Dewan Langit yang Terhormat.
Hai, aku Aru Shah. Oke, aku memang sering berbohong, tapi aku bersumpah tidak pernah mencuri busur dan panah Dewa Cinta. Buat apa remaja sepertiku menginginkannya? Meski di sekolah ada cowok baru yang imut, sih. Ini poin-poin pembelaanku:
- Ada rakshasi yang menyamar jadi aku!
- Aku tidak tertarik memanah siapa pun menjadi zombi, menghimpun pasukan, apalagi memimpin pemberontakan. Menjadi titisan Pandawa saja aku payah!
Alasan utama aku menulis surat ini adalah karena aku tidak mau menjalani misi dengan Brynne, saudari Pandawa-ku yang baru. Dia galak, sombong, dan tidak terkendali. Aiden juga. Dia cowok imut yang kubilang di atas. Dia tahu aku naksir dan dengan tega menuduhku memata-matainya, padahal aku hanya suka melirik diam-diam!
Pokoknya, aku mau protes karena kalian mengancam mengusir kami semua dari Jagat Lain. Kalian tidak tahu rasanya tidak memiliki tempat di dunia manusia dan terus diremehkan—sudahlah, kalian para dewa mana paham.
Tertanda,
Aru Shah yang sangat keren
karena bisa bernapas di dalam air
“Ini akan membuat para penggemar terpesona dan menginginkan lebih banyak.”
—Kirkus Reviews
“Bacalah sesegera mungkin”
—Classy X Book Reviews
“Ini benar-benar kisah luar biasa yang penuh petualangan gila, pelajaran yang sulit, dan persahabatan yang keras kepala.”
—Hyapble
“Aru Shah and the Song of Death adalah novel fantastis yang melanjutkan kisah Aru Shah sambil menambahkan kedalaman dan lapisan pada karakter remaja yang kompleks, masa yang akan dilalui oleh semua orang dalam kehidupan mereka.”
—Laughingplace.com
“Utas cerita yang lebih mendalam, yang dijalin bersama tokoh-tokoh dan petualangan hebat, menjadikan Aru Shah and the Song of Death salah satu buku fantasi baru terbaik tahun ini.”
—Barnes & Noble
“Dikemas dengan humor, kebijaksanaan, dan alur cerita yang memuaskan, kisah ini akan membawa pembaca yang percaya diri dalam perjalanan magis.”
—BookTrust
Resensi Buku: Aru Shah and the Song of Death karya Roshani Chokshi
oleh Bill Gowsell | 13 Mei 2019
Aru Shah and the Song of Death adalah kisah penuh aksi yang mengeksplorasi mitologi Hindu. Buku kedua dalam seri Pandava karya penulis Roshani Chokshi ini menghadirkan kembali protagonis berusia tiga belas tahun dari novel populer tahun lalu, Aru Shah and the End of Time, dan menambahkan kedalaman dan lapisan ke karakter yang atraktif.
Ketika kita pertama kali bertemu Aru Shah muda, dia secara tidak sengaja membangunkan sang Penidur dan membahayakan dunia. Aru, yang sebenarnya reinkarnasi Arjuna dari mitologi Hindu, bertandem dengan “saudari” Pandawa-nya yang lain, Mini, dan menyelamatkan dunia. Di Aru Shah and the Song of Death, Aru dan Mini melanjutkan pelatihan mereka dengan sang pemandu berwujud merpati mereka, Boo.
Di Bazar Malam, tersiar kabar mengenai pencurian busur dan anak panah milik Dewa Cinta dalam mitologi Hindu, Kamadeva.
Dituduh telah melakukan pencurian itu bersama gadis reinkarnasi Pandava baru bernama Brynne, Aru dan Mini dipaksa untuk bekerja sama dengan Brynne, serta seorang pemuda bernama Aiden, untuk menemukan barang-barang curian tersebut dalam waktu sepuluh hari. Jika tim Pandawa gagal, maka mereka akan diusir dari Dunia Lain, yang berarti mereka akan kehilangan koneksi ke dunia spiritual Hindu, serta kesempatan untuk menyelamatkan dunia manusia.
Roshani Chokshi memiliki gaya yang sulit untuk ditiru. Buku pertama dalam seri ini sungguh merupakan permainan yang sangat menyenangkan dengan mitologi Hindu sehingga, meski tidak bisa membantu, pembaca diam-diam menghibur Aru Shah ketika dia belajar menghadapi ketakutannya dan mencegah akhir dunia. Saat aku membuka halaman pertama Aru Shah and the Song of Death, aku mengharapkan cerita yang menghibur, bukan emosi yang menenggelamkan pembaca pada setiap bab.
