Ketersediaan : Tersedia
SENI NAVIGASI KARIER DAN DUNIA KERJA
Deskripsi Produk
Banyak orang bilang, “I hate Monday” ketika memulai hari Senin. Padahal, apa salah Senin? Pambudi, Wing, Sagita, dan Astrid, empat profesional yang sudah berkarier di berbagai organisasi dan perusahaan nasional serta multinasional punya ide mengubah I Hate Monday menjadi I Love Monday agar kita lebih bersemangat dalam menjalani hari-hari kerja.…
Baca Selengkapnya...Rp 89.000
Rp 75.650
Banyak orang bilang, “I hate Monday” ketika memulai hari Senin. Padahal, apa salah Senin?
Pambudi, Wing, Sagita, dan Astrid, empat profesional yang sudah berkarier di berbagai organisasi dan perusahaan nasional serta multinasional punya ide mengubah I Hate Monday menjadi I Love Monday agar kita lebih bersemangat dalam menjalani hari-hari kerja. Mereka melakukan Instagram Live How’s Your Monday? setiap Senin, pukul 20.00 WIB.
How’s Your Monday? membahas dunia kerja, pengembangan karier, dan leadership dengan santai, tetapi berbobot, ditambah bintang tamu yang juga profesional di bidangnya. Buku How’s Your Monday? Ini disajikan dengan cair dan bernas, agar kita bisa belajar dari para profesional kawakan tentang:
1. Tips and trick membuat CV yang persuasif, menyiasati wawancara kerja serta negosiasi gaji secara profesional.
2. Hal-hal esensial dalam dunia kerja yang perlu diketahui untuk bisa sukses lebih cepat, seperti menjalin pertemanan dengan senior, berkoordinasi, mencari mentor, dan mendapatkan coaching jitu.
3. Mengakselerasi jenjang karier, mendapatkan promosi, menjadi team leader pertama kali, membentuk support system, dll.
Jangan lewatkan kesempatan belajar kepada para direktur yang berpengalaman puluhan tahun, dan dapatkan insight berharga untuk memastikan kariermu memelesat.
Bukan tentang Seberapa Bagus Anda, Melainkan Seberapa Bagus yang Anda Inginkan
Banyak orang pintar yang tidak berprestasi dalam hidupnya atau kariernya. mengapa kadang-kadang hanya orang biasa-biasa malah lebih berhasil? Seperti waktu kita masih di Sekolah Dasar, belum tentu juara kelasnya menjadi yang paling berhasil dalam kehidupan kita di kemudian hari. Seperti waktu lulus dari universitas, mahasiswa yang Indeks Prestasinya (IP)-nya paling tinggi belum tentu menjadi yang paling sukses di masa depan. Bahkan, yang menjadi direktur-direktur perusahaan besar, atau BUMN, biasanya IP-nya bukan yang paling tinggi, Mengapa demikian?
Seandainya kita balapan mobil. Ukuran mesin mobil melambangkan Intelligence Quotient (IQ) atau kecerdasan yang kita miliki. Semakin tinggi cc mesin mobilnya, semakin cepat mobilnya, dan semakin besar kemungkinan memenangkan balapan. Semakin tinggi IQ seseorang, semakin tinggi kemampuannya dalam belajar dan menyelesaikan masalah-masalah kompleks di pekerjaan. IQ itu penting! Tetapi, IQ bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan kita.
Kadang-kadang percuma punya mobil dengan mesin yang besar dan cc yang tinggu, tetapi ternyata tidak bisa menyetir. Sama persis, tidak ada gunanya punya kecerdasan tinggi, tetatpi tidak bisa bekerja sama dengan timnya, tidak mampu mengorganisasi pekerjaannya, dan tidak mampu berkomunikasi dengan baik. Nah, faktor-faktor inilah yang termasuk dalam Emotional Quotient (EQ) atau kecerdasan emosi. Jadi, kita perlu menyeimbangkan IQ dan EQ, terutama dalam pekerjaan.
Dalam berkarier, hal pertama yang dibutuhkan untuk memulai adalah kecerdasan. Namun, seiring berjalannya waktu, dalam pekerjaan pasti kita berada pada situasi harus berinteraksi atau bekerja sama atau menghadapi konflik dengan orang lain. Bahkan, terkadang kita harus mengerjakan suatu proyek yang stuktur organisasinya berupa matriks, yang mengharuskan kita berinteraksi dengan karyawan lain di luar departemen kita. Dalam situasi itu, kita memerlukan influencing skills (keterampilan memengaruhi) yang didasari oleh kecerdasan emosi. Semakin tinggi level jabatan seseorang di perusahaan, semakin diperlukan pula keterampilan memengaruhi tersebut.
Ada empat ciri khas seseorang yang memiliki kecerdasan emosi, yaitu:
- Mengerti diri sendiri (understanding ourselves)
- Memahami orang lain (understanding others)
- Mengendalikan diri sendiri (controlling ourselves)
- Mengendalikan orang lain (controlling others)
Dalam pekerjaan sehari-hari, keterampilan memengaruhi ini sangat diperlukan, terutama saat kita memerlukan persetujuan, kerja sama, atau kontribusi dari orang lain. Misalnya, ketika kita memimpin sebuah proyek dalam perusahaan, keterampilan untuk dapat memengaruhi para pemangku kepentingan merupakan salah satu kunci sukses proyek tersebut.
Pada salah satu perguruan tinggi favorit Indonesia, ada tulisan besar di depan kampusnya, "Selamat Datang Putra-Putri Terbaik Indonesia." Dan, memang perguruan tinggi itu terkenal sebagai yang paling sulit masuknya. Para mahasiswa yang berhasil masuk adalah yang pintar-pintar. Namun, ternyata dalam dunia kerja, belum tentu mereka yang jadi direkturnya. Bahkan, di sebuah perusahaan teknologi terkemuka di Indonesia, ada ratusan lulusan dari perguruan tinggi tersebut, tetapi Direktur Utamanya lulusan perguruan tinggi swasta kelas tiga. Jadi, intinya bukan hanya IP atau IQ atau kecerdasan, melainkan perlu ada keseimbangan antara 4 hal ini:
- Intellihence Quotient (EQ)
- Emotional Quotient (EQ)
- Adversity Quotient (AQ)
- Stress Management
Jika dianalogikan dengan mobil. kecerdasan (IQ) itu diibaratkan sebagai mesin mobil. Semakin tinggi ukuran mesin, semakin bagus dan mobil semakin kencang. EQ diumpamakan sebagai kemampuan menyetir mobil. Semakin bagus kemampuan menyetirnya, semakin berkurang kemungkinan untuk menabrak. Dalam pekerjaan, terkait dengan kemampuan bekerja sama dengan timnya, mampu mengorganisasi pekerjaannya, dan mampu berkomunikasi dengan baik, untuk mengurangi kemungkinan konflik dengan orang lain.
Spesifikasi Produk
SKU | AA-38 |
ISBN | 978-602-441-290-6 |
Berat | 300 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 14 Cm / 21 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 240 |
Jenis Cover |
Ulasan Produk
Tidak ada ulasan produk