"Lisa...
Ia benci semua hal tentang kepindahannya, tapi tak punya pilihan. Penempatan Papa-nya di Surabaya mengharuskannya untuk tinggal di sana selama setahun. Artinya, ia harus meninggalkan sahabat baiknya, sekolah idaman, dan seseorang yang disebut “prince charming”nya. Ia tak bisa membayangkan semua hal itu mendadak jauh darinya.
Lalu ia bertemu Budi
Budi...
Bukan tipe alpha-male yang membuat perempuan-perempuan melirik dan mengeluelukannya. Hanya lelaki biasa asal Surabaya yang hobi membaca buku-buku arsitektur. Belum lagi, ia sudah terlalu lama membawa kesedihan dalam kehidupan sepeninggal adiknya. Namun, kata orang, lelaki baru menjadi sejati ketika ia menemukan cinta.
Lalu ia bertemu Lisa
Berdua...
Mereka belajar bahwa keputusan untuk bersama bukan sekadar tentang rasa nyaman, melainkan kompromi atas perasaan masing-masing. Mereka sadar kalau waktu punya satuan yang berbeda ketika seseorang memiliki satu sama lain karena dalam jatuh cinta tidak ada kata sementara, melainkan selamanya. Mereka akhirnya tahu jika setiap harinya menyimpan kejutan tersendiri, yang tidak melulu manis dan asik, bisa juga pahit dan penuh usik
Lalu...
Semesta kerap punya skenario lain. Perpisahan menunggu untuk dijemput. Bila memang tidak ada satu manusia pun yang bisa lari dari takdir, apa yang harus kau lakukan?
"