Ketersediaan : Tersedia

URBAN ROMANCE : FLAGA

Deskripsi Produk

FLA Ada masa lalu yang ingin kuhapus dari ingatan. Tentang cinta pertama. Tentang versi muda diriku yang menyatakan suka dengan polos kepada seorang pemuda. Aku menggerusnya. Perlahan. Tahun demi tahun. Menimpanya dengan memori baru. Jadi, kenapa dia kembali datang? Ingin menikahiku, dia bilang? Dasar gila! AGA Ada masa lalu yang…

Baca Selengkapnya...

Rp 69.000

Rp 35.000

FLA

Ada masa lalu yang ingin kuhapus dari ingatan.
Tentang cinta pertama.
Tentang versi muda diriku yang menyatakan suka dengan polos kepada seorang pemuda.
Aku menggerusnya. Perlahan. Tahun demi tahun. Menimpanya dengan memori baru.
Jadi, kenapa dia kembali datang?
Ingin menikahiku, dia bilang?
Dasar gila!


AGA

Ada masa lalu yang ingin kuperbaiki.
Versi muda diriku yang merusak keseluruhan masa SMA seorang gadis.
Ada masa depan yang ingin kuraih.
Versi dewasaku yang ingin menepati janji.
Yang ingin memasuki hidupnya kembali.
Dan, kini, begitu ingin memiliki.
 

