“Dunia akan menjadi lebih kosong, sepi, dan tak begitu adil tanpa kehadiran Chomsky.”
—Arthur Naiman, editor.
Noam Chomsky adalah kritikus sosial paling penting di seluruh dunia dan termasuk pengarang yang paling banyak dikutip. Dedikasi terhadap perdamaian menganugerahkannya Sean MacBride Peace Prize dari salah satu lembaga perdamaian tertua di dunia, International Peace Bureau.
Buku ini merupakan kolaborasi dari empat seri “Real Story”: Apa yang Sesungguhnya Diinginkan Paman Sam; Yang Kaya Sedikit dan yang Gelisah Banyak; Rahasia, Kebohongan dan Demokrasi; serta Kebaikan Umum. Kendati perbincangan dan wawancara yang terhimpun dalam buku ini berlangsung pada era 1990-an, pandangan Chomsky rupanya lebih mencerahkan ketimbang berita dan analisis teraktual.
Analisis-analisisnya yang begitu mendalam mengenai diskriminasi, perdamaian dunia, dan ketidakadilan di negara-negara yang secara semena-mena dilabeli sebagai “dunia ketiga”, termasuk Indonesia, benar-benar melampaui zamannya.
Avram Noam Chomsky lahir pada 7 Desember 1928 di Philadelphia. Ayahnya, William, adalah seorang sarjana Yahudi yang terkenal dan Noam menghabiskan masa-masa awal usia 20-an di Kibbutz. Dia adalah ayah dari tiga orang anak dan kehilangan istrinya, Carol, pada 2008, setelah hampir enam puluh tahun menikah.
Sejak 1995, Chomsky mengajar filsafat dan linguistik—bidang ilmu yang merevolusi teori-teorinya—di MIT, tempat dia menjadi profesor penuh pada usia 32 tahun. Sebagai tambahan atas teori-teori linguistiknya yang menggeser paradigma umum, dia telah menulis banyak buku perihal isu-isu politik dan menerima berbagai gelar dan penghargaan (termasuk 37 gelar kehormatan). Sebagai seorang aktivis yang tak kenal lelah dengan jadwal mengajar superpadat, dia melakukan lebih banyak hal ketimbang tiga orang normal, meski dia selalu merasa tak melakukan cukup banyak hal.
Noam Chomsky telah lama masuk daftar pengarang yang paling banyak dikutip sepanjang masa, namanya ada di baris kedelapan (setelah Marx, Lenin, Shakespeare, Aristoteles, Injil, Plato, dan Freud). Dikenal luas di luar negeri, sejauh ini Chomsky adalah kritikus sosial paling penting di seluruh dunia, tetapi gagasan-gagasan politiknya malah terpinggirkan di negara asalnya, Amerika Serikat. Bak Nabi Perjanjian Lama yang hidup pada zaman modern, dia menjadi wali tanpa penghormatan di tanah airnya sendiri.
New York Times dengan segan mengakui bahwa Chomsky “tak diragukan lagi merupakan intelektual paling penting yang masih hidup”, tetapi mereka menyatakan ini dalam konteks menyesalkan sikap politiknya. Dia adalah bintang media di banyak negara, setiap penampilannya selalu dihadiri audiens yang penuh sesak, tetapi dia justru sangat jarang tampil di televisi Amerika. Dia tak bisa menjangkau publik Amerika dengan opini-opininya yang kritis.
Disusun dari wawancara-wawancara dan pidato-pidato yang diedit secara intensif, buku ini menawarkan sesuatu yang tak mudah untuk ditemukan—Chomsky murni, dengan gagasannya yang menakjubkan serta wawasannya yang utuh dan mendalam, disampaikan dalam prosa yang jelas dan mudah dipahami pembaca.
