Ketersediaan : Tersedia

THE ACCIDENTAL FURTHER ADVENTURES OF THE 100-YEAR-OLD MAN

Deskripsi Produk

Dilanda kejenuhan yang memuncak menjelang ulang tahun ke-101, Allan memutuskan bertamasya dengan balon udara. Doanya terkabul. Dia berakhir di Korea Utara sebagai ahli nuklir gadungan dan harus segera menyelamatkan diri sebelum kebohongannya terendus. Petualangan konyol ini pun dimulai, melibatkan para pemimpin dunia dari Presiden Trump, Kanselir Angela Merkel, hingga perusahaan…

Baca Selengkapnya...

Rp 99.000

Rp 50.000

Dilanda kejenuhan yang memuncak menjelang ulang tahun ke-101, Allan memutuskan bertamasya dengan balon udara. Doanya terkabul. Dia berakhir di Korea Utara sebagai ahli nuklir gadungan dan harus segera menyelamatkan diri sebelum kebohongannya terendus.
Petualangan konyol ini pun dimulai, melibatkan para pemimpin dunia dari Presiden Trump, Kanselir Angela Merkel, hingga perusahaan peti jenazah “Mati Bermartabat AB” dan seorang pemuda neo-Nazi penuh dengki yang terobsesi dengan insiden memalukan dalam pemakaman kakaknya. Lantas, bagaimana akhir keruwetan ini?
Jonas Jonasson adalah penulis laris yang menyajikan sisi lain novel Swedia. Saat ini karya-karya Jonasson tersebar di 45 negara dan terjual hingga 15 juta eksemplar. Dalam The Accidental Further Adventures of the 100-year-old Man, Anda akan tertawa ngakak menikmati cara Jonas Jonasson menampilkan peliknya politik dunia.
 

