Cantik itu sehat, sehat itu cantik.
Inilah tren kulit saat ini. Cantik dengan bermodalkan sapuan kosmetik tak lagi jadi primadona. Cantik pun tak lagi identik dengan mahal dan ribet.
Dengan perawatan sederhana yang tepat, Anda akan mendapatkan kecantikan yang sesungguhnya: kulit sehat, bersih, dan bercahaya.
Temukan dalam buku ini:
- Tahapan lengkap perawatan kulit sesuai jenisnya: normal, berminyak, kering, dan kombinasi.
- Ramuan alami untuk kulit yang bisa dibuat sendiri di rumah.
- Rangkaian perawatan antiaging.
- Rekomendasi makanan sumber nutrisi untuk kulit.
- Daftar kandungan dalam kosmetik dengan skala iritannya.
- Cara memilih klinik kecantikan yang sesuai.
Endorsment
“Sebagai perempuan juga public figure yang akrab dengan perawatan kulit, make-up dan kawan-kawannya, jujur aku sering tersesat dengan berbagai tren terkait kecantikan. Buku ini muncul semacam cenayang, bisa menjawab semua pertanyaan dan keingintahuanku terkait kulit. Pembahasan lengkap yang berbobot tapi dipaparkan dengan gaya bahasa dan penjelasan yang sangat mudah dipahami, bikin betah bacanya. Entah berapa kali aku bereaksi ‘Wah, jadi begini …’, ‘Lho, gitu ya ternyata’, yaaah, pantesan aja!’, ‘OMG, I wish I knew this earlier!’, sampai ber-‘oooh’ ria. Rasanya, nyesel baca buku ini .... Nyesel, kok nggak ada dari dulu, sih? So I’d say, everyone, or (at least) every women, should really read this! Yes, it’s your all-in-one beauty needs!”
–Zaskia Sungkar, Artis, public figure, entrepreneur
“Pertama kali lihat ini rasanya langsung ... WOW! Buku ini, kalau ibaratnya mal, adalah one-stop shopping. Sekali baca, aku udah berasa bisa jadi beauty guru, atau bahkan mungkin ahli estetika (hahaha), karena isinya benar-benar selengkap itu. Dan ‘aneh’-nya, meskipun kayaknya ini isinya pelajaran biologi, anatomi kulit, farmasi dan teman-temannya semua dijadikan satu, membacanya sama sekali nggak bikin bosan atau pening. Keren banget!”
–Shireen Sungkar, Artis, public figure, entrepreneur
“Bagi perempuan, termasuk saya tentunya, perawatan kulit itu wajib. Di tengah maraknya tren ini-itu terkait kecantikan, buku ini hadir memberikan guidance yang tepat mengenai kesehatan dan kecantikan kulit. Sejauh yang saya tahu, ini adalah buku tentang estetika yang pertama dan satu-satunya dengan pembahasan se-detail dan se-komprehensif ini. Penuh ilmu dan pengetahuan terkini yang dikemas dengan bahasa ringan serta visualisasi menarik, menjadikan buku ini panduan wajib yang harus dibaca setiap orang, terutama perempuan. Because health and beauty are for everyone!”
–Dra. Hj. Fatma Saifullah Yusuf, Istri Wakil Gubernur Jawa Timur, Ketua Umum Badan Kerja Sama Organisasi Wanita (BKOW) Provinsi Jawa Timur
“This is indeed an excellent guide for skin care which is not only for consumers but it is even good enough for aesthetic doctors! dr. Mufti and Mrs. Wardah have written not only comprehensively but also beautifully illustrated. The contents have been extracted from their general knowledge as well as evidence based facts from up-to-date literatures. This is written in bahasa Indonesia, but am indeed recommending it to be translated for the English version as I find it more pragmatic than the 'Paula's Guide to Cosmetics'.”
–Prof. Wong Lip Wih, Ilmuwan Farmasi Estetika dari King's College London, UK
“Perawatan kulit saat ini telah menjadi komoditas masal yang menjadi perhatian khalayak umum. Sayangnya, perkembangan tren kecantikan yang bergerak cukup masif nyatanya belum diimbangi dengan ketersediaan informasi yang akurat nan memadai. Sebagai akademisi sekaligus praktisi, saya kerap mendapati kasus yang bisa berisiko tinggi, sebetulnya bermula dari hal simpel; ketidaktahuan. Hadirnya buku ini menjawab kebutuhan akan informasi dan ilmu di bidang estetika, secara tepat dengan porsi yang pas. Berisikan materi yang lengkap berdasar perkembangan dunia medis dan riset terkini, buku ini dikemas menarik dengan pembahasan yang ringan sehingga sangat mudah dijangkau dan dipahami oleh masyarakat luas. Must read!”
–Dr. dr. IGN Dharmaputra, Sp.KK, Doktor Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dosen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
“I'm reading this book in such an awe. I wasn't expecting much, but eventually this turned out to be the best aesthetics book I've ever known. Wisely scientific, very well-written and so understandable. I can't believe how it made me feel like a beauty-nerdy in the coolest way possible!”
