Buku Allah Tidak Cerewet… - Emha Ainun… | Mizanstore
Ketersediaan : Tersedia

Allah Tidak Cerewet seperti Kita (Republish)

    Deskripsi Singkat

    “Mudahkan, jangan mempersulit, beri kabar gembira, jangan membuat manusia menjauh (dari kebenaran), dan saling membantulah, jangan berselisih.” —HR Bukhari dan Muslim *** Allah tidak menagih di luar kemampuanmu, di luar kapasitasmu. Maka, tidak penting apakah Anda berenang di lautan yang airnya bernajis. Nilainya tidak terletak bahwa Anda kena najis. Yang… Baca Selengkapnya...

    Rp 69.000 Rp 58.650
    -
    +

    “Mudahkan, jangan mempersulit, beri kabar gembira, jangan membuat manusia menjauh (dari kebenaran), dan saling membantulah, jangan berselisih.”

    —HR Bukhari dan Muslim

    ***

    Allah tidak menagih di luar kemampuanmu, di luar kapasitasmu. Maka, tidak penting apakah Anda berenang di lautan yang airnya bernajis. Nilainya tidak terletak bahwa Anda kena najis. Yang lebih penting adalah, apakah Anda terus berenang ke tengah lautan najis, atau Anda berenang ke pinggir mencoba menghindarinya. Mungkin sampai mati Anda tidak pernah bisa sampai ke pantai yang bebas najis. Tapi, Allah melihat usaha Anda menghindari najis. Menurut saya di situlah nilainya.

    —Emha Ainun Nadjib, halaman 98–99

    ***

    Buku ini merupakan kumpulan ceramah Emha Ainun Nadjib di berbagai majelis. Tema-tema ceramah yang dipilih terkait hakikat ajaran Islam yang luwes dan tidak menyulitkan—jauh dari kesan yang ditimbulkan oleh sikap dan perilaku sebagian umat Islam masa kini.

    Keunggulan :

    • Ditulis oleh seorang tokoh intelektual, seniman, budayawan, penyair, dan pemikir yang berkompeten, yakni Emha Ainun Nadjib atau juga dikenal Cak Nun.
    • Buku ditulis dengan menggunakan bahasa populer sehingga mudah dipahami pembaca.
    • Buku ini merupakan versi cetak dari sederet ceramah Cak Nun pada momen Maiyahan.
    • Penulis mengusung tema yang pelik, tetapi menggunakan analogi ringan sehingga mudah dipahami pembaca.

    Catcher dalam buku:
     

    • Di dunia ini tidak ada potensi negatif—kecuali kita salah mengelola energi itu.Hal yang kita harus taat seratus persen itu adalah pengajaran Rasulullah tentang ibadah mahdhah: shalat lima waktu, syahadat, atau lima rukun Islam. Di luar itu terserah, mau buat Demokrat, SSI, atau Majelis Daun-Daun, silakan.
    • Hal yang sukar dan bisa menjadikan Anda pendekar kehidupan adalah jika Anda punya kesanggupan ikhlas melakukan sesuatu yang baik meski sesungguhnya tidak suka. Atau, ketika Anda bersedia tidak melakukannya, meski sesungguhnya sangat suka. Kalau sudah mampu seperti itu, Anda adalah manusia dewasa. Anda bisa disebut insan kamil.
    • Kalau ada orang tersesat, tolonglah dia. Tunjukkan jalan, dan kasihanilah dia.
    • Mungkin Anda tidak bisa mengatasi masalah, saya tidak bisa mengatasi masalah, tapi paling tidak kita tidak menambah masalah, tidak menambah beban rakyat.
    • Bangsa Indonesia sekarang adalah Adam yang didatangi Iblis—dibujuk oleh kenikmatan palsu. Dan Iblis seorang diplomat, seorang juru kampanye yang ulung, sampai pengikutnya banyak sekali.
    • Kalau orang Yahudi dipukul, dia membalas. Itu menjadi hukum mereka. Kalau orang Nasrani sangat arif, dipukul pipi kanan, berikan pipi kiri. Kalau Islam sangat rasional, di tengah-tengah, namanya ummatan wasathan. Anda punya hak membalas, tetapi kalau memaafkan itu lebih mulia di hadapan Allah Swt.
    • Sesuatu yang awalnya terasa tidak enak akan jadi indah jika dimaknai dengan rasa syukur.
    • Kalau cahaya itu kopi, bumi ini hanya ampasnya. Bukan airnya, apalagi rasanya. Segala sesuatu yang tampak oleh mata, terdengar oleh telinga, itu hanyalah ampas cahaya.
       
