Ketersediaan : Tersedia

SPIRIT ISLAM PADA MASA REVOLUSI INDONESIA

Deskripsi Produk

Sejarah Revolusi Indonesia dipenuhi penggambaran perang revolusi sebagai perang nasionalistis atau berbasis kelas. Dalam kajian besar ini, Kevin W. Fogg meninjau ulang Revolusi Indonesia (1945-1949) sebagai perjuangan umat Islam. Dalam spirit keagamaan inilah, kaum Muslim taat—yang jumlahnya hampir separuh populasi—berperang. Mereka teryakinkan dengan seruan jihad dari ulama dan kiai bahwa…

Baca Selengkapnya...

Rp 119.000

Rp 65.000

Sejarah Revolusi Indonesia dipenuhi penggambaran perang revolusi sebagai perang nasionalistis atau berbasis kelas. Dalam kajian besar ini, Kevin W. Fogg meninjau ulang Revolusi Indonesia (1945-1949) sebagai perjuangan umat Islam. Dalam spirit keagamaan inilah, kaum Muslim taat—yang jumlahnya hampir separuh populasi—berperang. Mereka teryakinkan dengan seruan jihad dari ulama dan kiai bahwa mereka sedang menjalankan perang sabil melawan kaum kafir penjajah.

Namun di kancah politik, para pemimpin nasional mengesampingkan unsur Islam ketika mereka merumuskan dokumen-dokumen pendirian Indonesia. Dengan cara itu, mereka menciptakan preseden revolusi yang terus berdampak pada negara sampai saat ini. Studi tentang perang anti-penjajah negeri berpenduduk Muslim terbanyak di dunia ini menunjukkan bagaimana Islam berfungsi sebagai ideologi revolusi pada era modern.

