Kancah diplomasi bukan hanya milik para diplomat, melainkan milik seluruh anggota keluarga yang berjuang memantaskan diri menjadi agen diplomasi. Tak terkecuali para istri diplomat yang tak hanya berperan di balik layar, tetapi dituntut untuk berpartisipasi di hadapan publik.
Mulai dari menjadi pengajar kelas Bahasa Indonesia di kedutaan, menjadi “ibu” pertama tempat para TKI korban kekerasan mengadu, memulihkan situasi pasca dua kali peristiwa ledakan bom di KBRI Prancis, hingga mengatasi kepanikan saat terjebak di negara yang sedang berkonflik seperti Suriah.
Melalui ketujuh pendamping diplomat yang menuangkan pikirannya di buku ini, kita diajak mengintip isi “dapur” misi diplomatik Indonesia, yang tidak melulu berisi hura-hura, tetapi juga mengandung risiko dan bahaya.
---
“Dinamika kehidupan diplomat sangat menarik diceritakan. Pendamping diplomat Indonesia berperan penting dalam menyukseskan misi Perwakilan RI di luar negeri.”
—Retno L.P. Marsudi, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia
“A brilliant account of the behind-the-scenes of the seemingly divine diplomatic life.”
—Caecilia Legowo, Ketua Dharma Wanita Persatuan Kementerian Luar Negeri