejarah seolah-olah mengaburkan posisi perempuan keturunan Arab sebagai sebuah identitas yang telah melebur dan membangun identitas perempuan Indonesia.

***

Untuk menjelaskan proses emansipasi perempuan keturunan Arab secara historis, buku ini disajikan ke dalam 7 (tujuh) bab utama yang terdiri dari beberapa subbab. Bab 1 adalah titik awal penulisan yang berisi pendahuluan. Bab ini berfungsi sebagai pengantar secara umum untuk memahami fokus kajian yang akan dilakukan. Bab 2 membahas gambaran umum kehidupan masyarakat Arab dan kondisi sosial perempuan keturunan Arab di Indonesia hingga abad ke-20. Bab 3 mengkaji konflik internal di dalam masyarakat Arab yang pada akhirnya melahirkan semangat nasionalisme dan gerakan emansipasi di kalangan pemuda keturunan Arab di Indonesia. Bab 4 membahas kecenderungan gerakan emansipasi di Indonesia beserta profil tokoh emansipasi dari PAI yang menjadi promotor ide emansipasi perempuan keturunan Arab Indonesia. Bab 5 mengupas diskusi emansipasi yang dimuat dalam beberapa media seperti majalah, surat pembaca dan naskah sandiwara Tooneel Fatimah yang merupakan representasi kritik sosial dan emansipasi perempuan keturunan Arab di Indonesia pada 1938. Bab 6 akan menjadi puncak emansipasi perempuan keturunan Arab di Indonesia dengan kehadiran organisasi PAI Istri sebagai wadah bagi perempuan untuk berkecimpung mengembangkan potensi diri ke dalam masyarakat. Bab 7 berisi kesimpulan.[]

SERI TEROKA

Seri Teroka menerbitkan karya para cendekia muda yang merupakan hasil tesis/disertasi terpilih. Pemilihan karya dilakukan oleh Dewan Penilai yang terdiri dari para pakar di bidangnya. Karya yang dipilih mestilah meneroka (menjelajahi) tema-tema seputar Islam dan Indonesia.

Spirit penerbitan Seri Teroka dapat ditelusuri ke era awal 1980-an hingga akhir 1990-an ketika penerbitan buku Seri Cendekiawan Muslim Indonesia terbitan Mizan menjadi trendsetter pemikiran keislaman di Tanah Air. Meskipun Mizan hingga kini masih terus menerbitkan karya-karya kesarjanaan dari intelektual Muslim Indonesia, buku-buku pemikiran keislaman tersebut—di tengah kelimpahruahan informasi serta di tengah dominasi buku-buku populer—makin luput dari perhatian publik luas, dan pada gilirannya juga makin kehilangan pengaruh dalam wacana publik di Indonesia.

Penerbitan Seri Teroka, karena itu, tumbuh dari kesadaran bahwa perlu dihidupkan kembali kegairahan akan pergulatan pemikiran keislaman di Indonesia—antara lain dalam bentuk tesis dan disertasi di lingkungan sivitas akademika UIN, IAIN, STAIN, kampus-kampus Islam, dan kampus-kampus umum. Dengan cara itu, hasil penelitian keislaman tidak hanya beredar di kalangan intern kampus, melainkan mendapatkan perhatian lebih luas dan pada gilirannya lebih diperbincangkan oleh publik luas di Indonesia.

Spesifikasi Produk

SKU POD-151
ISBN 978-602-441-188-6
Berat 250 Gram
Dimensi (P/L/T) 22 Cm / 15 Cm/ 0 Cm
Halaman 152
Jenis Cover

Ulasan Produk

Tidak ada ulasan produk