Tentang Kevin Fogg

Resensi

“Apakah Indonesia sebuah negara sekuler atau negara Islam? Pertanyaan yang sekilas tampak mudah ini telah menyita pikiran cendekiawan bidang Islam Indonesia dari berbagai generasi. Dengan mengakses narasi dari banyak partisipan Muslim agar bisa memahami motivasi mereka dengan lebih baik, Kevin Fogg memberikan argumen yang menarik bahwa aspek-aspek Revolusi Indonesia memiliki karakter yang sangat religius. Dengan demikian, Fogg memperkenalkan konteks yang berharga dan sangat dibutuhkan untuk membimbing pemahaman kita akan aktivisme sosial dan politik islamis modern, serta tempat Islam dalam kesadaran sejarah dan politik Indonesia.” —Joseph Chinyong Liow, Ketua Profesor Tan Kah Kee Bidang Politik Komparatif dan Internasional, Nanyang Technological University    “Kompleksitas dan ragam pengalaman dalam Revolusi Indonesia masih jarang mendapat sorotan masyarakat Indonesia pada umumnya yang pemahaman sejarahnya selama ini dibentuk oleh narasi nasional yang dominan. Dalam buku ini, Kevin W. Fogg berhasil merekonstruksi sejarah gerakan-gerakan Islam yang turut serta membentuk Revolusi Indonesia, baik di akar rumput maupun di kalangan elite politik. Menyelami pelbagai sumber sejarah, baik arsip maupun lisan, dengan teliti, Fogg berhasil menunjukkan bahwa kaum santri di Indonesia memahami revolusi sebagai perjuangan religius. Buku ini penting dibaca guna memahami masa lalu Indonesia dan bayang-bayangnya di masa kini.” —Ismail Fajrie Alatas, Assistant Professor of Middle Eastern and Islamic Studies New York University   “Buku Kevin W. Fogg ini sangat menarik dan memperkaya pengetahuan sejarah kita tentang Islam Indonesia. Di antara banyak kajian sejarah yang kental dengan narasi-narasi dan peran kaum elite nasionalis dalam pembentukan negara, justru buku ini menegaskan landscape lain dari sejarah Indonesia yaitu peran yang luar biasa besar kaum Muslim Indonesia di berbagai level, memengaruhi perjalanan bangsa Indonesia sejak masa revolusi politik.” —Faisal Riza, MA, Dosen Fakultas Ilmu Sosial UIN Sumatra Utara   “Karya Kevin Fogg ini menukik. Dengan pendekatan ‘antropologi jiwa’, Kevin mengungkapkan bagaimana rakyat kebanyakan melihat ‘Revolusi Nasional 1945-49’ lebih sebagai ungkapan ideologi politik dalam motivasi Islam. Ini berbeda dengan sikap elite baik terhadap Islam maupun terhadap Revolusi itu sendiri. Secara sarkasme, perbedaan ini dapat diungkapkan antara Tan Malaka dan Stalin. Sementara Tan Malaka melihat potensi revolusioner pada Islam, Stalin menyepelekannya.” —Fachry Ali, Pengamat Politik-Ekonomi   “Kevin W. Fogg dikenal sebagai sejarawan yang sangat otoritatif berbicara tentang gerakan Islam di Indonesia. Otoritasnya dalam bidang ini tergambar jelas dalam buku ini dan juga karya-karyanya yang lain. Beberapa kali ia melakukan koreksi terhadap mereka yang disebut sebagai “revisionist history”, yaitu orang-orang yang mengubah catatan sejarah, di antaranya, demi menciptakan citra bagus bagi pembaca kontemporer. Kekuatan lain dari Kevin Fogg adalah pada kemampuannya menampilkan sejarah dan kontribusi gerakan Islam yang ada di luar Jawa. Apa yang dilakukan ini sangat berguna untuk memberikan balancing narasi kesejarahan Indonesia yang sering kali didominasi dari kekuatan yang ada di Jawa. Namun lebih dari sekadar balancing, narasi tentang gerakan Islam non-Jawa yang ditampilkan Kevin Fogg itu juga sangat berfungsi dalam menunjukkan diversity dan kekuatan bangsa Indonesia yang di antaranya terletak pada keragaman itu. Seperti karya-karya Kevin Fogg yang lain yang selalu memberikan perspektif baru, buku ini juga menawarkan perspektif baru tentang bagaimana kita membaca masa Revolusi di Indonesia. Catatan tentang peran Islam pada masa Revolusi memang sudah banyak dilakukan oleh para sejarawan, baik dari dalam maupun luar negeri. Namun Kevin masih bisa menemukan sesuatu yang terlewatkan oleh para sejarawan lain, di antaranya tentang bagaimana gerakan-gerakan Islam di Indonesia membangun “ideologi revolusi” dan bagaimana ideologi tu menjadi kekuatan di akar rumput. Inilah salah satu nilai penting dari buku ini. Ini pula yang membuat buku ini wajib dibaca oleh para sejarawan, politisi, pendidik, dan masyarakat umum di Indonesia! Selamat membaca!” —Ahmad Najib Burhani, Profesor Riset di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)   “Keberhasilan ‘Revolusi Indonesia’ telah menjadi klaim berbagai kalangan hingga hari ini, termasuk di kalangan Muslim. Buku ini berhasil memotret diversitas ideologi yang menjadi narasi di balik proses revolusi Islam Indonesia, baik yang digunakan dalam masyarakat akar rumput, maupun di kalangan elite. Sebuah sumbangan akademik yang sangat berharga untuk menyelami lebih jernih sejarah politik nasional Indonesia.” —Hilman Latief, Guru Besar Studi Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta   “Ada tiga kata kunci yang dikupas tuntas oleh penulis buku ini: Revolusi, Ideologi, dan Islam. Sebagai seorang sejarawan yang sangat otoritatif, Kevin. W. Fogg. MA. Ph.D. mampu menghadirkan ragam perspektif tentang Revolusi Islam Indonesia dilihat dari sisi akar rumput dan sisi elitis. Dengan cara pandang yang objektif, data yang valid dan analisis yang mendalam, Penulis mampu menarasikan revolusi, ideologi, Islam di Indonesia dengan mengedepankan konteks dan teks dalam latar belakang yang berbeda-beda; baik lokasi, kesukuan, kelas, gender, agama, dan faktor-faktor yang lain. Penulis dengan apik menjelaskan seputar Revolusi Indonesia yang 'agama' menjadi kunci di kalangan masyarakat akar rumput dalam perang kemerdekaan Indonesia maupun pada masyarakat elitis di kancah revolusi politik Indonesia.” —Prof. Dr. H. Fahrurrozi, MA, Sekretaris Jenderal PB Nahdlatul Wathan-Guru