Ketersediaan : Tersedia

THE READ-ALOUD HANDBOOK-NEW

Deskripsi Produk

Jika Anda hanya diberikan 30 menit untuk berhadapan dengan anak-anak, hal terbaik apa yang bisa Anda lakukan? Tanyakan pada Jim Trelease dan pasti dia akan menjawab, “Membacakan buku dengan nyaring.” Membacakan buku, selain sebagai sumber informasi dan imajinasi, juga mampu mempererat ikatan antara orangtua dan anak. Teknik membaca nyaring (read…

Baca Selengkapnya...

Rp 94.000

Rp 79.900

Jika Anda hanya diberikan 30 menit untuk berhadapan dengan anak-anak, hal terbaik apa yang bisa Anda lakukan? Tanyakan pada Jim Trelease dan pasti dia akan menjawab, “Membacakan buku dengan nyaring.”

Membacakan buku, selain sebagai sumber informasi dan imajinasi, juga mampu mempererat ikatan antara orangtua dan anak. Teknik membaca nyaring (read aloud) juga terbukti meningkatkan kemampuan dalam membaca, menulis, berbicara, dan mendengar, serta menambah kegairahan anak-anak dalam belajar apa pun.

Selama lebih dari tiga dekade, buku ini telah membantu jutaan orangtua, guru, dan anak-anak, membuat anak-anak menemukan kenikmatan membaca dan menjadikan mereka seorang pembaca seumur hidupnya.

Kini, buku edisi terbarunya dilengkapi dengan hasil penelitian termutakhir, termasuk pembelajaran digital yang sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini.