Tentang Eva Kurniasari

Resensi

Kesan-Kesan Menulis Flaga Oleh: Eva Kurniasari Tempat aku mengetikkan kalimat pertama cerita Flaga adalah di meja customer service sebuah bank yang merupakan tempat kerja pertamaku. Kantor cabang yang baru dibuka itu masih sepi, serta kejenuhan yang begitu menyiksa membuat pikiranku melayang ke mana-mana. Menatap orang-orang yang lalu lalang dari balik kaca, mirip seperti yang dilakukan Fla. Di tengah kebosanan itu, entah mengapa aku malah membayangkan bagaimana jika ada sesosok pria dengan tatapan mata dingin dan senyum datar tiba-tiba datang ke meja customer service-ku. Dan, kejutan, ternyata dia adalah orang dari masa laluku. Apa aku akan kabur atau pura-pura tidak mengenalnya? Duh! Pikiran macam apa itu? Sepertinya kejenuhan mulai membuatku gila. Akhirnya, tanganku yang bebas mulai mengetik kata demi kata. Terciptalah Fla, seorang gadis yang berusaha melupakan sosok di masa lalunya. Juga Aga, pria yang sedang berusaha mendapatkan kembali cinta pertamanya.  Menceritakan soal Aga pasti tidak akan ada habisnya karena dia yang selalu membuatku bersemangat mencari ide baru. Karakter yang dingin, cuek, emosian, tetapi di sisi lain sebenarnya begitu berharap kepada Fla.  Cerita awal yang terlintas di pikiranku adalah Fla dan Aga yang berpisah setelah sekian tahun menjalin hubungan, kemudian bertemu lagi di bank tempat Fla bekerja. Namun, rasanya itu terlalu mudah bagi Aga. Sepertinya, aku harus membuat hidup Aga lebih sulit dengan mengutak-atik jalan cerita. Jadilah kisah Fla dan Aga yang tidak pernah memiliki hubungan apa pun, kemudian berpisah begitu saja. Dengan pernyataan cinta Fla yang ditolak Aga sebagai konflik pembuka. Dimulai dari beberapa halaman cerita yang kuketik seperti menuliskan sebuah diary, makin lama aku seperti menemukan keasyikan sendiri hingga tanpa sadar ide-ide lain bermunculan. Sampai aku menemukan media yang bisa membantuku untuk terus rutin melanjutkan ceritaku: Wattpad.  Kesulitan mencari judul yang tepat membuatku harus berpikir keras. Kupilih Katakan, yang sepertinya bisa mewakili isi cerita. Seperti harapan agar Aga bisa mengatakan isi hatinya kepada Fla. Saat mengunggah kisah ini untuk pertama kalinya di Wattpad, aku tidak berharap mendapat respons dari pembaca karena awalnya bagiku Wattpad hanya sebuah media untuk menyimpan cerita-ceritaku dan melanjutkannya kapan pun aku mau. Ternyata, respons pembaca di luar ekspetasi, banyak yang memberikan masukan positif dan mendorongku untuk terus melanjutkan cerita. Dan, hal itu tentu saja membuatku semakin ketagihan. Yang paling tidak disangka-sangka, Wattpad memberikan penghargaan untuk cerita Fla dan Aga sebagai salah satu nomine Wattys 2016 untuk kategori Cerita Luar Biasa. Dari awal cerita bermula sampai selesai, yang selalu membuat pembaca kesal sekaligus begitu ditunggu-tunggu adalah sosok Aga. Bagaimana sebenarnya sosok Aga yang kuciptakan? Bayangkan seorang pria dengan wajah judes tanpa senyum yang tatapannya bisa membuat meleleh. Aku membayangkannya seperti aktor Jonathan Rhys Meyer dalam versi yang lebih muda. Please ..., jangan salahkan imajinasi liarku ini. Semuanya bermula dan kejenuhan di kantor baru, khayalan tentang sosok pada masa lalu, hingga akhirnya terciptalah Fla dan Aga. NUKILAN Dari Fla Tanganku gemetar, keringat tak berhenti keluar. Aku tidak menyangka akan seperti ini rasanya. Jika aku tahu, aku tidak akan melakukan hal sekonyol ini. Aku melihatnya berjalan mendekat. Gawat. Mengapa lidahku ikut-ikutan kelu? Apa kubatalkan saja? Argh, tidak! Aku sudah lama menantikan momen ini. “Kak ...,” panggilku lirih, mirip suara orang yang sedang terjepit. “Ya?” Dia memiringkan kepala untuk menatapku. OMG, bagaimana mungkin ada makhluk setampan dia? Aku rela melakukan apa saja asal bisa memandangnya setiap hari. “Ng ..., ada yang pengin aku bicarain, Kak.” Sekarang aku mirip anak kucing yang malu-malu. “Ya udah, bicara aja. Tapi, kamu siapa, ya?” Aku menggigit bibir. Sakit. Namun, hatiku lebih sakit lagi karena dia tidak mengenalku. “Fla, Kak,” jawabku pelan. “Kayaknya aku pernah lihat kamu. Kamu adik kelas, bukan?” Seketika aku mengangguk. “Oke, mau ngomong apa? Tentang pelajaran, OSIS, klub basket, klub debat, klub renang, atau ...?” Dia memang siswa populer di sekolah ini. Baru berhadapan dan menatapnya langsung saja, aku sudah merasa tidak pantas. “Aku suka sama Kakak ...,” kataku pelan. Bersamaan dengan terlontarnya kalimat itu, rasanya seluruh persendianku ikut lepas. Aku tidak bisa lagi berdiri dengan benar. “Maksudnya, kamu pengin aku jadi pacar kamu?” tanyanya. Aku mengutuk dalam hati. Mengapa cowok ini tidak ada basa-basinya sama sekali? “Nggak gitu juga ..., aku cuma pengin bilang aja,” sahutku terbata-bata. Padahal, dalam hati aku sudah beribu kali mengiakan pertanyaannya. “Oh, gitu. Tapi untuk sekarang, nggak mungkin kamu jadi pacar