Gagasan awal buku ini—dan seri buku “Real Story” secara umum—dimulai ketika saya mendengar siaran Chomsky di radio KPFA di Berkeley. Saya terkejut ketika menyadari betapa gagasannya lebih mudah dipahami dengan mendengarkannya berbicara ketimbang membaca tulisannya. Maka, saya mengiriminya surat dan menyatakan bahwa saya ingin mengompilasi beberapa pidatonya menjadi sebuah buku informal yang tipis.
Dia setuju dan menghubungkan saya dengan David Barsamian, yang telah merekam pidato-pidatonya—dan melakukan serangkaian rekaman wawancara dengannya—sejak 1986 (bahkan sampai saat itu).
Dari transkrip tujuh pidato dan wawancara yang disediakan David, saya menghabiskan beberapa bulan untuk mengelompokkan segala macam topik yang disampaikan Chomsky dalam berbagai kesempatan ke dalam rentangan tema yang luas. Kemudian, saya menjumput apa yang saya anggap frase-frase terbaik, menghilangkan repetisi yang tak terhindarkan ketika mendiskusikan subjek-subjek yang sama pada waktu yang berbeda, menempatkan semua itu secara bersama-sama sehingga kelihatan koheren, lantas mengirimkan hasilnya kepada Chomsky untuk koreksi terakhir. Dia melengkapi kompilasi saya dengan apa yang disebutnya bahan tertulis baru yang akan menguatkan dan menjelaskan semua.
Kami menghasilkan empat buku dengan menggunakan metode ini: Apa yang Sesungguhnya Diinginkan Paman Sam; Yang Kaya Sedikit dan yang Gelisah Banyak; Rahasia, Kebohongan, dan Demokrasi; serta Kebaikan Bersama. Rupa-rupanya ada banyak yang tertarik pada kompilasi Chomsky yang baru ini, sebab empat buku tersebut telah terjual total 593.000 eksemplar.
Pada awal kolaborasi kami, saya tak yakin cara terbaik untuk mempresentasikan bahan ini. Karena itu, pada buku pertama saya menghapus seluruh pertanyaan David, tetapi memasukkannya ke ketiga buku berikutnya. Pertanyaan-pertanyaan itu ditulis dalam jenis huruf yang berbeda seperti ini (sebagaimana pertanyaan via telepon dari para pendengar radio).
Tiap-tiap buku dihadirkan di sini dalam susunan asli seperti ketika kali pertama dipublikasikan, termasuk dengan halaman judul dan daftar isi masing-masing.
Saya mencoba untuk mendefinisikan istilah-istilah dan mengidentifikasi orang-orang yang mungkin asing bagi Anda saat kali pertama. Catatan penjelas akan dituliskan dalam jenis huruf ini [di dalam tanda kurung kotak seperti ini].
Sebagian versi orisinal buku ini memiliki bahan tambahan: catatan-catatan, judul-judul dari buku Chomsky lainnya, daftar organisasi-organisasi pendukung, dan seterusnya. Meskipun gagasan Chomsky tak pernah usang, sebagian informasi tersebut tak lagi relevan sehingga tak diikutsertakan dalam edisi ini.
Kendati perbincangan dan wawancara yang terhimpun dalam buku ini berlangsung pada era 1990-an (sebagian bahkan pada akhir 1980-an), saya kira Anda akan menemukan pandangan Chomsky lebih mencerahkan ketimbang berita dan analisis teraktual. Analisis-analisisnya yang begitu mendalam dan berpandangan jauh ke depan membuatnya tampak semakin aktual seiring berlalunya waktu. Bacalah beberapa halaman dan coba lihat jika Anda tak sepakat.
Arthur Naiman
Ancaman dari Contoh yang Baik
Tak satu pun negara yang bebas dari perlakuan demikian, tak peduli meski itu adalah negara yang tak terlampau penting. Pada kenyataannya, negara-negara yang paling lemah dan miskin
justru sering kali memunculkan histeria terbesar.
