Ketersediaan : Habis
REKONSTRUKSI PEMIKIRAN RELIGIUS DALAM ISLAM
Deskripsi Produk
Iqbal diakui sebagai salah satu pemikir Islam terpenting pada abad ke-20. Di antara karya-karyanya, Rekonstruksi Pemikiran adalah buku yang paling penting. Iqbal memaparkan serangkaian refleksi mendalam tentang persinggungan antara sains, agama, dan filsafat. Menggali khazanah pemikiran Islam dan Barat, Iqbal menawarkan visi baru tentang integrasi pengetahuan kesatuan spirit manusia, dan…
Baca Selengkapnya...Rp 135.000
Rp 114.750
Iqbal diakui sebagai salah satu pemikir Islam terpenting pada abad ke-20. Di antara karya-karyanya, Rekonstruksi Pemikiran adalah buku yang paling penting. Iqbal memaparkan serangkaian refleksi mendalam tentang persinggungan antara sains, agama, dan filsafat. Menggali khazanah pemikiran Islam dan Barat, Iqbal menawarkan visi baru tentang integrasi pengetahuan kesatuan spirit manusia, dan ketunggalan Tuhan.
Pemikiran Iqbal berpengaruh signifikan terhadap pandangan religius dan politik di dunia Muslim. Bahkan, dia menjadi jembatan yang menghubungkan antara Timur/Islam dan Barat, antara Islam dan agama-agama lain, antara tradisi dan modernitas, antara wahyu dan akal, antara spiritualitas dan intelektualitas, serta antara ilmu pengetahuan, seni, dan agama.
Buku ini mencakup isu-isu penting tentang sejarah intelektual Islam, kebangkitan Islam di dunia modern, respons Islam terhadap Barat dan modernitas, serta upaya membangun paradigma Islam yang bersetia pada tradisi Islam dan sekaligus terbuka terhadap khazanah pengetahuan modern Barat.
Isi Buku
Pengantar Editor (Saeed Sheikh) — vii
Prakata Pengarang (Muhammad Iqbal) — xiii
1. Pengetahuan dan Pengalaman Religius — 1
2. Uji Filosolis Terhadap Kewahyuan Pengalaman Religius — 35
3. Konsepsi tentang Tuhan dan Makna Salat — 75
4. Ego Insani - Kebebasan dan Kekekalannya — 115
5. Semangat Kebudayaan Islam — 153
6. Prinsip Gerakan dalam Struktur Islam — 189
7. Mungkinkah Agama Hadir? — 239
8. Indeks — 262
Prakata Pengarang
Al-Quran adalah sebuah kitab yang menekankan ‘perbuatan’ daripada ‘pemikiran’. Namun, ada orang-orang yang bagi mereka tidak mungkin untuk mengasimilasikan secara organik suatu semesta yang asing dengan menyandarkan jenis khusus dari pengalaman batin, sebagai sebuah proses vital, yang pada pengalaman itulah keyakinan agama pada akhirnya bersandar. Terlebih lagi, manusia modern dengan mengembangkan kebiasaan pemikiran konkret—kebiasaan yang dipelihara oleh Islam setidaknya pada awal-awal tahap perkembangan budayanya—telah menjadikan dirinya kurang mampu memahami pengalaman batin itu yang dia sangka sebagai sekadar khayalan belaka. Mazhab-mazhab tasawuf awal memang telah bekerja dengan baik dalam membentuk dan mengarahkan evolusi pengalaman agama dalam Islam, tetapi para juru bicaranya di kemudian hari, karena ketidaktahuan akan pikiran modern, sama sekali tidak mampu menerima inspirasi segar dari pikiran dan pengalaman modern apa pun. Mereka terus-menerus menggunakan metode-metode lama yang diciptakan dan dipertahankan selama beberapa generasi, yang memiliki pandangan budaya yang berbeda dengan pandangan modern kita dalam banyak hal penting. Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu, melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa (QS Luqmân [31]: 28). Sebuah pengalaman hidup, yang merupakan semacam kesatuan biologis, yang tergambar dalam ayat ini, saat ini memerlukan suatu metode yang kurang ketat secara fi siologi dan lebih sesuai untuk jenis pikiran konkret secara psikologi. Dengan tidak adanya metode semacam ini, tuntutan bagi adanya bentuk pengetahuan agama yang ilmiah merupakan tuntutan yang semata-mata bersifat alami. Dalam pemaparan ini, yang dilakukan atas permintaan dari Madras Muslim Association di Madras, Haiderabad dan Aligarh, saya mencoba untuk memenuhi, sekalipun sebagian, tuntutan mendesak tersebut dengan mencoba merekonstruksi filsafat agama Islam dengan memerhatikan tradisi filsafat Islam dan lebih mutakhirnya, perkembangan di berbagai bidang ilmu pengetahuan manusia. Momen saat ini sangat mendukung untuk pelaksanaan tugas ini. Ilmu fisika klasik telah belajar untuk mengkritik fondasinya sendiri. Sebagai akibatnya, jenis materialisme, yang pada mulanya dipaksakan, dengan cepat menghilang, dan saat ini agama dan ilmu pengetahuan dapat mengungkap keselarasan yang saling menguntungkan. Tetapi, harus diingat bahwa tidak ada finalitas dalam pemikiran filsafat. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan keterbukaan pemikiran yang baru, pandangan-pandangan lain, yang boleh jadi lebih logis daripada pandangan yang saya ketengahkan dalam pemaparan ini, mungkin saja bermunculan di kemudian hari. Tugas kita adalah menelisik secara hati-hati kemajuan pemikiran manusia dan mempertahankan sikap kritis independen terhadapnya.
M. I.
Spesifikasi Produk
SKU | UA-120 |
ISBN | 978-602-441-213-5 |
Berat | 400 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 16 Cm / 24 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 356 |
Jenis Cover |
Ulasan Produk
Tidak ada ulasan produk