aku,” sahutnya. Kalimatnya begitu angkuh. Aku merasa seolah baru saja dihantam godam. Luar biasa sakit. Boleh aku amnesia sekarang? Untuk menutupi malu, aku berlari menjauh darinya. Aku ingin mengubah wajahku dan lahir menjadi manusia baru. Bisakah aku tidak bertemu dia lagi sampai aku tamat dari sekolah ini? Yah, rasa sakitku belum seberapa dibanding luka yang dia timbulkan setelahnya. Seolah belum cukup sekadar menolak, dia juga menyiarkan kepada seisi sekolah bahwa aku menyatakan cinta kepadanya. Masa SMA adalah masa paling indah? Omong kosong. Masa SMA adalah tragedi, ketika masa mudaku hancur dan aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk memperbaikinya. Aku berharap dia lenyap dari muka bumi. Namun, itu tidak mungkin. Aku hanya harus menerima takdir. Kuharap suatu saat dia mendapatkan karma. Ditolak habis-habisan oleh gadis yang dicintainya.[] Dari Aga Kenapa aku menolaknya?! Kalimat itu menggema di telingaku. Bertubi-tubi, seolah menyalahkanku. Aku mengepalkan tangan, kesal. Siapa yang mengira ternyata dia juga menyukaiku? Dia terburu-buru menyimpulkan. Mengapa Fla begitu tidak sabar? Seharusnya, aku yang menyatakan cinta, memintanya menjadi kekasihku. Dan, ketika Fla menembakku duluan, aku menjadi bingung. Kikuk. Semua itu melukai harga diriku sebagai laki-laki. Bagaimana bisa aku kalah cepat? Padahal, aku sudah mengincar Fla sejak pertama kali dia masuk sekolah. Aku mulai memperhatikannya sewaktu dia dikerjai habis-habisan saat masa orientasi sekolah, sewaktu dia menatapku diam-diam, kemudian memalingkan wajah ketika pandangan kami bertemu. Bahkan, aku yakin, akulah yang terlebih dahulu menyukainya. Aku sudah jatuh cinta saat melihat senyum manisnya, mendengar suaranya yang mirip anak kecil, dan semua gerak-geriknya yang selalu menyita perhatianku. Namun, mengapa dia malah tiba-tiba mendatangiku dan mengaku bahwa dia menyukaiku? Tentu saja aku tidak bisa menerimanya. Aku sudah berprinsip bahwa akulah yang harus mengejar, jadi wajar saja saat dia datang kepadaku dan menyatakan suka, aku langsung menolak. Akulah orang pertama yang mengerjainya ketika masa orientasi sekolah. Awalnya, aku hanya penasaran dengan sikapnya yang tampak tidak senang setiap kali teman sekelasnya menerima hukuman. Dan, saat Fla mendapat giliran, dia tidak merengek-rengek memintaku mengurangi hukuman, atau bahkan pura-pura pingsan seperti yang dilakukan teman-teman perempuannya yang lain. Sepertinya, aku telah jatuh hati kepadanya. Selain manis, dia gadis yang tangguh. Namun, adakalanya juga dia ceroboh dan itu membuat naluriku untuk melindungi tersentil. Fla adalah gadis lugu yang tidak menyadari daya tariknya sendiri. Itulah yang membuatnya menarik. Yang menjadi masalah, mendadak aku kehilangan kepercayaan diri setiap kali hendak mendekatinya. Nyaliku langsung ciut. Ke mana perginya ketua OSIS yang katanya pemberani? Fla tidak seperti siswi-siswi lain yang menjadi penggemarku selama beberapa tahun terakhir. Dia terlihat tidak tertarik kepadaku. Ketika pandangan kami tidak sengaja bertemu, dia pasti akan langsung berpaling. Dia juga tidak pernah beramah-tamah setiap kali berpapasan denganku di koridor, entah itu sekadar tersenyum ataupun menyapa. Apa sebaiknya aku menarik kembali ucapanku tadi? Aku menoleh ke belakang, mencari sosoknya. Panik, aku mulai berlari. Di mana dia? Mataku berkeliaran. Perpustakaan? Mungkin. Beberapa kali aku memergokinya tengah membaca dengan wajah serius. Ternyata sia-sia. Dia tidak ada di sana. Pun di kelasnya. Aku sadar telah melakukan hal bodoh. Aku harus meminta maaf dan menyatakan perasaanku. Namun, di mana dia? Hari berikutnya, aku mencarinya lagi. Mengelilingi sekolah, menunggunya di depan kelas, mengejarnya ketika dia menghindar. Saat berpapasan, dia langsung kabur. Saat aku mendatangi kelasnya, dia selalu tidak ada. Aku bahkan sampai mencari tahu alamat rumahnya. Tetap saja dia berhasil kabur. Kejadian yang sama terus berulang. Fla sulit sekali ditemui. Dia seolah menghilang. Dia menjauhiku dengan berbagai cara, tidak memberiku kesempatan untuk mendekatinya lagi. Saat itulah aku tersadar sebesar apa kesalahan yang telah kulakukan. Akhirnya, aku memilih jalan terakhir. Menyebarkan ke seluruh sekolah bahwa Fla telah menyatakan perasaannya kepadaku. Dengan begitu, aku berharap Fla akan marah dan kemudian melabrakku. Namun, nihil. Fla tidak menghiraukan jebakanku. Mulai sejak itu, aku bersumpah. Jika suatu saat nanti aku kembali bertemu dengannya, aku akan mati-matian mengejarnya, dengan cara apa pun. Dan, jika dia muncul lagi di hadapanku, itu artinya dia adalah jodohku, orang yang akan mendampingiku menghabiskan sisa hidup. Dan, tidak akan kulepaskan Fla untuk kali kedua.[]

Spesifikasi Produk

SKU ND-331
ISBN 978-602-385-768-5
Berat 240 Gram
Dimensi (P/L/T) 13 Cm / 20 Cm/ 0 Cm
Halaman 280
Jenis Cover

Ulasan Produk

Tidak ada ulasan produk