Misalnya Laos yang pada 1960-an agaknya merupakan negara paling miskin di dunia. Kebanyakan rakyat yang tinggal di sana bahkan tak tahu ada sebuah negara bernama Laos: mereka hanya tahu desa kecil tempat mereka tinggal dan desa kecil lain di dekatnya.
Akan tetapi, segera setelah revolusi sosial level rendah mulai berkembang di sana, Washington menundukkan Laos dengan “pengeboman rahasia” yang membunuh secara masif, menyapu habis area permukiman, dan dinyatakan sebagai sebuah operasi yang tak berhubungan dengan AS yang tengah memerangi Vietnam Selatan.
Grenada adalah negara penghasil pala dengan seratus ribu penduduk yang wilayahnya bahkan sulit ditemukan di dalam peta. Namun, ketika benih-benih revolusi sosial mulai muncul di Grenada, Washington bergerak cepat untuk menghancurkan ancaman tersebut.
Dari Revolusi Bolshevik 1917 sampai runtuhnya pemerintahan-pemerintahan Komunis di Eropa Timur pada akhir 1980-an, sah-sah saja bagi AS untuk mengklaim bahwa setiap serangan merupakan aksi pertahanan terhadap ancaman Uni Soviet. Maka, ketika AS menginvasi Grenada pada 1983, Kepala Staf Gabungan menjelaskan bahwa di tengah penyerangan Soviet atas Eropa Barat, sikap tidak kooperatif Grenada akan merintangi pasokan minyak dari Karibia ke Eropa Barat dan membuat AS tidak dapat melindungi sekutu-sekutunya yang terkepung. Mungkin ini terdengar lucu, tetapi cerita semacam itu membantu memobilisasi dukungan publik untuk tindakan agresi, teror, dan subversi.
Serangan melawan Nikaragua dibenarkan dengan klaim bahwa bila AS tak menghentikan “mereka” di sana, mereka akan bermunculan di sepanjang perbatasan di Harlingen, Texas—
hanya berjarak dua hari perjalanan. (Untuk kalangan terdidik, ada lebih banyak varian yang lebih rumit sebagai pembenaran.)
Selama urusan Amerika terjamin, Nikaragua bisa saja lenyap dari muka bumi dan tak seorang pun peduli. Demikian pula dengan El Salvador. Namun, keduanya telah ditaklukkan melalui serangan-serangan mematikan yang dilakukan oleh AS, dengan ratusan ribu jiwa dan miliaran dolar harga yang harus dibayar.
Ada satu alasan yang melatari semua itu. Semakin lemah dan semakin miskin sebuah negara, semakin berbahaya ia sebagai sebuah contoh. Jika negara kecil nan miskin seperti Grenada bisa memberikan kehidupan yang lebih baik untuk rakyatnya, negara-negara lain dengan sumber daya lebih banyak akan bertanya, “Kenapa kita tidak bisa?”
Ini bahkan terbukti di Indochina, sebuah kawasan yang cukup besar dan memiliki sumber daya penting. Kendati Eisenhower dan para penasihatnya membual tentang padi, timah, dan karet, ketakutan AS adalah jika rakyat Indochina mencapai kemerdekaan dan keadilan, rakyat Thailand akan menuntut hal yang sama. Bila berhasil, Malaysia akan mengikuti, dan dalam waktu singkat, Indonesia juga akan memburu jalan kemerdekaan. Jika itu sampai terjadi, bagian penting dari Grand Area akan lenyap.
Jika Anda menginginkan sistem global yang tunduk pada kepentingan investor AS, Anda tak bisa membiarkan tempat-tempat itu lepas dari genggaman. Betapa mengejutkan melihat argumen ini dinyatakan secara jelas dalam rekaman dokumentasi—bahkan dalam rekaman publik pada masa-masa itu. Contohnya soal Cile di bawah kepemimpinan Allende.
SKU | BS-012 |
ISBN | 978-602-291-833-2 |
Berat | 400 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 13 Cm / 21 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 464 |
Jenis Cover | Soft Cover |