Tentang JONAS JONASSON

Resensi

Pujian untuk The 100-Year-Old Man who Climbed Up the Window and Dissapeared dan The Girl who Saved the King of Sweden “Kelas satu.” —Der Spiegel, Jerman “Perpaduan antara film tentang perjalanan dan novel biografi satir dengan kemasan modern. Bacaan yang sangat menyenangkan.” —NDR Kultur, Jerman “Cerita yang benar-benar gila dan sangat lucu.” —Aftonbladet, Swedia “Kisah yang memutarbalikkan setiap tindakan dan kata-kata. Bahasanya unik dan sangat berbeda.” —Nerikea Allehanda, Swedia “Fenomena internasional baru ... penuh humor yang membuat Anda terbahak-bahak.” —El Mundo, Spanyol “Novel komedi hitam dari Swedia yang kocak. Rasanya seperti menaiki kendaraan yang dikemudikan Forrest Gump.” —NU.nl, Belanda “Novel tentang penjahat yang amat jenaka.” —Trouw, Belanda “Komedi dinamit.” —Le Figaro, Prancis “Jenaka ... sebuah fenomena dalam dunia penerbitan.” —Corriere della Sera, Italia “Sangat memesona, dituturkan dengan kesederhanaan yang ceria.” —Dagbladet, Norwegia “Jenaka ... sebuah perayaan humor yang absurd.” —Helsingin Sanomat, Finlandia “Novel laris bergabung dengan invasi Nordik lain terhadap Inggris. Herperus Press ... akan menunjukkan betapa pesaing-pesaingnya keliru telah menolak novel ini..” —The Observer, Inggris Karya debut Jonas Jonasson yang memancing tawa hingga terbahak-bahak terbit di Swedia dan segera menjadi bestseller di Eropa. —Publishers Weekly NUKILAN INDONESIA Kehidupan mewah di Pulau Dewata seharusnya memuaskan bagi setiap orang. Namun, Allan Karlsson bukan orang biasa, dan kehidupan 101 tahunnya bukanlah waktu untuk memulai. Jelas dibutuhkan waktu yang sangat lama, untuk duduk di kursi malas, di bawah payung, dan menikmati sajian minuman berwarna-warni. Terutama ketika satu-satunya teman, dan yang terbaik, pencuri menyedihkan dan perokok berat Julius Jonsson, berada di sebelahnya. Akan tetapi, sebentar saja Julius yang tua dan Allan yang usianya bertambah mulai lelah hanya menghambur-hamburkan jutaan dolar dari koper yang mereka bawa dari Swedia. Tidak ada salahnya menghamburkan uang. Hanya rasanya monoton. Julius lelah menyewa yacht sepanjang 45 meter, lengkap beserta awaknya, agar dia dan Allan dapat duduk di geladak depan dengan joran di tangan. Sebenarnya itu waktu senggang yang menyenangkan seandainya mereka senang memancing. Atau, berkaitan dengan itu, suka makan ikan. Malah, wisata yacht mereka hanya diisi kegiatan yang sama di geladak seperti yang mereka pelajari di pantai. Dengan kata lain, tidak ada sama sekali. Allan pernah mengundang sendiri Harry Belafonte terbang dari Amerika untuk menyanyikan tiga lagu pada hari ulang tahun Julius—omong-omong tentang memiliki terlalu banyak uang dan tidak cukup banyak berbuat. Harry turut serta makan malam meskipun tidak mendapat bonus pembayaran untuk itu. Malam itulah segala sesuatunya mulai berubah. Saat menjelaskan alasan memilih Belafonte, Allan mengatakan bahwa Julius sangat menyukai jenis musik berjiwa muda yang lebih modern ini. Julius menghargai perkataan itu dan tidak menyebutkan bahwa artis yang dimaksud sudah tidak muda sejak akhir Perang Dunia II. Dibandingkan dengan Allan, dia tentu saja masih anak-anak. Meskipun kunjungan artis ternama itu ke Bali hanya sedikit mewarnai kehidupan lanjut usia mereka yang membosankan, kelak akan terbukti bahwa kunjungan itu memengaruhi Allan dan Julius untuk waktu yang lama. Bukan karena lagu yang dinyanyikan oleh Belafonte, atau semacam itu, melainkan karena sesuatu yang dibawanya dan memikat perhatiannya selama makan sarapan sebelum pulang. Itu semacam alat. Benda hitam pipih bergambar apel digigit separuh di satu sisi, dan di sisi lain layar yang menyala ketika kau menyentuhnya. Harry menyentuhnya, lalu mengulanginya sekali lagi. Dan, bergumam, dan lagi. Lalu, tertawa kecil, sekali lagi. Kemudian, kembali bergumam. Allan bukan tipe usil, tetapi semua ada batasnya. “Mungkin masalah pribadi Tuan Belafonte bukan urusanku. Tapi, aku ingin bertanya berkaitan dengan yang sedang kau lakukan …. Apakah ada sesuatu yang terjadi di dalam … hm, di dalam benda itu?” Harry Belafonte baru menyadari bahwa Allan belum pernah melihat tablet dan dengan senang hati menunjukkan cara menggunakannya. Tablet itu dapat menunjukkan hal-hal yang sedang terjadi di dunia, dan yang sudah terjadi, serta memperkirakan apa yang akan terjadi. Bergantung dari bagian yang kau sentuh, akan muncul gambar-gambar dan video-video dari berbagai hal yang bisa kau bayangkan. Juga yang tidak terbayangkan olehmu. Jika kau menyentuh tombol-tombol lain, akan keluar musik. Tekan lagi tombol-tombol lain maka tablet ini mulai berbicara. Perlu kau ketahui, benda ini “perempuan”, namanya Siri. Setelah menyantap sarapan dan peragaan itu, Belafonte meraih koper kecil dan tablet hitam miliknya, lalu berdiri, hendak menuju bandara untuk pulang. Allan, Julius, dan manajer hotel mengucapkan selamat jalan. Taksi artis itu belum lagi menghilang dari pandangan ketika Allan menoleh kepada manajer hotel dan memintanya membawakan tablet yang sama dengan milik Harry Belafonte. Isinya yang beragam telah mengesankan pria 100 tahun itu, melebihi banyak hal lain. Manajer itu baru saja kembali dari konferensi perhotelan di Jakarta, tempat dia mempelajari bahwa tugas utama staf hotel bukan hanya membantu, melainkan juga memberi lebih dari itu. Ditambah lagi bahwa Tuan Karlsson dan Jonsson adalah dua tamu terbaik dalam sejarah pariwisata Bali, tidak mengherankan bila tepat keesokan harinya manajer itu membawakan tablet yang diinginkan Karlsson. Dan, sebuah ponsel. Sebagai bonus. Tablet hitam itu menjadi milik Allan yang paling berharga. Tak hanya itu, tabletnya bebas digunakan karena manajer hotel telah memerintahkan staf di toko komputer di Denpasar untuk menyetel tablet dan ponsel itu dengan berbagai pengaturan. Salah satunya, di antara banyak hal lain, adalah menyambungkan kartu-kartu SIM perangkat itu ke hotel, yang menemukan bahwa tagihan total telepon mereka naik dua kali lipat, meskipun tidak ada yang mengerti penyebabnya. Setelah pria 100 tahun itu mengetahui betapa hebat perangkat ini bekerja, tindakan pertamanya begitu bangun adalah menyalakan tablet untuk melihat berbagai peristiwa yang terjadi semalam. Yang membuatnya paling gembira adalah berita-berita pendek membahagiakan dari setiap sudut dunia. Seperti berita ratusan dokter dan perawat di Napoli bergiliran mengatur jam kerja agar semua orang masih dapat menerima gaji. Atau, kabar dari Rumania, tentang saking banyaknya pejabat pemerintah yang melakukan korupsi sehingga penjara-penjara negara tersebut penuh. Dan, tentang cara para pejabat yang belum ditahan mengatasi masalah itu: melegalkan korupsi agar mereka tidak perlu membangun penjara lagi. Allan dan Julius punya kebiasaan rutin baru pada pagi hari. Dahulu Allan mengisi waktu sarapan dengan mengeluhkan dengkuran keras temannya, yang terdengar dari balik tembok. Kebiasaan yang baru masih sama, tetapi dengan tambahan laporan Allan tentang berita-berita terkini yang diketahuinya dari tablet. Awalnya Julius menikmati kabar-kabar singkat itu, terutama karena berita-berita itu mengalihkan topik dari masalah dengkurannya. Dia gembira mendengar kabar Pemerintah Rumania akan melegalkan hal yang tidak legal. Bayangkan betapa jauh lebih mudahnya sebagai pencuri kecil tinggal di lingkungan seperti itu. Akan tetapi, Allan segera menepis pemikiran itu darinya karena jika pencuri kecil-kecilan dilegalkan, konsep tersebut tidak lagi ada. Julius, yang hampir menyarankan agar dia dan Allan meninggalkan Bali lalu pindah ke Bukares, seketika urung. Kenikmatan menjadi pencuri kecil tentu saja berasal dari keberhasilan mengambil sesuatu milik seseorang, terutama orang yang layak mendapatkannya atau setidaknya tidak akan terlalu menderita karenanya. Jika menipu tidak lagi dianggap menipu, apa gunanya?  

Spesifikasi Produk

SKU BT-031
ISBN 978-602-291-510-2
Berat 420 Gram
Dimensi (P/L/T) 13 Cm / 20 Cm/ 0 Cm
Halaman 512
Jenis Cover

Ulasan Produk

Tidak ada ulasan produk