Dua hal yang tak pernah Rose bayangkan: terbang ke Italia demi menyelamatkan sang bibi yang diculik Count Caruso dan menyamar menjadi anggota No Direction, boy band paling tenar di dunia.
Namun, tidak ada yang lebih mengejutkan Keluarga Bliss selain San Caruso, tempat Bibi Lily disekap. Kota itu lengang, semua penduduk berwajah muram, dan hanya ada satu hal yang boleh dijual dan disantap di sana: cupcake mini dalam berbagai varian warna dan rasa. Rasa kubis rebus? Rasa nanas? Steik, mungkin? Tenang, semuanya tersedia.
Namun, pada saat yang sama, Calamity Falls juga dilanda bencana: serangan gula bubuk, banjir soda, dan jaring-jaring permen kapas yang memenuhi kota. Penduduk terperangkap! Mana yang harus Rose dahulukan? Sang bibi, atau kota tempatnya tinggal?
Setelah menghadapi Bibi Lily yang ingin mencuri apokrif berisi resep rahasia trah keluarga Albatros, dan memenangi kompetisi memasak Gateaux Grands di Perancis, ketenangan Rose dan keluarnya masih terusik.
Mulanya Rose mendapat surat pemberitahuan melalui surat dari Biro Usaha AS dan berdasarkan UU Kongres, kalau toko roti The Bliss harus ditutup, dengan alasan tokonya tidak memiliki karyawan sampa seribu orang. Rose bersama Purdy, ibunya menuruti perintah ini, hanya bertahan 27 hari saja. Passion memasak yang sudah kadung mendarah daging membuat Purdy tidak tahan turun kembali ke dapur, membuat lagi kue-kue kesukaannya. Kali ini bukan untuk dijual, namun dibagikan secara gratis untuk para pelanggannnya.
Nah, keputusan Purdy untuk membuat lagi kue-kue ini ternyata membuka pintu masalah yang lebih besar bagi keluarganya. Dalam perjalaan pulang setelah membagikan kue, Rose bertemu dengan Tuan Kerr yang tampak simpatik. Awalnya cuma ngobrol biasa tentang kue dan panggilan hatinya untuk menjadi seorang pembuat kue yang profesional, namun berakhir dengan penculikan!
Rose bertemu dengan Tuan Butter, bosnya Kerr. Rose tidak boleh pulang kecuali ia bisa menyelasaikan 5 resep kue buatan pabriknya, Mostess Cake Corporation. Lalu dimulailah hari-hari Ross yang penuh ketegangan. Mulai dari bahan kue yang dibuat ternyata bukan makanan asli (bahan makanan sintetis, produk konsumsi mirip makanan), jejak Bibi Lily yang pernah tinggal di pabrik ini, dan masa lalu Butter yang ternyata berhubungan dengan keluarganya.
Meski selama disandera Rose dibantu oleh Guss, kucing ras Scotish Field dan para asistennya di pabrik - Marge, Ning, Jasmine, Gene, si kembar: Melanie dan Felanie - yang membongkar niat busuk Butter dan Kerr, Rose harus berhati-hati bertindak. Ada nasib keluarganya yang jadi taruhan, juga bahan-bahan aneh dari resep kue yang juga mengancam nyawanya. Sebut saja bahan sihir Hag O the Mist yang mengincar jantung orang yang tak berdosa, dan jebakan-jebakan lainnya yang ada di Pabrik Mostess Cake Corporation. Bersama Guss dan Sage yang muncul, Rose juga harus memikirkan nasib orang banyak yang akan dijadikan Zombie melalui kue-kue buatan pabriknya Butter ini.
Sama seperti dua seri sebelumnya, novel ini kental dengan petualangan seru khas remaja. Buat yang seumuran saya, saat membaca novel ini bagaikan menekan tombol rewind belasan tahun silam. Feel much younger *nyengir sambil pamerin ktp*.
Imajinasinya juga keren-keren, dan ga kebayang bakal kita dapatkan di sini. Meskipun ada sisi lain yang rada absurd. Misalnya saja rahasia tentang kue buatan Mostess ini yang punya pengaruh jahat seperti timbulnya obesitas, diabetes, atau keluhan gigi berlubang. Faktanya, tanpa taburan formula rahasia atau bisikian mantera sihir pun, terlalu banyak makan makanan bertepung atau manis kan emang bisa mengundang penyakit-penyakit itu tadi. Ya, kan?
Novel ini juga masih memuat pesan yang baik. Tentang ketulusan, kepercayaan, pantang menyerah dan kasih sayang dengan keluarga, meski kadang-kadang saudara kita menjelma jadi sosok yang rese. Tapi ikatan darah tidak pernah terputus karenanya.
Empat dari lima bintang saya acungkan buat novel ini. Jangan khawatirkan soal alih bahasanya, enak, kok. Serenyah gigitan kue kering yang menemani saat kita membaca novel ini. Inget ya, jangan kebanyakan ngemilnya. Meski ga ada mantra sihir dan whatsoever khayalan yang ada di cerita ini, yang namanya makan berlebihan mah tetep aja ga baik buat kesehatan.
Sumber: https://www.resensiefi.my.id/2016/09/resensi-novel-bliss-bakery-trilogi-3_18.html