Mengapa ada bencana dalam hidup ini? Mengapa Tuhan selalu memberi ujian kepada manusia? Bukankah Dia Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang memiliki kuasa untuk menghilangkan segala masalah yang muncul? Pertanyaan-pertanyaan tersebut kerap kali muncul saat ujian melanda kita. Padahal Allah Swt. telah berfirman, Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah [2]: 155)
Buku ini memaparkan kepada kita kisah orang-orang yang mendapat ujian dan bagaimana mereka mengelola hati ketika ujian mendera. Buku ini juga mengajarkan kepada kita membingkai kesabaran dan kesyukuran agar dapat melewati ujian dengan baik. Karena solusi tak akan muncul dengan merutuki dan mengeluhkan keadaan.
Artikel Terkait:
Memaknai Hari
https://www.ummi-online.com/memaknai-hari/
Pagi ini terasa agak sedikit berbeda meski aktifitas yang terjadi juga tetap sama: shalat, tilawah harian dan menulis. Tapi tilawah pagi ini seakan menarik untuk dituliskan yang penulis harap bisa menginspirasi bagi Sahabat Ummi yang dicintai Allah.
Tilawah pagi ini dimulai dari awal Juz 19 tepat di Surat Al-Furqan ayat 21, “Dan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami (di akhirat) berkata, ‘Mengapa bukan para malaikat yang diturunkan kepada kita atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita?’ Sungguh, mereka telah menyombongkan diri mereka dan benar-benar telah melampaui batas”. La ilaha illa anta, subhanaka inni kuntu minaddzhalimin.
Karena penulis selalu percaya bahwa tidak ada yang terjadi secara kebetulan di dunia ini. Maka penulis pun mencoba mentafakuri ayat inspirasi di pagi ini tentang sebuah pertemuan menuju Allah di akhirat nanti. Dan tepat pada hari ini usia penulis pun bertambah. Hal ini yang membuat kening penulis pun berkernyit, akankah ayat ini bermaksud mengingatkan penulis untuk mempersiapkan hari “esok” untuk bertemu dengan Allah. Sebuah pertemuan rahasia kapan terjadinya, karena itu adalah kehendak mutlak dari Allah.
Meski bersyukur atas tambahan kesempatan yang Allah berikan. Tapi penulis pun akhirnya merasakan bahwa pertambahan usia sejatinya hanya mengurangi jatah hidup kita di dunia ini. Akan tetapi, tatkala penulis berpatut-patut diri di cermin kehidupan. Setumpuk tanya pun kemudian bermunculan; “Apa yang sudah aku persembahkan untuk Allah sebagai bekal aku melaporkan hasil perjalananku di dunia ini? Sudahkah bermanfaat untuk Allah? Apakah aku sudah bisa hidup karena Allah dan untuk Allah?”.
Setidaknya saat ini Allah masih memberikan kita kesempatan untuk menjadi lebih baik. Dan kita patut mensyukurinya lebih dari apapun di dunia ini. Seketika kemudian, penulis teringat akan nasihat yang lembut nan indah dari Pak Umar Hidayat dalam bukunya “Menjadi Lebih Baik”. Beliau katakan, “Saat kita bersimbah peluh, letih dan lelah. Saat kita berdarah-darah. Saat hiburan itu tinggal keputusasaan. Saat dunia ini hanya berisi “aku” sendiri. Saat semua bertumpuk, menggaruk dan mengamuk suasana batin dan jiwa ini. Maka, ketika batas kemanusiaan kita telah terlewatkan, saatnya kita hadirkan kesadaran bahwa kita harus bangkit, mengubah dan menggugah kehidupan ini.”
Lantas diri pun bertanya, ‘apakah caranya?’. Beliau pun menjawab, “Ada tiga hal yang patut kita lakukan untuk berubah menjadi sosok yang lebih baik: Pertama, lawan dan enyahkan setan-setan di hati kita. Kedua, bangkitlah. Ketiga, bantu orang lain yang membutuhkan dengan semampu kita.”
