Tragedi malam itu benar-benar mimpi buruk. Seorang manusia api mengurung ayah Carter dan Sadie Kane dalam peti mati dan menenggelamkannya ke bawah lapisan bumi. Kakak beradik itu pun terjebak dalam sebuah petualangan menegangkan yang akan menguak rahasia keluarga mereka.
Sebelum menghilang, sang ayah tanpa sengaja telah membangkitkan lima dewa Mesir kuno. Dan, kini salah satu dewa Mesir yang suka membuat onar, Set, mengicar nyawa Carter dan Sadie. Dengan hanya berbekal sedikit pengetahuan tentang kekuatan magis, mereka terus berjuang untuk menyelamatkan diri dan mencari ayah mereka. Mengapa Set mengincar nyawa kakak beradik itu? Mampukah mereka menemukan ayah mereka?
“Penggabungan mitologi dan dunia modern dengan cara yang genius.”
—Susan Carpenter, Los Angeles Times
“... petualangan fantasi ini menceritakan hal-hal yang sangat disukai penggemar seri Percy Jackson and the Olympians. Kejutan pada akhir cerita membuat pembaca mulai mencari loker yang tepat di setiap sekolah.”
—Carolyn Phelan, Booklist
“... Rick memiliki sebuah rumusan tersendiri, dan buku ini benar-benar melampaui formula tersebut dalam menceritakan mitologi Mesir asli ....”
—Tim Wadham, School Library Journal
Ulasan buku The Red Pyramid karya Rick Riordan
Dalam Red Pyramid, buku pertama pada serial The Kane Chronicles, seorang anak memiliki kekuatan seperti dewa, tetapi tidak sadar hingga hal-hal aneh datang menghampirinya. Hilangnya orangtuanya mendorongnya mengenal karakter-karakter kuno dan berkelana ke tempat-tempat lain di dunia. Ada pertarungan dengan kekuatan jahat dan tenggat waktu agar dia menyelesaikan misinya, agar masyarakat tidak terlibat kekacauan.
Jika ini terdengar seperti serial Rick lainnya berjudul Percy Jackson and The Olympians yang menjadi buku serial fantasi terlaris versi New York Times dan difilmkan dengan judul The Lightning Thief, itu bukanlah suatu kebetulan. Mengapa harus mengacaukan formula yang sukses jika kau bisa menggunakannya untuk membuat cerita baru yang berjalan cepat dan menarik seperti pendahulunya?
Rick telah membuktikannya dengan The Red Pyramid. Ada dua protagonis, Carter dan Sadie Kane, dan kekuatan mereka berasal dari dewa Mesir. Misi mereka adalah menemukan ayah mereka, seorang arkeolog yang tanpa sengaja meledakkan British Museum pada malam Natal dan menyebabkan dia terperangkap di bawah lantai museum.
Sekali lagi, Rick mahir menyatukan kehidupan modern dengan mitologi dan sejarah, menghidupkan kembali artefak berdebu seperti Batu Rosetta dan menyegarkan kembali alur cerita Mesir kuno.
Ketika Sadie dan Carter berteleportasi dari London dan Kairo ke Paris dan Phoenix dan berubah bentuk menjadi berbagai jenis hewan, mereka mulai menyadari bahwa mereka bukanlah anak-anak biasa. Mereka adalah penyihir, meskipun upaya mereka untuk memanggil pedang terkadang malah mendatangkan pisau mentega.
Tidak hanya itu, mereka juga keturunan Pharaoh dan tubuh mereka pun dihuni sementara oleh dewa-dewa Mesir.
Keadaan yang sangat tidak masuk akal seperti itu, ditambah kemampuan Rick menciptakan dialog, membuat Sadie yang berusia 12 tahun dan Carter yang berusia 14 tahun mengocehkan, “Mengapa monster berusia 5.000 tahun menyerang rumah kami?” atau “Maaf, Nona Dewi Wanita” ketika mereka tanpa sadar memainkan narasi yang telah ditakdirkan selama ribuan tahun.
Sadie ternyata adalah Isis; dewi kesuburan, yang sedang dalam pencarian untuk menemukan dewa dunia yang lebih rendah, Osiris. Carter adalah Horus, putra Osiris, yang harus mengalahkan Set, dewa yang memenjarakan ayahnya.
Benda-benda yang membantu mereka selama perjalanan berupa alat-alat Mesir kuno, termasuk patung-patung tanah liat yang hidup dan membimbing mereka, dan gulungan papirus yang mengungkapkan informasi yang akan membantu pencarian mereka.
Sadie tidak kesulitan menafsirkan hieroglif, kesamaan lain antara dia dan Percy Jackson, yang juga tidak mengerti mengapa dia bisa membaca bahasa Yunani kuno sampai dia tahu bahwa dia adalah seorang dewa. Seperti Percy—yang berasal dari Perseus, nama Carter juga memiliki makna tersendiri. Kata Carter berasal dari Howard Carter, orang yang menemukan makam Raja Tut.
Kesamaan antara Percy Jackson & the Olympians dan The Red Pyramid sangat banyak, tetapi jika The Red Pyramid menyontek Percy Jackson & the Olympians, setidaknya Riordan menyontek karyanya sendiri.
Terlepas dari itu, cerita barunya, seperti karya lamanya, ditulis dengan kreatif dan diceritakan dengan baik, plus keuntungan tambahan berupa pengemasan sejarah secara menarik.
Mengenai berapa banyak buku dalam serial The Kane Chronicles, Riordan mengatakan kepada Publishers Weekly November lalu bahwa dia sedang merencanakan seri tiga buku, meskipun dia mengakui, “Mungkin akan lebih dari itu (tiga buku).”
Sadie dan Carter sendiri tampaknya akan bertemu beberapa dewa lain dalam petualangan mereka selanjutnya.
Lagi pula, The Red Pyramid disusun sebagai transkrip dari rekaman digital oleh dua protagonisnya—transkrip yang ditinggal di loker sekolah dengan harapan bahwa para dewa lainnya akan melanjutkan cerita tersebut.
susan.carpenter@latimes.com
https://www.latimes.com/entertainment/la-et-book3-20100503-story.html