Tentang JIM TRELEASE

Resensi

"Buku ini lebih dari sekadar membaca dengan nyaring. Ini adalah momen orangtua, guru, dan anak-anak menghabiskan waktu bersama dan berbagi dengan penuh cinta." —The Washington Post "Ketika saya membaca buku ini, saya semakin terpesona dengan isinya . Saya merekomendasikannya tanpa syarat"  —"Dear Abby" "Membaca dengan nyaring  adalah pengalaman menyenangkan bagi anak dan orangtua. Buku ini memberi tahu rahasianya  dan cara membuatnya berhasil." —Arthur Schlesinger "The Read-Aloud Handbook berjanji memberikan inspirasi baru pada orangtua, guru, dan semua orang yang peduli dengan anak-anak, membaca, dan mencari kebahagiaan."  —The Denver Post "Penting, menyegarkan, dan inspiratif ... bravo untuk Trelease! Semua orang harus membaca buku ini.” — Los Angeles Herald Examiner   The Read-Aloud Handbook, Mengajak Pendidik Lebih Sering Membaca Nyaring https://inspirasibundamagz.wordpress.com/2018/01/07/resensi-the-read-aloud-handbook-membaca-nyaring/ Bunda tentu sudah sering membacakan buku untuk anak-anak, bukan? Jika Bunda mengikuti perkuliahan Bunda Sayang di Institut Ibu Profesional, ‘Menstimulasi Anak Suka Membaca’ merupakan salah satu materi yang diberikan di dalamnya. Namun, sejauh ini, apakah Bunda sudah benar-benar paham apa saja manfaat membacakan buku untuk anak? Bagaimana cara membacakan buku dengan tepat sesuai usia? Apakah media elektronik sama bagusnya untuk membaca? Dan, bagaimana jika anak-anak Bunda sampai sekarang hanya mau membaca komik? Buku The Read-Aloud Handbook karya Jim Trelease memberikan jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan di atas. Jim Trelease adalah seorang penulis dan penggerak literasi yang telah mengkampanyekan gerakan membaca nyaring kepada pendidik dan orang tua selama puluhan tahun. Meskipun ia telah mengumumkan pensiun dari domain publik pada tahun 2008 yang lalu, karyanya masih terus diterbitkan ulang hingga kini, termasuk di Indonesia. Banyak orang tua memasrahkan urusan anak membaca pada sekolah. Padahal, anak menghabiskan lebih banyak waktunya di rumah daripada di sekolah. Buku ini mengajak para orang tua untuk lebih peduli terhadap pembangkitan minat baca anak karena besarnya pengaruh kebiasaan membaca di rumah terhadap kecerdasan anak. Namun, buku ini juga cocok dibaca oleh para guru dan pengambil kebijakan, karena bagaimana pun juga sekolah punya andil besar dalam pendidikan anak, termasuk dalam hal membaca. The Read-Aloud Handbook dibuka dengan sebuah kutipan yang menyentuh dari Eric Hoffer, "Tugas utama pendidikan adalah untuk menanamkan sebuah keinginan dan fasilitas untuk belajar: bukan untuk menghasilkan orang-orang terpelajar melainkan orang-orang yang terus belajar. Peradaban sejati adalah peradaban pembelajaran, ketika kakek-nenek, orangtua, dan anak-anak sama-sama menjadi murid." Ya, menjadikan anak-anak kita manusia pembelajar adalah tujuan akhir dari mengajari anak mau membaca, yang harus kita camkan baik-baik di dalam hati sebagai orang tua dan pendidik. Bagaimana cara terbaik untuk menumbuhkan minat baca anak? Menurut Trelease, jawabannya adalah membaca nyaring (read-aloud) sesering mungkin. Dua fakta penting tentang membaca dijabarkan dalam buku ini. Yang pertama, disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang berorientasi kesenangan. Karena itu, untuk menumbuhkan minat baca pada anak, pendidik perlu mengasosiasikan membaca dengan hal yang menyenangkan, terutama di tahun-tahun pertama. Yang kedua, membaca adalah sebuah keahlian yang perlu diasah agar seseorang menjadi mahir. Kesimpulannya, semakin banyak seseorang membaca, ia akan semakin menyukainya dan akan semakin baik pula kemampuan membacanya. Trelease kemudian membahas tentang membaca nyaring secara lebih rinci. Bunda dapat membaca di bab ketiga tentang tahapan membacakan buku bagi anak, mulai dari buku bergambar hitam putih ketika anak baru dilahirkan hingga novel tebal ratusan halaman ketika anak beranjak dewasa. Bab berikutnya membahas berbagai hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika membaca