Pertarungan melawan Kekacauan terus berlanjut. Sejak dewa-dewi Mesir terlepas ke dunia modern, Carter dan Sadie Kane terlibat banyak masalah. Dan, kini, Apophis, musuh mereka yang paling berbahaya, akan segera bangkit.
Satu-satunya cara untuk mengalahkan Apophis adalah dengan membangkitkan Ra, dewa matahari. Masalahnya, tidak ada yang tahu di mana Ra. Bukan hanya itu, untuk membangkitkan Ra, mereka sebelumnya harus menemukan tiga gulungan dari Kitab Ra dan mempelajari mantra yang tepat untuk bisa membacanya.
Meski banyak rintangan mengadang, Sadie dan Carter harus berhasil. Karena, jika mereka gagal, maka kiamat akan terjadi.
“Gaya bercerita yang membuat pembaca ketagihan.”
—Philip Ardagh (The Guardian)
“Lucu dan energik. Sangat membekas dan menyentuh.”
—The Times
“Perpaduan fantastis antara dunia mitos dan modern”
—Eoin Colfer, penulis Artemis Fowl
“Pasti akan menjadi sebuah mahakarya”
—Sunday Express
“Penggabungan mitologi dan dunia modern dengan cara yang genius.”
—Susan Carpenter, Los Angeles Times
“... petualangan fantasi ini menceritakan hal-hal yang sangat disukai penggemar seri Percy Jackson and the Olympians. Kejutan di akhir cerita membuat pembaca mulai mencari loker yang tepat di setiap sekolah.”
—Carolyn Phelan, Booklist
“... Rick memiliki sebuah rumusan tersendiri, dan buku ini benar-benar melampaui formula tersebut dalam menceritakan mitologi Mesir asli ....”
—Tim Wadham, School Library Journal
Dalam buku kedua seri Kane Chronicles, penulis buku misteri Tres Navarre yang tinggal di Texas ini dengan cerdik menggunakan hiburan yang lucu, romantis, magis, dan penuh sensasi untuk mendidik remaja tentang mitologi Mesir kuno. Namun, kami tidak terkejut karena dia melakukan hal yang sama terhadap mitologi Yunani dalam seri Percy Jackson and the Olympians dan mitologi Romawi dalam seri Heroes of Olympus. Bacalah, kau akan membutuhkan sebuah peta untuk mengetahui cara Rick Riordan yang bervariasi saat membawa legenda para dewa dan pahlawan kuno ke masa sekarang. Namun, terlepas dari kerumitan dunia dalam aksi-aksi dalam buku ini, serta keanehan para dewa, monster, dan konsep mitologis yang diperkenalkannya, buku ini sangat mudah dinikmati.
Pesona Sadie dan Carter yang bergiliran mendiktekan kisah mereka layaknya perekam suara adalah salah satu alasannya. Yang lain adalah kecakapan Rick dalam mengkritik tajam sedikit keanehan dari hal-hal remeh di dunia Mesir Kuno, seperti menjuluki dewa bertanduk satu dengan “Bullwinkle” (si Bodoh), atau menggambarkan burung imajiner griffin sebagai burung kolibri seberat tiga ribu kilo. Kau mungkin mentertawai dewa cebol berbulu yang berpakaian jelek dan suka berteriak “BOO!” tetapi dia akan sulit lepas dari ingatanmu.
Penyihir remaja Sadie dan Carter Kane semakin menunjukkan kegeniusan mereka dengan menjuluki penjahat sebagai “manusia es krim”, berspekulasi bahwa Ptah adalah dewa ludah, dan menggambarkan dewa dunia kejahatan memiliki kulit sewarna blueberry. Namun, kelakar dan ejekan mereka dibutuhkan sebagai hiburan dari petualangan mereka yang sangat gelap. Sebab, kau tahulah, dunia akan berakhir dalam empat hari kecuali mereka melakukan sesuatu. Sesuatu yang besar, yakni membangkitkan Ra, firaun dari para dewa yang tertidur selama tiga ribu tahun. Hanya Ra yang cukup kuat untuk menyeimbangkan kekuatan dunia Kekacauan yang diwakili oleh dewa ular Apophis dengan Ma’at, atau dunia Keteraturan.
Namun, bahkan jika mereka menemukannya, serta tiga lembar gulungan berisi mantra untuk membangunkannya, itu mungkin tidak cukup. Lagi pula, Ra sudah tua untuk memimpin para dewa dan benar-benar pikun dan Kane Bersaudara menghadapi tugas yang mustahil. Mereka harus melakukan itu semua sambil menahan godaan untuk merebut kekuasaan bagi diri mereka sendiri, untuk bersatu dengan Horus dan Isis, dan untuk mencoba kekuatan istimewa mereka sendiri yang menguat untuk melawan Apophis.
Tentu saja, itu akan sangat buruk. Namun, tugas mereka tidak menjadi lebih mudah ketika kemenangan yang mereka dapatkan malah menempatkan orang-orang yang mereka sayangi dalam bahaya, ketika banyak rekan penyihir mereka berdatangan untuk membunuh mereka, ketika pangkalan mereka di Brooklyn diserang oleh para iblis, dan ketika perjalanan mereka melalui 12 rumah dunia kejahatan dilanda kemalangan, sabotase, dan permainan mematikan dengan salah satu dewa Mesir yang paling tidak menarik. Sebuah makam yang penuh dengan mumi dan hantu, pertandingan gulat dengan setan sungai, pertempuran di stasiun kereta api dengan dewi burung bangkai dan babun yang keramas berlebihan, dan beberapa pengalaman ragawi hanyalah beberapa dari perjalanan kecil-kecilan yang membuat pencarian mereka lebih menarik. Dari St. Petersburg yang dingin hingga Kairo yang terik, persinggahan di New York, London, dan sebuah panti jompo bagi para dewa yang mengundurkan diri, Kane Bersaudara mendapatkan tur pencarian penuh mitos klasik sementara waktu mereka habis.
Apa pun yang terjadi, dunia akan berbeda ketika Carter dan Sadie melewatinya. Namun, petualangan mereka masih jauh dari selesai. Kane Chronicles akan berlanjut pada buku ketiga, The Serpent’s Shadow yang akan dirilis pada 2012. Plus, buku ini dan pendahulunya The Red Pyramid telah diterbitkan sebagai novel grafis; dan seri percobaan yang menggabungkan cerita Kane Bersaudara dengan Percy Jackson kini terdiri dari dua buku: The Son of Sobek dan The Staff of Serapis. Bahkan, ada Kane Chronicles Survival Guide, yang dipertanyakan kelayakannya. Sedangkan, saya akan tetap fokus pada cerita karya Rick Riordan.
http://blog.mugglenet.com/2014/03/book-review-the-throne-of-fire-by-rick-riordan/