– Stephanie Lemstra, Beauty enthusiast dan influencer, Belanda
Nukilan Buku
Cantik Masa Kini
Apa yang spontan terlintas di benak ketika mendengar kata “cantik”? Kecantikan telah lama secara otomatis serta anonymous didefinisikan dan diasosiasikan dengan wajah menawan, bentuk muka proporsional, kulit putih, hidung mancung, dan sebagainya. Dampak dari definisi ini memunculkan pemahaman bahwa cantik itu susah dan mahal.
Beauty is pain, katanya. Perawatannya ribet, sulit, lama, dan bahkan menyebabkan ketergantungan. Pemahaman ini telah melekat pada pola pikir sebagian besar perempuan, entah dari mana dan sejak kapan. Pengaruh media, pergaulan dan perkembangan tren memegang andil terbesar dalam pembentukan pikiran dan cara pandang kita mengenai kecantikan.
Kecantikan dari waktu ke waktu mengalami perubahan dan pergeseran yang berarti. Dahulu kala sekitar abad ke-19, cantik didefinisikan sebagai wanita dengan leher jenjang dan kaki kecil. Oleh karena itu, perempuan-perempuan di beberapa negara berlomba membuat leher menjadi jenjang dengan memberikan gelang leher bertumpuk-tumpuk yang makin lama makin banyak.
Hasilnya, leher memang menjadi lebih panjang dari ukuran normal. Sedangkan untuk memperoleh kaki yang kecil, perempuan di beberapa suku di dunia mengenakan sepatu berbahan besi sehingga tidak memungkinkan pertumbuhan telapak kaki dan menghasilkan kaki yang berukuran sangat kecil. Perspektif cantik di masa itu tentu saja sangat tidak baik apabila ditinjau dari segi kesehatan.
Di era berikutnya, pandangan tentang kecantikan mengalami perubahan karena karakteristik di atas tidak lagi relevan. Pada abad ke-20, perempuan dikatakan cantik jika memiliki kulit putih dan rambut berombak yang pirang atau blonde ala Marilyn Monroe. Kala itu, salon kecantikan sangat marak dengan alat dan bahan pengeriting
rambut. Pemakaian bedak dan lipstick yang memberikan nuansa kontras nan mencolok pada wajah juga amat digemari dan merebak di mana-mana.
Seiring berjalannya waktu dan perkembangan pengetahuan, gambaran cantik pun kembali bergeser. Di era modern atau abad ke-21 ini, kecantikan dimaknai secara lebih luas dibandingkan sebelumnya. Perubahan mencolok ialah pada tren rambut lurus nan panjang sebagai bagian dari definisi cantik. Warna rambut pun lebih beragam dengan warna-warna alami seperti hitam dan cokelat yang menjadi kegemaran.
Mengenai kulit, perempuan era modern lebih menerima dan menganggap berbagai jenis warna kulit sebagai cantik. Kulit putih tetap menjadi “primadona”. Namun, kulit berwarna gelap, seperti cokelat atau tan (tanned skin), juga banyak diidamkan. Fenomena ini menunjukkan bahwa sesungguhnya kecantikan tidak dapat didefinisikan secara mutlak, apalagi jika dilihat dari sisi fisik atau penampilan saja.
Tren kecantikan masa kini mengalami pergeseran cukup signifikan dari yang selama ini secara umum populer diketahui dan dipahami, terutama di Indonesia. Cantik masa kini tidak hanya mementingkan penampilan luar yang menarik semata, tetapi juga mulai menaruh perhatian pada faktor kesehatan yang berandil dalam menghasilkan kecantikan.
Di Indonesia sendiri, sesungguhnya nilai dan perspektif ini sudah tertanam sejak dulu kala. Hal ini terbukti dengan banyaknya “resep” ramuan tradisional dari nenek moyang kita, baik berupa jamu-jamuan maupun sebagai home remedy berupa masker atau lulur dengan bahan-bahan murni dari alam dan proses pengolahan yang juga sepenuhnya alami.
Nilai-nilai tradisional yang diwariskan turun-temurun melalui budaya Indonesia, kini telah berasimilasi dengan pengaruh dari negara luar, tidak hanya secara material tetapi juga dari segi filosofis. Salah satu yang memberikan pengaruh signifikan ialah budaya kecantikan dari Korea, yang setidaknya selama satu dekade terakhir ini telah menancapkan kukunya sebagai kiblat kecantikan dunia, mengalahkan negara-negara Barat yang telah lebih dulu memulai di bidang ini.
Menariknya, asimilasi nilai-nilai dan budaya ini menghadirkan filosofi baru dalam dunia kecantikan, dan ini disambut secara positif dengan antusiasme cukup masif di masyarakat. Bagaimanakah filosofi baru yang membawa angin baru pada dunia kecantikan, khususnya di Indonesia?[]