nyaring. Tips yang disampaikan sungguh praktis dan mengena. Misalnya, untuk mendorong keterlibatan anak, kita bisa meminta mereka membalik halaman bukunya, membahas sampul sebelum mulai membaca, dan mengakhiri setiap bacaan dengan diskusi tanpa harus mengubahnya menjadi kuis. Bagaimana cara membangun atmosfer membaca yang nyaman juga dapat Bunda temukan disini. Selain membahas tentang membaca nyaring, buku ini juga membahas tentang Sustained Silent Reading (SSR) atau membaca dalam hati, yang merupakan partner metode membaca nyaring bagi anak-anak yang sudah bisa membaca sendiri. Trelease menekankan pentingnya teladan orang tua dalam membaca. Tentu tidak akan berhasil jika kita menyuruh anak membaca buku sedangkan orangtuanya menonton televisi. Trelease juga menggarisbawahi bahwa ketika anak-anak kita sudah dapat membaca sendiri, bukan berarti kita harus menghentikan kegiatan membaca nyaring untuk mereka. Edisi terbaru buku ini membahas pula tentang beragam media elektronik yang menjadi alternatif media cetak saat ini, mulai dari televisi, membaca online, maupun e-book. Meskipun Trelease bersikap objektif dengan memaparkan baik sisi negatif maupun positif dari beragam media elektronik di atas, pendapatnya cenderung memposisikan media cetak sebagai media terbaik untuk saat ini. Namun, ia juga mengakui bahwa manusia sedang berada pada sesi transisi menuju era serba digital, dan anak-anak di masa depan kemungkinan besar akan membaca sama baiknya melalui media digital dibandingkan dengan media cetak. Dalam buku ini dipaparkan banyak hasil penelitian yang meyakinkan kita sebagai pembaca mengenai pentingnya membaca bagi kecerdasan, dan pada akhirnya pada kesuksesan masa depan anak-anak.  Tidak hanya itu, Trelease juga mencantumkan kisah-kisah nyata dari para orang tua, guru, kepala sekolah, dan anak-anak, yang membuat kita semakin percaya bahwa hal kecil seperti membaca buku mampu membawa nasib seseorang jauh melampaui ekspektasi terhadapnya. Inilah yang menjadi salah satu kekuatan buku ini: tidak hanya berbasis fakta, namun juga dihiasi dengan kisah inspiratif yang menggugah kita untuk semakin peduli pada pesan yang dibawanya. Mari tumbuhkan minat baca anak-anak kita di rumah. Selamat membaca nyaring! https://rawatasa.wordpress.com/2017/10/23/ulasan-buku-the-read-aloud-handbook/ Tahun lalu, ketika saya mulai menjadi relawan di Pustakalana, adalah saat pertama saya tahu keberadaan buku The Read-Aloud Handbook karya Jim Trelease. Buku ini masuk dalam radar karena banyak ibu-ibu anggota Pustakalana yang lalu-lalang meminjamnya. Jadi–setelah selesai melongo dan menghabiskan buku ini–inilah rekapan daftar pertanyaan (yang menurut saya) penting dan berhasil  dijawab buku ini.   The Read-Aloud Handbook edisi terjemahan. Apakah read-aloud itu? Kegiatan membacakan buku dengan lantang.   Apakah kegiatan ini sama dengan mendongeng? Mendongeng adalah kegiatan berbahasa lisan. Cerita yang didongengkan kebanyakan bersumber dari cerita lisan (misalnya dongeng zaman dulu). Sedangkan read-aloud adalah kegiatan membacakan dengan lantang berdasarkan cerita tertulis (dari buku). Keduanya memiliki fungsi yang berbeda. Mendongeng melatih imajinasi dan kemampuan berbicara di depan umum. Sementara read-aloud, selain melatih imajinasi, juga memberikan kesempatan bagi anak untuk menikmati kegiatan membaca.   Menikmati kegiatan membaca? Memangnya, kenapa kita harus membaca? Fungsi terpraktis: membaca adalah kemampuan paling penting untuk memahami apapun. Kita bisa punya komputer paling canggih, tetapi untuk memaksimalkan penggunaan komputer tersebut, kita harus mampu membaca instruksi manualnya. Pembelajaran di kelas pun tidak akan cukup untuk memindahkan ilmu yang dipahami pengajar kepada murid. Tugas pengajar hanya memberikan konteks dan pengantar, sementara buku memberikan pemahaman mendalam. Kita bahkan bisa mempelajari sesuatu tanpa harus mengikuti kelas, hanya dengan membaca. Pembelajaran yang kita dapat dari internet atau tatap muka hanya membahas permukaan, untuk paham, membaca masih menjadi cara yang praktis (walau mungkin tidak mudah). “It is one of the chief ways that I learn, and has been since I was a kid. These days, I also get to visit interesting places, meet with scientists and watch a lot of lectures online. But reading is still the main way that I both learn new things and test my understanding.”