The Geography of Bliss
Mencari makna kebahagiaan di berbagai penjuru dunia
Dengan gaya yang kocak, Eric Weiner membawa pembaca ke tempat-tempat unik, bertemu dengan orang-orang beragam, dan menemukan bagaimana orang-orang di berbagai negara itu bisa bahagia dengan cara berbeda-beda
Sinopsis The Geography of Bliss
Apakah orang Swiss lebih bahagia karena negara mereka paling demokratis di dunia? Apakah penduduk Qatar, yang bergelimang dolar dari minyak mereka, menemukan kebahagiaan di tengah semua kekayaan itu? Apakah Raja Bhutan seorang pengkhayal karena memakai indikator kebahagiaan rakyat yang disebut Gross National Happiness sebagai prioritas nasional? Mengapa penduduk Asheville, Carolina Utara, sangat bahagia? Mengapa warga Islandia, yang negaranya bersuhu sangat dingin dan jauh dari mana-mana, malah paling bahagia di dunia? Mengapa di India kebahagiaan dan kesengsaraan bisa hidup berdampingan?
Dengan gaya yang khas dan kocak, Eric Weiner membawa pembaca ke tempat-tempat yang unik, bertemu dengan beragam orang, dan mencari tahu bagaimana orang di berbagai negara bisa bahagia dengan cara yang berbeda-beda.
Tulisan yang menyentuh … mendalam … buku yang hebat!”
—National Geographic
“Selalu ada pencerahan di setiap halaman buku ini.”
—Los Angeles Time
The Geography of Genius
Bagaimana para genius dilahirkan?
Para genius tidak lahir di sembarang waktu dan tempat. Leonardo da Vinci tak akan melahirkan lukisan Mona Lisa jika hidup di Florence masa kini. Jadi, bagaimana para genius muncul? Dengan cerdas dan jenaka, Eric menggabungkan memoar perjalanan, novel, dan komedi menjadi satu. The Geography of Genius menyingkap rahasia kota-kota ajaib yang melahirkan sosok-sosok kreatif dengan ide-ide gila yang mengubah dunia.
Sinopsis The Geography of Genius
Mengapa Edinburgh dapat melahirkan sekumpulan genius kreatif, Florence melahirkan Leonardo da Vinci, dan Silicon Valley melahirkan Steve Jobs? Apakah karena iklimnya, toleransi masyarakatnya, sumber daya melimpah, atau hanya keberuntungan belaka? Lalu, apakah formula genius juga berlaku di tempat lain?
Para genius tidak lahir di sembarang waktu dan tempat. Leonardo da Vinci tak akan melahirkan lukisan Mona Lisa jika hidup di Florence masa kini. Begitu juga Silicon Valley, berapa tempat telah gagal mencangkoknya demi melahirkan Steve Jobs dan Elon Musk baru?
“Kreativitas adalah respons terhadap lingkungan kita,” tulis Eric Weiner. Sebagaimana para humanis Florence bertungkus lumus dengan pemikiran Yunani Klasik dan inovator Silicon Valley merangkul masa depan.
Dengan nakal, cerdas, dan jenaka, pengarang buku bestseller versi New York Times ini menggabungkan memoar perjalanan, novel, dan komik menjadi satu. The Geography of Genius menyingkap rahasia kota-kota ajaib yang melahirkan sosok-sosok kreatif dengan ide-ide gila yang mengubah dunia.
“Perjalanan global yang berusaha menguak misteri, mengapa tempat dan zaman tertentu memiliki kumpulan orang genius …
Weiner menulis dengan jenaka, namun penuh makna ….”
—Washington Post
“Buku yang jenaka dan mengasyikkan, menuangkan wawasan pada setiap paragrafnya. Perpaduan yang menarik antara sejarah dan kebijaksanaan yang menyelubunginya.”
—Walter Isaacson, penulis bestseller The Innovators dan Steve Jobs
Man Seeks God
Dari mana manusia berasal? Apa yang akan terjadi ketika kita sudah mati? Pertanyaan-pertanyaan spiritual banyak muncul pada zaman modern ini. Buku ini menyajikan perspektif tentang manusia mencari Tuhannya dengan asyik, menghibur, dan menginspirasi. Buku ini pernah terbit dengan judul The Geography of Faith (2016).
Sinopsis Man Seeks God
“Sudahkah kau menemukan Tuhanmu?”
Terpaku oleh pertanyaan seorang suster ketika dirinya terbaring lemah di rumah sakit membuat hari-hari Weiner penuh dengan kegelisahan. Ditambah lagi, Sonya, anak perempuannya yang berusia lima tahun, sudah mulai bertanya-tanya tentang Tuhan. Semua itu memaksa Weiner untuk segera melakukan pencarian Tuhan.
