Apa yang terjadi ketika salah satu bagian dari tubuh kita terasa sakit? Atau ketika suatu kejadian ternyata melecut emosi kita? Sekujur tubuh seketika kaku, keresahan menguasai, dan perasaan waspada mencuat. Kita akan merasa was-was terhadap banyak hal. Jika sudah demikian, perasaan marah, sedih, dan sakit bukannya menghilang malah justru semakin memburuk.
Manusia memiliki ribuan masalah yang harus dihadapi dan diselesaikan. Oleh karena itu, “sadar bahwa masalah itu ada” saja tidak cukup. Kita harus memiliki kebajikan dan cinta kasih untuk melepaskan rasa sakit sekaligus merangkul kembali ketenangan.
Ajahn Brahm, ahli meditasi dan guru spiritual terkenal di dunia, menemukan metode baru bernama Kindfulness. Sebuah pendekatan baru yang akan mengantarkan kita menuju relaksasi yang membuat hidup selalu menyenangkan. Dengan ciri khasnya dalam menceritakan kisah yang menarik, disatukan dengan instruksi per langkah yang bisa diikuti siapa saja, Brahm berhasil membuat metode ini begitu mudah untuk dipraktikkan.
Setelah mendapatkan titel dalam teori fisika dari Universitas Cambridge, Ajahn Brahm yang lahir di London dengan nama Peter Betts pergi ke sebuah kuil di hutan Thailand, tempat ia belajar dari seorang ahli meditasi ternama, Ajahn Chah, selama sembilan tahun sejak pertengahan 1970-an. Setelah tiga puluh tahun lebih menjadi seorang biksu Buddha, ia kini menjadi kepala biara dan Pimpinan Spiritual Buddhist Society of Western Australia di Perth. Ia juga terkenal di seluruh dunia sebagai guru spiritual sekaligus pembicara. Ia adalah penulis Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya, The Art of Disappearing, dan Mindfulness, Bliss, and Beyond.
“Petunjuk ringan dalam buku ini mampu membawa kedamaian bagi dunia yang gelisah.”
—Publishers Weekly
“Dalam harta karun kecil buku ini, Ajahn Brahm membimbing kita melalui lima tahap meditasi yang penting, yang masing-masing memberikan kehangatan cinta kasih. Dengan selera humornya yang lembut dan narasi indah cerita, ia meninjau kesulitan umum yang sering dihadapi para praktisi dan menawarkan nasihat bijak dan praktis tentang cara bekerja dengan masing-masing. Dibagi menjadi beberapa bab pendek, ini adalah format yang sempurna untuk bacaan sekali sehari yang akan menyegarkan dan menginspirasi semua orang yang menempuh jalan menuju Kebangkitan.”
—Jan Chozen Bays
“Sangat jenius! Ajahn Brahm mengubah perhatian menjadi kebaikan, sebuah praktik yang membuka hati kita untuk orang lain dan juga diri kita sendiri. Teknik kebaikan dalam buku ini mudah dimasukkan ke dalam kehidupan kita sehari-hari karena Ajahn Brahm mengilustrasikannya dengan kisah-kisah yang bisa kita semua hubungkan. Sangat mudah diterapkan. Begitu dekat dengan keseharian kita ....””
—Toni Bernhard, penulis How to Be Sick
“Buku ini benar-benar menambah wawasan dengan cara yang menyenangkan. Setiap bagian dari sifat kebaikan yang ingin diungkapkan oleh penulis tertuang di sini. Buku ini jelas akan disukai oleh siapa saja yang ingin mencari atau mengeksplorasi lapisan yang lebih dalam dan lebih otentik dari jiwa kompleks mereka sendiri melalui meditasi dan kesadaran diri pribadi.”
— Spirituality Today
"Mindfulness adalah kata utama di bibir semua orang - tetapi apakah Anda tahu bahwa berlatih meditasi cinta kasih atau kebaikan, juga dapat memberi Anda perasaan sejahtera yang belum pernah Anda alami sebelumnya!"
—Soul & Spirit’s “The Book Corner”
SEBUAH pepatah kuno berkata bahwa dengan memperhatikan diri sendiri, seseorang telah memperhatikan sesamanya. Dan, dengan memperhatikan sesamanya, seseorang telah memperhatikan dirinya sendiri. Kindfulness, atau welas asih, topik utama dari buku kecil ini, adalah cara yang luar biasa untuk menghadirkan kebenaran tersebut ke dalam kehidupan kita.