- Bill Gates, on reading. Fungsi kedua, membaca memberikan “informasi latar belakang.” Ia adalah konteks. Contohnya, saat kita mengajari seorang anak mengenai ekosistem laut. Anak yang tidak memiliki informasi latar belakang yang cukup (misal: adanya binatang di dunia ini, jenis-jenis binatang, tempat tinggal binatang (darat dan/atau perairan), bumi terdiri dari daratan dan perairan, dll) akan mengalami kesulitan memahami ekosistem laut. Informasi latar belakang sangatlah penting sebagai modal belajar. Orang yang rajin membaca/ dibacakan buku pasti memiliki lebih banyak informasi latar belakang untuk dijadikan fondasi pembelajaran. Membaca juga melatih kecakapan verbal. Sederhananya kecakapan verbal adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk memahami dan dipahami orang lain (medianya bisa dengan berbicara dan menulis). Percakapan sehari-hari (dalam Bahasa Inggris) terdiri dari lima ribu kata Leksikon Dasar yang ditambah oleh kosakata yang tidak terlalu sering digunakan dalam percakapan, juga berjumlah lima ribu kata. Sepuluh ribu kata ini disebut Leksikon Umum. Tapi kecakapan verba tidak ditentukan oleh Leksikon Umum ini, melainkan oleh kosakata lain yang jarang digunakan dalam percakapan. Kosakata ini ditemukan dalam teks cetak. Orang yang sejak dini terpapar aktivitas membaca, mempunyai kosakata di luar Leksikon Umum yang dapat membantunya membaca buku pelajaran dan mengungkapkan ide (lewat kata-kata/tulisan) dengan mudah dan bernas.   Lalu, kenapa read-aloud? Apa hubungannya dengan membaca? Fungsi read-aloud (selain menumbuhkan imajinasi) adalah menginspirasi anak menjadi gemar membaca. Dengan read-aloud kita mencapai hal-hal berikut: Menciptakan manusia yang cinta membaca. Tidak ada orang yang mau berkunjung ke rumah saudaranya yang menyebalkan atau makan di restoran yang makanannya tidak enak. Manusia selalu suka hal yang menyenangkan. Tapi selama ini, membaca selalu dikonotasikan dengan kebosanan, karena seringnya kita hanya membaca buku saat mau ujian. Read-aloud menunjukan bahwa membaca adalah kegiatan yang menyenangkan. Mereka tidak mengasosiasikan membaca dengan asosial, tetapi kenikmatan dalam berbagi petualangan/pengetahuan. Orang tua pembaca yang menjadi teladan. Saat kita kecil kita selalu mencontoh perbuatan kedua orang tua kita. Dengan read-aloud kita memberikan teladan membaca dan membagikan kebahagiaan pada anak-anak. Percayalah menyuruh anak membaca ketika kita tetap menonton televisi tidak akan membuat anak kita menjadi pembaca. Membangun waktu yang berkualitas dengan keluarga. Saat kita pergi ke pusat perbelanjaan atau menonton film bersama keluarga, kita hanyalah menjadi manusia pasif yang dicekoki komoditas tanpa kesempatan berpikir. Ketika kita melakukan read-aloud, kita mencoba mengembangkan imajinasi dan opini pendengar cerita, menciptakan diskusi tempat mereka bertanya. Mempercepat perkenalan dengan aktivitas membaca. “Membaca” bisa dilakukan oleh mata dan telinga. Butuh waktu cukup lama bagi anak dapat menerima bacaan dengan mata, tetapi telinga mereka (sejak masih janin pun) sudah siap untuk menerima bacaan, yaitu melalui aktivitas read-aloud.   Sejak kapan kita bisa mulai melakukan read-aloud? Lebih cepat lebih baik. Dus, waktu terbaik adalah sejak dalam kandungan. Orang tua selalu berbicara kepada anak dari saat di kandungan (padahal janin tidak mungkin paham apa yang diperbincangkan), tapi kita tetap melakukannya. Dengan logika yang sama, kita bisa melaksanakan read-aloud sejak masih dalam kandungan. Hingga bayi berusia 4 bulan, tidaklah penting buku apa yang dibacakan, tahap ini adalah pengenalan dan memberikan kesempatan latihan untuk si orangtua. Pada 4 bulan ke atas, orang tua dapat memilih buku-buku yang sesuai untuk bayi.   