Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan antitesisnya agar setiap kita tahu akan pilihan-pilihan yang diambilnya. Tidak akan pernah ada baik, jika tidak pernah ada buruk. Tidak akan pernah ada yang istimewa, tanpa pernah ada yang sederhana. Tidak akan ada yang menyebut putih sebagai warna, tanpa ada hitam sebagai lawannya, pun lain sebagainya. Bahkan, aku dan kamu adalah antitesis untuk menjadi kita. Tidak akan pernah ada kita, jika hanya ada aku.


Ini, bukan hanya tentangku, bukan hanya tentangmu, melainkan tentang kita yang masih saja terperangkap dalam keraguan yang tak menentu. Arah langkah kita berlawanan, sementara perjumpaan di persimpangan jalan kerap kali menjadi akhir dari pertentangan. Memulai dari titik awal selalu dicoba berulang kali, bahkan untuk lagi menjadi kita nyaris tidak lagi terjadi.


Kontemplasi menjadi ruang bimbingan perasaan untuk hati dan pikiran kembali berekonsiliasi. Kini, semuanya berubah menjadi baik-baik saja. Aku dan kamu adalah kita yang tidak lagi berseteru. Aku dan kamu adalah kita yang tidak lagi saling beradu; pada kemarahan, pada keegoisan, pada setiap hal yang membuat aku dan kamu tidak lagi menjadi satu. Namun, setiap yang baik-baik saja tidak berarti benar-benar sedang baik-baik saja. Badai akan terus memburu pada setiap kita dalam oase. Sementara, kata-kata adalah mantra yang keluar untuk menyatukan segala perasaan pada setiap badai yang tak tahu kapan ia bertamu. Semoga, badai kian berlalu, sementara keraguan lekas bebas bersamanya untuk tidak lagi bersemayam dalam aku, juga kamu. Jika ragu benar-benar menghilang pada akhirnya, lalu keyakinan datang sebagai waktu untuk menentukan, menjadi kita atau tidak; aku dan kamu adalah kita yang tak pernah selesai dengan kata-kata.


Buku Kita dan Kata mencari adi incaran para penduduk bumi dan yang sudah bergabung dalam lingkaran Haluland-nya Jein. Buku yang akan jadi kisah panjang buat aku dan kamu yang dikemas dalam buku perdana Jein.