Weiner memutuskan untuk mengeksplorasi delapan aliran kepercayaan yang telah diseleksinya dengan ketat. Dia melakukan tarian berputar bersama para Sufi di Turki, lalu bermeditasi di Tibet bersama Dalai Lama. Bertolak ke Cina, Weiner melatih chi-nya bersama para Tao. Tak mau ketinggalan, dia melingkar bersama penyihir Wicca dan, pada akhirnya, kembali merenungi jati dirinya sebagai seorang Yahudi di Yerusalem.
Buku ini mengajak pembaca berpikir: Dari mana manusia berasal? Apa yang akan terjadi ketika kita sudah mati? Ketika pertanyaan-pertanyaan spiritual banyak muncul pada zaman modern ini, Man Seeks God menyajikan perspektif tentang manusia mencari Tuhan dengan gaya yang asyik, menghibur, dan menginspirasi.
“Perjalanan misterius dan magis yang menerangi batin kita, luar dan dalam.”
—National Geographic
“Caranya bercanda dan permainan katanya bagaikan dongeng yang memikat.”
—TIME
The Socrates Express
Eric Weiner, melakukan perjalanan intelektual berliku, mengikuti jejak para pemikir besar dalam sejarah dan menunjukkan kepada kita bagaimana para filsuf menawarkan kearifan serta kebijaksanaan praktis untuk masa-masa ambyar seperti sekarang.
Di dalam The Socrates Express, Weiner mengajak kita berkelana memburu kebijaksanaan yang mengubah hidup dan menemukan jawaban atas perenungan-perenungan hidup paling penting.
Sinopsis The Socrates Express
Penulis buku bestseller versi New York Times, The Geography of Bliss, Eric Weiner, melakukan perjalanan intelektual yang berliku, mengikuti jejak para pemikir besar dalam sejarah dan menunjukkan kepada kita bagaimana para filsuf—dari Epicurus hingga Gandhi, Thoreau hingga Beauvoir—menawarkan kearifan serta kebijaksanaan praktis dan spiritual untuk masa-masa ambyar seperti sekarang.
Kita kembali berfilsafat dengan alasan yang sama ketika kita berkelana: melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda, menggali keindahan yang terkubur, dan menemukan cara baru menjelaskan keberadaan kita. Kita ingin mempelajari cara merenung. Menghadapi penyesalan. Meneguhkan harapan.
Di dalam The Socrates Express ini, Weiner mengajak kita berkelana bersamanya, pada perburuan kebijaksanaan yang mengubah hidup dan menemukan jawaban atas perenungan-perenungan paling penting.
“… dengan buku ini, Eric Weiner mengajakmu mengalami ekstase filosofi, dan
memaksimalkan hidup dengan ajaran para pemikir besar sepanjang sejarah.”
—Agustinus Wibowo, penulis buku-buku “perjalanan Selimut Debu,
Garis Batas, dan Titik Nol
“Buku ini bukanlah ‘bacaan’, melainkan ‘perjalanan’ … dan kamu akan pulang membawa cendera mata termulia: perubahan menjadi manusia yang lebih baik.”
—Henry Manampiring, penulis Filoso Teras
Eric Weiner adalah seorang jurnalis peraih penghargaan, pengarang buku-buku laris, dan pembicara. Seorang pelancong filosofis, dia menulis tentang persimpangan tempat dan gagasan. Buku-bukunya termasuk buku laris The Geography of Bliss (edisi bahasa Indonesia diterbitkan ulang oleh Mizan Pustaka, 2022), The Geography of Genius (diterbitkan ulang oleh Mizan Pustaka, 2021), sebuah memoar spiritual Man Seeks God (edisi bahasa Indonesia berjudul Man Seeks God, Mizan Pustaka, 2022), serta buku terbarunya The Socrates Express. Buku-bukunya telah diterjemahkan ke lebih dari dua puluh bahasa. Seorang mantan koresponden NPR, dia kontributor reguler untuk Washington Post dan AFAR, selain di beberapa publikasi lain. Dia tinggal di daerah Washington, D.C. bersama istrinya, putrinya, dan beberapa kucing dan anjing yang susah di atur. Kenali Weiner lebih lanjut di laman www.EricWeinerBooks.com.
SKU | PKT-659 |
ISBN | 2675000120 |
Berat | 1820 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 13 Cm / 13 Cm/ 21 Cm |
Jenis Cover | Soft Cover |