Sampai kapan? Kalau dalam buku ini, sampai SMA. Bukan berarti setelah anak mampu membaca dalam hati, kita harus berhenti membacakan buku kepada mereka. Karena akuilah, dewasa ini remaja dan orang dewasa jarang sekali membaca buku. Dengan terus melaksanakan read-aloud (dengan buku yang disesuaikan), kita memelihara rutinitas membaca dan mencuci otak mereka bahwa membaca adalah kesenangan yang tidak memandang usia (dan tidak berhenti meskipun kita sudah “bisa” membaca).   Jika anak sudah balita? Apakah saya terlambat untuk memulai? Tidak pernah ada kata terlambat, karena membaca adalah sebuah keahlian. Semua keahlian dapat dilatih. Ada orang yang baru belajar menyetir mobil di umur 40 tahun dan akhirnya bisa menyetir dengan baik. Kemungkinan yang ada adalah kesulitan untuk beradaptasi dalam rutinitas yang baru, sulit tapi tetap bisa dilakukan.   Apakah membaca tetap relevan di era video/televisi sekarang ini? Ya, karena pengetahuan terbatas yang diberikan oleh video/televisi. Kosakata yang disajikan oleh video/televisi pun lebih menggunakan kosakata bahasa lisan, sehingga tidak mengembangkan kecakapakan verbal kita. Selain itu, semua detail dalam tayangan video/televisi disajikan secara cepat. Bagi anak hal tersebut akan mengganggu fokus mereka (nantinya mengakibatkan anak berdaya fokus rendah dan mudah terdistraksi). Sedangkan berinteraksi dengan buku, kita bisa menyesuaikan kecepatan sesuai dengan kemampuan anak. Hal tersebut meningkatkan pemahaman dan kemampuan fokus anak, juga meningkatkan kepercayaan dirinya. (!!!) Buku ini tidak “menyerang” keburukan televisi. Ketakutan yang ada lebih terhadap banyaknya waktu yang terbuang ketika anak menonton televisi ketika sebenarnya ada kegiatan-kegiatan lain yang bisa dilakukan oleh anak.   Karena salah satu fungsi membaca adalah untuk menambah informasi latar belakang, apakah buku non-fiksi jauh lebih baik dari buku fiksi? Nyatanya tidak. Apalagi bagi anak-anak, buku fiksi membantu mengembangkan imajinasi  dan fokus. Dengan membaca Harry Potter, misalnya, anak akan berhadapan dengan dunia yang amat baru, dunia sihir. Mereka harus mengembangkan imajinasi dan fokus mereka untuk berempati dan merasakan petualangan di dunia asing karangan J.K. Rowling.   Bagaimana jika anak lebih suka membaca komik/majalah yang menurut kita murahan/tidak berkualitas? Di Amerika Serikat, kebanyakan pembaca dewasa mulai membaca sejak mereka kecil. Buku yang mereka baca? Komik atau buku cerita pahlawan kesukaannya. Bukan buku yang kita harapkan mereka baca kan? Hal terpenting adalah memupuk kesenangan mereka membaca. Bahkan untuk membaca komik dibutuhkan kecakapan khusus, seperti kemampuan membaca urutan gambar, arah alur cerita, dan pemahaman gambar. Kita wajib menyediakan buku yang berkualitas, tapi jangan padamkan semangat mereka dengan melabeli buku yang mereka baca dengan label jelek dan buang-buang waktu.   Sebagai manusia dewasa yang belum menikah dan punya anak, apa yang bisa kita lakukan untuk menularkan semangat membaca? Bicara tentang buku kepada siapa saja. Sama halnya saat kita membicarakan film bagus yang tengah diputar di bioskop. Kita ingin menonton film itu karena iklan (dari internet dan obrolan teman-teman kita). Problematika dalam membaca adalah, kita jarang sekali membicarakan buku yang kita baca. Ketertarikan membaca bisa dimulai dari berbagi isi buku yang menurut kita menyenangkan. I think that Harry Potter Saga became worlwidely famous not only because of the superb plot but also because people who read them can’t seem to stop talking about it. Pertanyaan-pertanyaan di atas hanya sepersepuluh dari pengetahuan yang bisa diambil buku ini. Dan menurut saya, buku ini walaupun terlihat seperti buku parenting tapi cocok untuk dibaca semua orang, mengingatkan kembali pentingnya membaca ;). http://daramaina.blogspot.co.id/2009/12/read-aloud-handbook-jim-trelease.html

Spesifikasi Produk

SKU ND-258
ISBN 978-602-385-276-5
Berat 380 Gram
Dimensi (P/L/T) 15 Cm / 23 Cm/ 0 Cm
Halaman 380
Jenis Cover

Ulasan Produk

Tidak ada ulasan produk