“Dengan gembira saya menemukan hal yang selama ini tak saya temui: seorang komedian—seseorang yang bisa memadukan antara kemampuan seni pertunjukan dan kemampuan memproduksi humor—menulis dengan menarik. Butet Kartaredjasa.â€
—Goenawan Mohamad, jurnalis, penyair, esais
“Sebuah buku yang sarat kritik sosial dengan lelucon khas Butet. Tidak hanya membuat kita tertawa karena kejenakaannya, tetapi juga membuat kita menertawakan diri sendiri, kemudian kembali berpikir tentang nasib bangsa ini.â€
—Andy F. Noya, host “Kick Andyâ€
â€Bahasanya sangat hidup dan tulisannya dibaca (lebih tepat didengar) sebagai pagelaran. Enak dibaca dan seru!â€
—Jennifer Lindsay, pemerhati budaya
“Buku ini mengajarkan kita untuk tajam dan jenaka dalam mengelola negara.â€
—Todung Mulya Lubis, praktisi hukum
Butet dengan celathu-nya mengembalikan semangat Jogja aseli! Tenan!â€
—Ashadi Siregar, ahli komunikasi, penulis prosa
Butet tidak memilih cara teriak-teriak, tidak ngamuk, untuk melawan ketidakberesan di negeri ini. Ia memilih guyonan dan memperguyonkan mereka yang memang sangat pantas dibuat bahan tertawaan.â€
—A. Mustofa Bisri, ulama, penyair, pelukis
“Pak Butet Celathu mewujudkan lagi karakter Jawa yang sumeleh sekaligus nyeleneh, yang telah lama kita rindukan setelah Umar Kayam, Mangan Ora Mangan Ngumpul.â€
—Ayu Utami, penulis prosa, esais