    • Keinginan berjumpa dengan cahaya sejati itu bisa diibaratkan dengan keinginan memiliki anak atau menghasilkan padi. Kita tidak tahu bagaimana wajah atau bentuk anak kita nanti. Kita tidak tahu bagaimana hasil padi yang kita tanam. Tapi, kita terus berusaha mendapatkannya dengan penuh keyakinan. Bukan hasil panennya yang kita nikmati, tapi prosesnya. Kalaupun kita tidak tahu apa yang akan kita dapatkan di ujung proses itu, sepanjang kita menikmati prosesnya, kita sudah mendapatkan satu titik kenikmatannya.
    • Musyrik itu letaknya dalam pikiran orang dan tidak ada di antara kita yang bisa memastikan apa yang dipikirkan orang.
    • Jangan tidak mensyukuri apa pun yang datang kepada Anda.
    • Anda itu Islam kalau jujur pada diri sendiri.
    • Iblis itu bukan materi. Ia adalah energi, gelombang, atau frekuensi. Karena itu, ia bisa tinggal di dalam hati Anda.
    • Manusia diciptakan Tuhan untuk ditugasi di bumi, tapi sering kali “dijebak” oleh informasi dari Allah dan manusia tidak mau berpikir.

    • Memangnya Iblis berani kepada Allah? Berani somasi Allah? Ya tidaklah. Tidak ada yang berani kepada Allah. Jangan dipikir Iblis itu abâ wastakbara, berani kepada Allah. Itu “teks drama” yang ditulis Allah. Memang ada yang berani kepada Allah?
    • Kita memang harus belajar banyak mencari kebenaran. Tapi begitu kita dapat, jangan banggakan kebenaran itu.
    • Takwa itu komitmen dan loyalitas, bukan takut.

    • Anda harus menangkap inti kesadaran Al-Qur’an, bukan hanya lembarannya. Bukan bunyi ayatnya, tapi inti kesadarannya.
    • Mari kita hormati semua orang. Kita nikmati proses tahap kesadaran masing-masing. Kita temani orang lain yang sedang berproses membangun kesadarannya. Jangan malah dikutuk-kutuk.
    • Tidak mungkin syariat dilakukan tanpa hakikat, dan tidak mungkin hakikat didapatkan tanpa tarekat. Sementara, tidak mungkin orang yang bertarekat tidak mendapatkan makrifat. Semuanya adalah satu kesatuan sistem.
    • Tidak begitu penting bagaimana caramu mengucapkan kata-kata. Yang penting adalah kesungguhan dan ungkapan cinta Anda.
    • Sebenarnya yang bagus itu tidak ketahuan agamanya apa. Sebab, yang dicek itu bukan agamanya, tapi kelakuannya.
       
