SINOPSIS
Temukan panduan mengatasi keadaan gawat darurat saat anak sakit:
- Henti Napas
- Tersedak
- Keracunan
- Alergi
- Gigitan Binatang
- Luka Bakar
- Tenggelam
- Mimisan
- Cedera Kepala
- Kejang
- Diare
- Demam Berdarah Dengue (Dbd)
- Demam Tifoid
- dll.
“Buku ini membantu menghadapi hal-hal tidak terduga di rumah. Wajib dimiliki setiap orangtua.”
—Mona Ratuliu, Artis, ibu 3 anak, penulis buku Digital ParenThink
“Buku Mengatasi Gawat Darurat pada Anak sangat penting untuk dimiliki dan dibaca oleh seluruh orangtua. Informasi yang dipaparkan oleh dr. Kadafi sangat lengkap dan jelas untuk diterapkan dalam keadaan gawat darurat. Kondisi kegawatan dapat terjadi sewaktu-waktu pada anak kita. Dengan bekal pengetahuan dalam mengenali kegawatan tersebut, orangtua dapat menyelamatkan anak-anak mereka lebih dini.”
—Mesty Ariotedjo, Dokter, model, artis, pemain harpa, co-founder WeCare.id
“Buku Mengatasi Gawat Darurat pada Anak sesuai dengan klaimnya sebagai salah satu panduan kesehatan yang berisikan tip dan petunjuk praktis bagi orangtua saat menghadapi keadaan gawat darurat pada anak. Pembagian masalah berdasarkan tanda (sign) dan gejala (symptom) yang umumnya terjadi pada anak, memudahkan orangtua untuk mendapatkan rujukan dan melakukan pengambilan keputusan: apa yang harus dilakukan secepatnya untuk menolong anak karena pada kondisi gawat darurat waktu adalah segalanya? Buku ini harus selalu tersedia dalam rak buku para orangtua!”
—Meita D. U., Dokter spesialis anak, ibu rumah tangga
“Saat merawat anak sejak bayi, pasti banyak sekali kejadian atau masalah kesehatan yang membuat orangtua kebingungan. Apa yang harus diperbuat sebagai pertolongan pertama? Apa yang perlu diperhatikan? Buku ini—yang ditulis oleh seorang dokter anak, yang ahli dalam hal kegawatdaruratan—bisa jadi merupakan pegangan yang akan menjawab sebagian besar kebingungan tersebut. Buku ini memiliki format yang unik, praktis, dan mudah dipahami dengan skema dan ilustrasi yang tidak membosankan. Saya sebagai dokter anak pun merasa wajib untuk memilikinya. Salut buat dr. Kurniawan Taufiq Kadafi, M.Biomed, Sp.A(K) atas karyanya ini.”
—dr. Martinus M. Leman, DTMH, Sp.A, Dokter anak, penulis, dan editor artikel kesehatan
“Buku ini wajib dimiliki dan dibaca oleh semua orangtua. Informasi yang ada di dalamnya sangat penting agar kita tidak gampang panik dan tahu apa yang harus dilakukan saat anak sakit. Gambar dan penjelasannya sangat mudah dimengerti. Highly recommended!”
—Ninit Yunita, Penulis & co-founder theurbanmama.com
NUKILAN BUKU
Anak adalah generasi emas penerus bangsa. Anak yang sehat dan tangguh merupakan investasi masa depan. Apabila anak tumbuh dan berkembang secara optimal, kita akan mempunyai generasi yang tangguh di masa yang akan datang. Permasalahannya, anak yang aktif tidak pernah lepas dari keadaan gawat selama diasuh oleh orangtua di rumah.
Keadaan kegawatdaruratan pada anak yang terjadi di rumah sering kali membuat orangtua atau pengasuh panik, bingung, dan tidak tahu harus berbuat apa. Permasalahan kegawatan pada anak di rumah bukan hanya problem orangtua atau pasangan muda yang baru memiliki anak saja, tetapi merupakan permasalahan orangtua secara umum.
Oleh karena itu, dibutuhkan pengetahuan tentang kegawatdaruratan pada anak di rumah. Orangtua membutuhkan guideline yang jelas dari ahlinya. Buku ini hadir untuk memberikan guideline sederhana dalam menghadapi kegawatdaruratan pada anak di rumah yang ditulis oleh ahlinya.
Banyak literatur yang telah ditulis untuk membantu mengatasi permasalahan kegawatan pada anak. Hanya saja, biasanya merupakan terjemahan dari buku-buku asing. Buku ini ditulis secara “Indonesia”, artinya isi dalam buku ini disesuaikan dengan keadaan budaya dan kebiasaan masyarakat Indonesia. Saya sebagai penulis, dengan latar belakang dokter spesialis anak mencoba memaparkan tip dan trik sederhana dalam menghadapi kegawatan pada anak yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di rumah.
Untuk lebih mengena dan lebih mudah dipahami oleh pembaca, saya sebagai penulis berusaha menggunakan bahasa “awam” dalam menerjemahkan dan menginformasikan segala sesuatu tentang permasalahan kegawatan pada anak. Literatur-literatur kedokteran yang rumit dan kompleks sebagai dasar ilmiah penulisan di dalam buku ini, saya coba terangkan dengan bahasa “awam” dan lebih mudah dipahami oleh masyarakat.