Besar UIN Mataram   “Spirit Islam pada Masa Revolusi Indonesia membahas aspek perjuangan kemerdekaan sebuah negara yang kini merupakan negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara dan di Dunia Islam. Dengan buku ini, Kevin Fogg menyajikan sebuah gambaran ringkas tetapi komprehensif tentang peran Islam dalam fondasi Republik Indonesia. Penulis layak mendapatkan penghargaan karena telah menulis buku pengantar yang mudah dipahami oleh masyarakat umum yang berpendidikan, sementara kepercayaannya yang besar terhadap sejarah lisan akan memberikan pengetahuan baru dan memperdalam wawasan pembaca yang lebih ahli.” —Dr. Carool Kersten, Profesor Madya Bidang Studi Islam dan Dunia Islam di King’s College London   “Spirit Islam pada Masa Revolusi Indonesia  menyajikan penelitian yang luar biasa mengenai bagaimana Islam, dengan berbagai cara yang multifaset, terlibat dengan ideologi revolusioner Indonesia dalam komunitas-komunitas etnis yang berbeda. Terutama yang sangat berharga adalah integrasi laporan sejarah lisan dari para veteran Revolusi di Nusantara, yang memberikan suara untuk agen-agen perubahan yang hingga saat itu termarginalisasi dalam penulisan sejarah. Buku ini mengajak kita untuk memikirkan kembali hubungan antara kesalehan dan revolusi; sebuah tema yang tetap penting dalam lanskap politik Indonesia. Revolusi berdampak pada politik Islam, sama halnya dengan Islam berdampak pada Revolusi. Buku ini menyoroti hal tersebut dengan cara-cara yang mengejutkan, mudah dimengerti, menggugah pikiran, dan perseptif. Buku ini harus dibaca oleh semua orang yang tertarik dengan sejarah Islam modern.” —Dr. Faizah Binte Zakaria, Assistant Professor, School of Humanities, Nanyang Technological University   Nukilan Buku Pendahuluan Sanwar masih gadis enam belas tahun ketika menikah dengan Anwar Jalil, seorang guru mengaji di sebuah madrasah dekat kampungnya, di Kota Padang Panjang. Dia ingat saat itu hari pertama Ramadhan—bulan puasa umat Islam—pada 1364 Hijriah; bertepatan dengan 9 Agustus 1945 dalam kalender Barat. Setelah pesta pernikahan di desa kecil itu, suaminya tetap pergi-pulang dengan jalan kaki ke sekolah. Beberapa pekan setelah pernikahan mereka, pada 17 Ramadhan (25 Agustus), “Dia pulang dari Padang Panjang dan mengatakan mungkin kita merdeka. Tidak ada radio. Tidak ada yang percaya pada surat kabar. Kami percaya kepada ketua madrasah.”1 Negara Muslim terbesar di dunia itu telah terlepas dari belenggu kekuasaan non-Muslim. Berita kemerdekaan itu sampai ke Sanwar melalui otoritas guru Islam, pada bulan yang paling suci bagi umat Islam. Gambaran itu tampak sangat berbeda dari citra yang sangat nasionalis sekuler yang dirayakan setiap tahun di Indonesia pada 17 Agustus, untuk memperingati proklamasi kemerdekaan oleh presiden dan wakil presiden pertama. Namun, sebagian besar penduduk mengetahui bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 itu terjadi pada bulan paling suci dalam kalender Islam. Kaum Muslim berkumpul di sekolah-sekolah untuk mendengarkan tentang arti kemerdekaan, dan mereka mengikuti para pemimpin dalam berjuang di medan perang. Para pemimpin itu pula yang mengeluarkan perintah revolusi sebagai perang suci dan menjelaskan kepada para pengikutnya bagaimana menangani jenazah para tentara yang gugur sebagai syuhada. Dalam hal ini, memandang momen sejarah dari perspektif presiden dan wakil presiden baru di Jakarta tidaklah cukup. Agar sejarah perang kemerdekaan Indonesia dapat dipahami secara lengkap, orang harus melihat konteks religius yang mewarnai pengalaman jutaan orang Islam di seluruh Indonesia. Faktanya, bahkan tidak cukup membandingkan pengalaman kaum santri di tingkat akar rumput dengan para politisi sekuler di pusat; harus juga melihat perjuangan para politisi Islam di lingkaran tertinggi pemerintahan yang berusaha menambahkan cita rasa Islam pada perjuangan dekolonisasi ini. Perjuangan untuk membebaskan Indonesia antara 1945 sampai 1949 disebut sebagai Revolusi Indonesia. Wilayah bekas Hindia Timur Belanda itu dijajah Jepang selama Perang Dunia II. Tak lama setelah Jepang menyerah, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Proklamasi tersebut ditolak Belanda (dan, sampai tingkat tertentu, oleh para sekutunya), yang kemudian berusaha dengan kekuatan militer untuk kembali menduduki Nusantara. Rakyat Indonesia berjuang, baik secara militer maupun politis, untuk membentuk negara baru. Belanda meraih kedudukan lemah lagi atas sebagian besar teritori sebelum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memaksa mereka ke meja perundingan sehingga akhirnya bersedia mengakui kemerdekaan Indonesia. Karena kedudukan Islam di Indonesia menjadi topik perdebatan lebih sengit dalam beberapa dekade terakhir, inilah momen yang pas untuk menelaah kembali peran Islam dalam kelahiran negara Indonesia. Buku ini menggunakan catatan-catatan kearsipan, sumber-sumber terbitan, dan rentang luas materi sejarah lisan untuk melihat Islam dalam Revolusi Indonesia, pertama-tama pada tingkat akar rumput (dalam perang kemerdekaan Indonesia), kemudian pada tingkat elite (dalam revolusi politik Indonesia). Dengan melakukan itu, kita dapat memahami revolusi dengan lebih baik, mendokumentasikan dampak revolusi pada kehidupan umat Islam di Indonesia, dan menelaah akar-akar historis posisi Islam di Indonesia masa kini. Dalam kerangka pemikiran yang lebih luas tentang revolusi, kajian ini menunjukkan perbedaan ideologi revolusi Islam yang menggerakkan perang di medan tempur dan ideologi revolusi Islam yang digerakkan oleh kaum elite.

Spesifikasi Produk

SKU NA-228
ISBN 978-623-242-186-8
Berat 320 Gram
Dimensi (P/L/T) 15 Cm / 23 Cm/ 0 Cm
Halaman 444
Jenis Cover

Ulasan Produk

Tidak ada ulasan produk