EKSISTENSI Jeihan sebagai perupa menanjak sejak 1960-an hingga kini, terutama dengan ikon “mata hitam” dalam lukisan-lukisannya. Dia pula pemicu ledakan harga lukisan di Indonesia pada dekade 1980-1990-an. Namun kemapanan ekonomi tidak membuat Jeihan berubah. Ia tetap sederhana dan terus menggali esensi serta nilai-nilai kehidupan melalui jalan seni.
Buku ini mengisahkan sejarah sosok, jejak harga lukisan, estetika “mata hitam”, serta “kewarasan dan kegilaan” Jeihan sebagai seorang perupa. Konsep-konsepnya terus berkembang di tengah realitas yang dihadapinya: ambang nyata dan maya.