    • Allah itu melihat hatimu, tidak melihat kebenaranmu. Kebenaran Anda tidak bisa menemukan kebenaran sesungguhnya. Maka, jangan Anda mempertengkarkan kebenaran.
    • Khilafah itu bukan sistem. Khilafah itu benih: bahwa kamu itu utusan Tuhan maka berlakulah seperti yang dimaui Tuhan.
    • Jangan menyuruh orang berbuat baik, berbuat benar, tapi ciptakanlah situasi di mana kita itu bisa menikmati kebenaran dan kebaikan.
    • Seluruh pertengkaran, permusuhan, kebencian, dendam, dan seterusnya tidak akan bisa selesai kalau kita saling menyombongkan kebenaran masing-masing.
    • Al-Qur’an diturunkan Allah bukan menyuruh kita untuk mengukur mana yang lebih benar. Ukuran benar-salah itu berlaku antara Anda dan Gusti Allah. Kalau antara manusia, ukurannya adalah baik atau buruk.
    • Manusia yang lengkap adalah manusia yang stand by menjadi apa saja yang diperlukan oleh masyarakat dan keluarganya.
    • Tidak akan ada orang bertengkar kalau hatinya atau hidupnya sudah nyaman dan ikhlas.
    • Anda tidak perlu punya pamrih untuk bermanfaat. Anda akan langsung otomatis bermanfaat karena Allah sudah menjadi satu dengan Anda. Setiap gerakan tangan Anda adalah gerakan tangan Allah

    Tentang Emha Ainun Nadjib

    Emha Ainun Nadjib

    Muhammad Ainun Nadjib atau biasa dikenal Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun, lahir di Jombang, Jawa Timur, pada 27 Mei 1953. Dia adalah seorang tokoh intelektual, seniman, budayawan, penyair, dan pemikir gagasannya banyak ditularkan melalui tulisan. Dia juga sangat aktif mengisi pengajian, seminar, diskusi, atau workshop di bidang pengembangan sosial, keagama­an, kesenian, dan lain-lain.

    Pendidikan formalnya hanya berakhir di semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM). Sebelumnya, dia pernah belajar di Pondok Modern Darussalam Gontor, dan pada per­tengahan tahun ketiga studinya dia pindah ke Yogyakarta dan tamat SMA Muhammadiyah I.
     

    Di Yogyakarta, sekitar tahun 1970-1975, dia belajar sastra kepada guru yang dikaguminya, Umbu Landu Paranggi, seorang sufi yang hidupnya misterius dan sangat memengaruhi perjalanan Emha.

    Beberapa kegiatan di manca negara pernah dia diikuti, antara lain lokakarya teater di Filipina (1980), International Writing Program di Universitas Iowa, Amerika Serikat (1984), Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda (1984) dan Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman (1985). Emha juga pernah terlibat dalam produksi film Rayya, Cahaya di Atas Cahaya (2011).

    Di samping aktivitas rutin bulanan dengan komunitas Masyarakat Padhang Bulan, dia juga berkeliling ke berbagai wilayah nusantara, rata-rata 10 sampai 15 kali per bulan bersama grup musik Kiai Kanjeng.[]

    Di Yogyakarta, sekitar tahun 1970-1975, dia belajar sastra kepada guru yang dikaguminya, Umbu Landu Paranggi, seorang sufi yang hidupnya misterius dan sangat memengaruhi perjalanan Emha.

    Beberapa kegiatan di manca negara pernah dia diikuti, antara lain lokakarya teater di Filipina (1980), International Writing Program di Universitas Iowa, Amerika Serikat (1984), Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda (1984) dan Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman (1985). Emha juga pernah terlibat dalam produksi film Rayya, Cahaya di Atas Cahaya (2011).

    Di samping aktivitas rutin bulanan dengan komunitas Masyarakat Padhang Bulan, dia juga berkeliling ke berbagai wilayah nusantara, rata-rata 10 sampai 15 kali per bulan bersama grup musik Kiai Kanjeng.[]

     


    Spesifikasi Produk

    SKU NA-256
    ISBN 978-623-242-421-0
    Berat 300 Gram
    Dimensi (P/L/T) 14 Cm / 21 Cm/ 0 Cm
    Halaman 232
    Jenis Cover Soft Cover

    Produk Emha Ainun Nadjib

















    Produk Rekomendasi