Inspirasi pagi ini semoga menggugah Sahabat Ummi semua. Sebuah larik yang dituliskan Abu Firli Bassam Taqiy: “Jika Allah menahanmu untuk mendapatkan sesuatu, itu bukanlah karena Dia bakhil, khawatir kehilangan perbendaharaanNya, atau menyembunyikan hakmu. Akan tetapi karena Dia ingin engkau kembali kepadaNya, Dia ingin memuliakanmu dengan tunduk-pasrah kepadaNya, menjadikanmu kaya dengan faqir kepadaNya, memaksamu untuk bersimpuh di hadapanNya, menjadikanmu dapat merasakan manisnya ketundukan dan kefakiran kepadaNya setelah merasakan pahitnya terhalang dari sesuatu.
Bila sampai sekarang engkau rasakan bebanmu semakin berat, itu bukan karena Dia menyiksamu dan menginginkan kehancuranmu. Akan tetapi Dia bermaksud memakaikan perhiasan ‘ubudiyyah kepadamu, menempatkanmu di kedudukan yang tertinggi. Bila Allah baru saja mencopot kedudukanmu, itu bukan karena Dia membencimu. Tetapi agar engkau bisa menyaksikan hikmahNya dalam qudrahNya, rahmat dalam keperkasaanNya dan kelembutan dalam “paksaanNya.”
Semoga larik ini bisa menggugah kesadaran bahwa Allah selalu memberikan kita yang terbaik sepanjang perjalanan kita menuju jalan surgaNya. Amiin. Maka, bersabarlah dan bersyukur atas apa yang ada. Agar kita bisa tetap tenang dalam sembadai kilatan prahara, agar kita tetap santun untuk ucapkan segala nikmat dan karunia dariNya, agar kita pun bisa menjadi pribadi yang jauh lebih bermakna.
Referensi:
1. Hidayat, Umar. 2013. Menjadi Lebih Baik Agar Selalu Ditolong Allah. ProYou: Yogyakarta.
2. Taqiy, Abu Firly Bassam. 2011. Agar Allah Selalu Memberi Jalan Keluar. Hikam Pustaka: Yogyakarta.
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Kekuatan Senyuman
https://www.ummi-online.com/kekuatan-senyuman/
Habiburrahman el-Shirazy dan kawan-kawannya dalam buku berjudul “Catatan Motivasi Seorang Santri” pernah berceloteh tentang kehidupan. Menurutnya, hidup adalah rangkaian persoalan yang saling terkait dan berkesinambungan. Ketika satu masalah berhasil diselesaikan, maka akan muncul masalah yang lain. Sependapat dengan mereka, penulis juga mengamini bahwa hidup di dunia ini dipenuhi dengan masalah yang terkadang rumit dan seperti tidak ada jalan keluar alias unsolved case.
Tapi, Sahabat Ummi yang shalihah, percayalah bahwa dalam setiap masalah yang Allah hadirkan, Allah sertakan juga pemecahannya. Nahh, sekarang pertanyaannya adalah bagaimana cara memecahkan masalah-masalah yang super menguras hati itu? Sebelum penulis jawab, Allah bahkan sudah memberikan jawabannya dalam Al-Qur’an yang bunyi ayatnya: ‘Maka jadikanlah shalat dan sabar sebagai penolongmu.’
Eitts tapi tunggu dulu Ummi, masih ada satu lagi tambahan dari penulis. Yapp, benar. Senyuman. Karena senyuman adalah ekspresi kesabaran.
Dan masih dalam buku yang sama, dikutip bahwa Ibnu Sina, seorang ilmuwan muslim pernah mengemukakan bahwa salah satu sifat orang yang arif adalah selalu tersenyum gembira. Bahkan seorang pria bernama Schawrb yang merupakan pengusaha baja di Amerika pernah mengatakan bahwa perusahaannya bisa meraup untung milyaran dolar hanya karena tersenyum.
Wahh, pantas rasanya kesuksesan dakwah dan bisnis Rasullullah mencapai dua pertiga dunia dalam waktu sekejap mata. Keindahan akhlak Rasulullah teladan kita yang senantiasa tersenyum ramah kepada siapapun, sekalipun orang itu adalah Abu Lahab, orang yang melempari Rasul dengan kerikil di Pasar Dzul Majaz hingga kakinya berdarah-darah.
Nahh sudah tahu kan pentingnya tersenyum Ummi? Karena itu, mari kita tersenyum dengan hangat dan ceria. Terlebih lagi ketika di hadapan suami. Meskipun suami Ummi mungkin melakukan kesalahan dan itu berhasil memancing kekesalan Ummi.