Bagian yang membuat Pandava Series begitu menyenangkan adalah Aru Shah. Dia memiliki kecerdasan sarkastik dan kejenakaan konyol yang membuat pembaca tertawa. Tidak peduli usia pembaca, mudah untuk menyukai Aru. Dalam Aru Shah and the Song of Death, karakter utama dan karakter pendukung, seperti Brynne dan Aiden, diberikan kedalaman dan emosi yang memungkinkan pembaca merasa terhubung dengan mereka dan memahami anak-anak malang ini, ketika mereka mencoba memahami keluarga single parent mereka.
Setiap karakter berjuang untuk menerima kenyataan yang mereka hadapi. Mereka mungkin diperkuat dengan pengetahuan bahwa mereka adalah reinkarnasi Pandawa Bersaudara; setiap karakter terus berjuang melawan keraguan diri yang mereka sembunyikan. Entah bagaimana, mereka harus menemukan cara bertahan hidup pada usia mereka yang masih remaja dan menebus kesalahan yang mereka lakukan kepada diri mereka sendiri atas situasi yang terjadi dalam keluarga mereka di dunia nyata. Dalam keluarga single parent, anak-anak sering menyalahkan diri mereka sendiri atas hubungan orangtua mereka yang retak. Perjuangan itu nyata, dan meskipun Aru Shah dan teman-temannya adalah karakter fiktif, mereka mencontohkan ciri-ciri karakter yang mudah dikenali dan diidentifikasi oleh jutaan anak. Pembaca akan merasa terhubung dengan Aru dan teman-temannya dengan mudah.
Ibu Aiden memiliki kekuatan dewata, tetapi melepas semuanya demi menikahi ayah Aiden, yang pergi tak lama setelah itu. Sejak dia masih kecil, Aiden dihantui gagasan bahwa itu adalah kesalahannya. Brynne tinggal bersama pamannya, tidak benar-benar memiliki hubungan dengan orangtuanya, dan Aru dipenuhi rasa bersalah bahwa dia membiarkan si Penidur berkeliaran—monster yang akan mendatangkan hari akhir dengan Dewa Siwa, dewa kematian. Mini berjuang dengan fobianya sendiri, dan dalam kelompok ini, mereka semua membuat satu sama lain untuk menjadi lebih kuat. Mereka tidak cukup kuat untuk bertahan sendiri menghadapi tantangan yang mereka hadapi. Namun, bersama-sama, mereka tak terbendung.
Meski ada pertempuran fantastis dengan berbagai monster di sepanjang buku, Aru Shah and the Song of Death adalah kisah tentang keluarga, dan bagaimana di dunia modern gagasan keluarga bukanlah rumah tangga umumnya, dengan ibu, ayah, dan dua anak. Keluarga memiliki bentuk beragam, dan meskipun seseorang mungkin tidak memiliki hubungan darah, teman-teman membentuk ikatan dekat yang sama dengan keluarga.
Roshani dengan mulus memadukan mitologi Hindu dan dunia modern. Dengan menempatkan wajah manusia pada legenda dan mitos yang telah ada selama ribuan tahun, dia memberi kita kisah modern yang menunjukkan anak-anak berjuang demi menyelamatkan dunia yang mereka tinggali. Para pembaca dapat memahami dan memperdalam hubungan mereka dengan Aru dan Mini, diperkenalkan kepada Aiden dan Brynne, dan belajar berempati terhadap penjahat seperti Lady M.
Lady M mencoba berbicara dengan Aru dan berdebat dengan kelompok reinkarnasi Pandawa Bersaudara. Dia bertanya kepada para pahlawan, “Apa sesuatu yang tidak pernah mati tapi menjalani seribu kehidupan sekaligus?” Jawabannya adalah cerita, dan Lady M melanjutkan penjelasan bahwa selama bertahun-tahun dan berabad-abad, cerita dikisahkan dan dikisahkan ulang, dengan detail-detail baru yang ditambahkan si pencerita, yang membuat orang-orang dalam cerita tersebut tetap hidup. Jika cerita itu hilang atau berserakan, kemudian ditemukan kembali meski dalam kondisi berkeping-keping, cerita itu akan hidup kembali. Lady M berusaha untuk menjaga kisahnya tetap hidup. Aru, Aiden, Brynne, dan Mini berusaha memahami kisah pribadi mereka sendiri. Lady M ingin ceritanya terus berlanjut, bahkan jika harus menggunakan taktik jahat untuk mencapai tujuannya
Siswa sekolah menengah kini memiliki novel baru yang wajib mereka dapatkan, di mana karakter-karakternya memiliki cerita keluarga yang serupa dan heroik dengan cara masing-masing. Aru Shah and the Song of Death adalah novel fantastis yang melanjutkan kisah Aru Shah sambil menambahkan kedalaman dan lapisan pada karakter remaja kompleks, masa yang akan dilalui oleh semua orang dalam kehidupan mereka.
Selamat datang kembali Aru Shah, senang bertemu denganmu lagi.
Sumber:
https://www.laughingplace.com/w/articles/2019/05/13/book-review-aru-shah-and-the-song-of-death-by-roshani-chokshi/