Sebagai seorang dokter anak, saya berusaha memberikan informasi secara detail kepada masyarakat dengan bahasa yang mudah dipahami. Kapan orangtua sebaiknya mengenali permasalahan kegawatan pada anak di rumah dan kapan orangtua bisa melakukan hal sederhana terhadap permasalahan kegawatan pada anak di rumah, sebelum merujuk kepada dokter? Kapan pula orangtua harus secepatnya merujuk ke dokter?
Dokter umum pun bisa menggunakan buku ini sebagai bahan edukasi terhadap pasien yang ada di praktik pribadinya. Besar harapan saya, buku ini dapat digunakan oleh masyarakat dan tenaga kesehatan sebagai semacam guideline sederhana untuk mengenali kegawatan pada anak di rumah.
***
Prosedur Menghadapi Kegawatan pada Anak di Rumah
- Menyimpan nomor-nomor penting.
Ambulans: 118 dan 119
Posko bencana alam: 129
Pemadam kebakaran: 113 atau 1131
Nomor darurat telepon selular dan satelit: 112
Badan SAR (Search and Rescue): 115
Nomor telepon RS terdekat
- Tetap tenang dan menguasai keadaan sekitar.
Pastikan keadaan sekitarnya aman juga untuk orangtua atau penolong. Beberapa keadaan berbahaya yang harus diwaspadai, antara lain korsleting listrik yang memungkinkan terjadinya kebakaran; kebocoran gas; tumpahan bahan kimia; runtuhan bangunan, misalnya akibat gempa dan kebakaran; dan asap. Berikan bantuan dasar sampai petugas gawat darurat datang.
- Hubungi petugas gawat darurat.
Petugas akan memberikan instruksi tindakan pertama yang harus dilakukan oleh orangtua sebelum petugas gawat darurat datang dan mengambil alih keadaan darurat.
- Pada saat petugas sudah datang, sebaiknya petugas tidak memberikan obat, kecuali telah mendapat persetujuan dari orangtua atau wali. Petugas fokus pada penanganan kegawatan secara umum.
Ada beberapa keadaan gawat pada anak yang bersifat individual. Misalnya, anak yang mengalami syok anafi laksis atau asma berat akibat alergi. Orangtua jauh lebih paham akan hal-hal yang harus dilakukan sehubungan dengan penyakit anaknya karena sering menghadapi keadaan tersebut dan telah berkonsultasi dengan dokter.
- Jangan pindahkan anak yang terluka parah, terutama jika curiga terdapat cedera leher dan tulang belakang. Kecuali, jika anak memang harus segera dipindahkan karena tempat yang tidak aman. Misalnya saja, dalam keadaan gempa. Selama memindahkan anak, ikuti petunjuk atau pedoman pemindahan sesuai arahan petugas gawat darurat atau dokter ahli yang dihubungi orangtua.
- Petugas gawat darurat akan segera membawa pasien anak yang mengalami keadaan gawat ke fasilitas kesehatan terdekat.
Henti Jantung, Henti Napas, Tersedak
Permasalahan utama dalam menghadapi penyelamatan anak yang mengalami henti napas dan henti jantung di Indonesia adalah belum terbiasanya tindakan penyelamatan yang disebut resusitasi jantung paru di lingkungan rumah tangga. Di luar negeri, kebanyakan masyarakatnya sudah mengetahui tindakan yang harus dilakukan jika menghadapi anak atau keluarga yang mengalami keadaan henti napas atau henti jantung secara mendadak (salah satunya karena sumbatan jalan napas akibat tersedak).
Padahal, jika di lingkungan keluarga dapat melakukan tindak an penyelamatan sebelum petugas datang, kemungkinan nyawa anak bisa tertolong jauh lebih besar dibandingkan tidak dilakukan apa pun. Hal ini berhubungan dengan keadaan kekurangan oksigen yang terjadi dan bisa berlangsung semakin lama jika tidak dilakukan resusitasi jantung paru. Jika keadaan kekurangan oksigen ini berlangsung lama, kemungkinan nyawa dapat diselamatkan adalah kecil. Jika tertolong pun, terkadang menimbulkan kecacatan yang berat.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi henti napas dan henti jantung adalah melakukan Bantuan Hidup Dasar.
Prinsip Bantuan Hidup Dasar
1. Pastikan penolong dan korban yang ditolong berada di tempat yang aman.
2. Lakukan pemeriksaan:
- Kesadaran.
Lakukan secara verbal maupun taktil. Caranya, tepuk bahu anak, elus rambutnya, atau sentuh telapak kaki (pada bayi), sambil memanggil namanya dengan keras. Jangan pernah mengguncang-guncangkan tubuh karena dapat memperburuk keadaan, jika anak mengalami cedera leher dan tulang belakang.
- Kesulitan bernapas.
- Kecurigaan adanya cedera kepala atau leher.
Lakukan dengan lebih hati-hati karena, jika salah memosisikan, bisa memperparah cedera pada kepala atau leher.
3. Meminta bantuan orang lain untuk menghubungi Unit Kegawatan (118/119). Berikan informasi tentang lokasi kejadian, jenis kegawatan, dan profil korban (usia, jenis kelamin, jumlah korban).
4. Apabila anak tidak sadar dan tidak bernapas, lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).