Ingat Ummi, seorang pria biasanya memiliki strategi untuk bertahan dan menyerang. Jadi, Ummi tidak mau kan permasalahan semakin besar hanya karena Ummi dan suami sibuk membenarkan diri kalian masing-masing. Mari bersemangat untuk menghangatkan keluarga sahabat Ummi dengan senyum penuh keceriaan.
Wallahu’alam bishawab. Semoga bermanfaat.
Referensi :
1. Catatan Motivasi Seorang Santri karya Habiburrahman el-Shirazy dkk. 2013.
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Tatkala Rasul Beruban
https://www.ummi-online.com/tatkala-rasul-beruban/
Abu Ishaq menceritakan dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Abu Bakar berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya engkau telah beruban”. Maka beliau bersabda: ‘Aku telah dijadikan beruban oleh surat Huud, al-Waqi’ah, al-Mursalat, ‘Amma Yatasa-aluun, dan Idzasy Symsu Kuwwirat’.
Rasulullah yang begitu lembut lagi wangi aroma keimanannya telah mulai beruban. Uban yang semakin lama semakin banyak bermunculan. Bukan karena usia, bukan pula karena penyakit. Ubannya justru muncul dari ingatannya tentang hari kiamat yang pasti akan berlangsung, tak akan tertolak, pasti akan terjadi dan tidak akan terulang dua kali. Meski tak ada satu pun orang yang bisa menjelaskan kapan hari kiamat itu terjadi.
Lantas, akankah ingatan kita terhadap kedatangan hari kiamat yang diberitakan akan terjadi itu akan membuat kita menyadari bahwa dunia ini hanyalah tempat persinggahan sementara?
Akankah kita menyadari bahwa hari kiamat adalah saat dimana gunung-gunung beterbangan layaknya pasir yang tertiup angin. Saat dimana tak ada lagi anak yang ingat akan orang tuanya, begitu pun sebaliknya. Saat wanita-wanita hamil seketika akan keguguran. Saat lautan ombak menggulung-gulung menenggelamkan segala apa yang ada. Saat kita bahkan tak lagi punya kesempatan untuk kembali ke dunia dan memperbaiki amal.
Dalam Surat Al-Waqi’ah dijelaskan bahwa terdapat tiga golongan manusia pada hari kiamat. Pertama, golongan yang berada di sebelah kanan ‘Arsy, mereka itulah orang-orang yang keluar dari bagian tubuh Adam sebelah kanan, buku catatan amal perbuatan mereka diberikan dengan tangan kanan mereka, dan mereka akan dibawa ke sebelah kanan pula. Mereka itu adalah para penghuni surga. Kedua, golongan yang berada di sebelah kiri ‘Arsy, mereka itulah orang-orang yang keluar dari bagian tubuh Adam sebelah kiri, dan akan diberikan buku catatan amal perbuatan mereka pada tangan kiri, dan mereka akan dibawa ke sebelah kiri. Mereka itulah para penghuni neraka. Ketiga, golongan yang paling dulu sampai di hadapan Allah, mereka inilah yang paling khusus, lebih terhormat, dan lebih dekat daripada orang-orang yang berada di sebelah kanan yang merupakan pemuka mereka semua, diantara mereka adalah para Rasul, para Nabi, dan orang-orang yang benar (ash-shiddiiquun) dan para syuhada yang jumlahnya lebih sedikit dari ash-haabul yamiin.
Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Aisyah dari Rasulullah, beliau bersaba: “Tahukah kalian, siapakah orang-orang yang paling dulu sampai kepada naungan Allah pada hari kiamat kelak?’ Para sahabat menjawab: ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui’. Beliau menjawab: “Yaitu orang-orang yang jika diberi kebenaran, mereka segera menyambutnya, dan jika mencarinya, maka mereka akan berusaha sekuat tenaga, serta mereka memberikan keputusan kepada ummat manusia seperti keputusan untuk diri mereka sendiri’.
Dalam Al-Hadiid ayat 20 Allah amanahkan kepada kita untuk saling berlomba-lomba kepada ampunan dari Allah dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.
Referensi:
1. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8.