Melalui berbagai cerita dan petunjuk langsung, saya akan memperkenalkan metode Kindfulness kepada Anda. Tak hanya itu, saya juga akan mengajari Anda sebuah cara ampuh untuk menjadi bijak dan menghadirkan sesuatu yang saya sebut sebagai “napas yang indah”.
Latihan ini berkembang secara bertahap dan semakin mendalam seiring berjalannya waktu. Saya akan membahas secara rinci kelima tahapnya dan cara-cara tidak langsung untuk melatih kewaspadaan melalui metode Kindfulness. Merasakan “napas yang indah” dengan semangat menghadirkan cinta adalah bagian dari latihan untuk mengasah kemampuan kita dalam menjaga diri. Dengan menjaga benak kita melalui metode Kindfulness, kita pun semakin mampu menjadi kekuatan kebajikan yang bertugas memperjuangkan kebaikan di dunia.
Di bagian selanjutnya dalam buku ini, kita akan mengalihkan perhatian pada welas asih, latihan untuk membuka pintu hati kita selebar-lebarnya. Latihan ini juga terdiri atas lima tahap, dan saya akan memberikan panduan pada setiap tahap. Sementara, kita pelan-pelan mengolah Kindfulness di dalam hati kita dan mengobarkan kemampuan untuk memancarkannya keluar tanpa batas hingga ke seluruh dunia. Welas asih merupakan cara yang ampuh untuk memperhatikan sesama—dan saya yakin Anda akan mendapati bahwa dengan memperhatikan sesama, hidup Anda akan menjadi kian menyenangkan, dan kian indah.
—Ajahn Brahm
DI sebuah sekolah bisnis ternama beberapa tahun yang lalu, seorang profesor menyampaikan kuliah sosial ekonomi yang luar biasa kepada mahasiswanya. Tanpa menjelaskan apa yang tengah ia lakukan, dengan berhati-hati sang profesor meletakkan sebuah stoples kaca di atas meja. Kemudian, sambil memperlihatkan kepada para mahasiswa, ia mengeluarkan sekantong batu dan memasukkannya satu demi satu di dalam stoples, sampai tidak ada lagi yang bisa dimasukkan. Ia bertanya kepada mahasiswa, “Apakah stoples ini penuh?”
“Ya,” jawab mereka.
Profesor itu tersenyum. Dari bawah meja, sang profesor mengambil kantong kedua yang berisikan kerikil. Kemudian, ia menyelipkan bebatuan yang lebih kecil itu ke celah-celah di antara bebatuan besar di stoples. Untuk kali kedua, ia bertanya kepada mahasiswa, “Apakah stoples ini penuh?”
“Tidak,” jawab mereka. Sekarang mereka mengerti apa yang profesor itu lakukan.
Mereka benar, tentunya, sebab sang profesor mengambil sekantong pasir halus. Ia menuangkan sebagian besar pasir ke celah-celah di antara bebatuan dan kerikil di stoples. Ia kembali bertanya, “Apa stoples ini penuh?”
“Mungkin tidak, Profesor, kalau melihat apa yang sedang Anda lakukan,” jawab para mahasiswa.
Tersenyum mendengar jawaban mereka, profesor itu mengambil sekendi kecil air. Ia menuangkan air ke stoples yang dipenuhi oleh bebatuan, kerikil, dan pasir. Setelah stoples itu tidak dapat menampung air lagi, ia meletakkan kendi dan memperhatikan mahasiswanya.
“Jadi, pelajaran apa yang kalian dapat?” tanyanya kepada para mahasiswa.
“Bahwa betapa pun penuhnya jadwalmu,” sahut salah seorang mahasiswa, “kau selalu bisa menambahkan sesuatu lagi!” Toh, itu sekolah bisnis ternama.
“Bukan!” seru sang profesor tegas. “Pelajaran barusan menunjukkan bahwa kalau ingin memasukkan bebatuan besar, kau harus memasukkannya lebih dulu.”
Pelajaran itu menunjuk kepada prioritas.
Pastikan Anda mendahulukan “bebatuan yang berharga”, kalau tidak Anda tidak akan bisa mengaturnya, menambahkannya ke hari-hari Anda.
SKU | BI-148 |
ISBN | 978-602-291-595-9 |
Berat | 160 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 13 Cm / 21 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 196 |
Jenis Cover | Soft Cover |