Bapak bercerita tentang layang-layang pertama, tentang Kaghati dari Muna. Tentang seorang raja bernama La Pasindaedaeno yang mengorbankan anaknya, La Rangku, yang kemudian di makamnya tumbuh gadung. Tentang layang-layang dari daun gadung dengan benang dari serat daun nanas, Kaghati, yang diterbangkan selama tujuh hari tujuh malam lalu benangnya diputus pada malam terakhir. Tentang kepercayaan suku Muna pada Kaghati yang akan terbang mencapai matahari dan memberkati mereka.
Dan Wadi kembali memiliki mimpi menjadi La Rangku, menjadi layang-layang dan terbang menuju matahari. Tetapi Wadi tak ingin terbang ke matahari, melainkan ia ingin terbang ke surga, ke tempat ibunya berada. Ia ingin terbang bersama Bapak, menemui Ibu, memenuhi undangannya. Hidup berbahagia dalam rumah megah yang di bawahnya mengalir sungai madu, sungai susu, sungai air mineral. Bukankah matahari dan surga sama-sama lebih tinggi dari awanawan, dari bintang-gemintang? batinnya. Maka Wadi pun meminta dibuatkan layang-layang.