Buku KRISIS ARAB DAN… - AHMAD SYAFII… | Mizanstore
Ketersediaan : Habis

KRISIS ARAB DAN MASA DEPAN DUNIA ISLAM

    Deskripsi Singkat

    Dalam buku ini, Ahmad Syafii Maarif, cendekiawan dan guru bangsa, merangkum serangkaian pemikiran kritis beliau terhadap apa yang disebut dengan penuh haru oleh sebagian komunitas Muslim tentang "The Golden Ages of Islam". Peradaban Islam memang berkembang hingga mencapai puncak-puncaknya yang tertinggi. Namun, kita perlu memahami bahwa semua itu juga dibangun… Baca Selengkapnya...

    Rp 59.000 Rp 30.000
    -
    +

    Dalam buku ini, Ahmad Syafii Maarif, cendekiawan dan guru bangsa, merangkum serangkaian pemikiran kritis beliau terhadap apa yang disebut dengan penuh haru oleh sebagian komunitas Muslim tentang "The Golden Ages of Islam". Peradaban Islam memang berkembang hingga mencapai puncak-puncaknya yang tertinggi. Namun, kita perlu memahami bahwa semua itu juga dibangun di atas darah umat Islam yang berbeda pandangan politik. Pada kenyataannya, nafsu kekuasaan tanpa didampingi kekuatan moral yang tangguh, pasti merusak. Agama sering benar tidak berdaya. Rasa haus akan "kejayaan" mengalahkan sisi kerohanian manusia. Akibatnya, bahkan masih bisa kita rasakan sampai hari ini. Kita terpasung dalam kotak-kotak politik akibat ulah perseteruan elite Arab Muslim itu. Sekarang, mampukah kita sungguh-sungguh kembali pada pesan suci Al-Quran dan sunah Nabi, serta mengucap selamat tinggal pada kotak-kotak penuh darah dan dendam kesumat itu?

    Tentang AHMAD SYAFII MAARIF dkk.

    AHMAD SYAFII MAARIF dkk.

    Ahmad Syafii Maarif, dilahirkan di Sumpurkudus, Sumatra Barat, 31 Mei 1935. Pada usianya yang hampir 83 tahun ini, Anak panah Muhammadiyah lulusan Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah ini, beliau masih tetap aktif dalam berbagai kegiatan, khususnya dalam mengawal moralitas dan kebinekaan bangsa. Sebagai jebolan dari Ohio University dan The University of Chicago, beberapa karya publikasinya yang fenomenal dalam meletakkan kebangsaan diantaranya ''Islam dan Pancasila sebagai Dasar Negara'', dan ''Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan''. Kiprah Profesor dalam bidang filsafat sejarah dalam dunia mengajar dan akademisi, sudah sangat teruji sejak lulus dari Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah, hingga sebagai Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta.

    Beberapa posisi yang pernah dan masih dijalaninya selain sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1998-2005, di antaranya: Anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia; salah seorang Ketua World Conference on Religion and Peace (WCRP); Panitia Seleksi Pimpinan Komisi Pemberantas Korupsi (Pansel Pimpinan KPK); Panitia Seleksi Penasihat Komisi Pemberantas Korupsi (Pansel Penasihat KPK); Dewan Pembina Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia; Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP); Anggota Eksternal Komite Etik Level Governance Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dengan kiprahnya tersebut, tentunya telah banyak penghargaan yang telah diperoleh pendiri MAARIF Institute for Culture and Humanity ini, yang di antaranya: Anugerah Hamengkubuwono IX dalam kategori Penghargaan X untuk Bidang Kemanusiaan; Magsaysay Award 2008 untuk kategori Peace and International Understanding; Mpu Peradah 2009 karena kepedulian dan dedikasi yang tinggi terhadap pluralisme; Habibie Award 2010, Penghargaan Khusus untuk kategori Harmoni Kehidupan Beragama; Islamic Book Fair (IBF) Award 2011 untuk kategori Non-Fiksi Dewasa dengan judul buku Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan; Soegeng Sarjadi Award 2011, Soegeng Sarjadi Life Time Achievement Award untuk kategori On Intelectual Integrity; MIPI (Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia) Award 2011 untuk kategori Pemerhati Ilmu Pemerintahan; Anugerah Seputar Indonesia 2012 untuk kategori Tokoh Pengabdian; Penghargaan The Right Man on The Right Place (Lensa Indonesia) 2013 kategori Achievement Newsmaker ''Sang Pluralis Pemberani''; UMM Award 2014; Penghargaan Bintang Mahaputra Utama 2015; dan Tahir Foundation Award 2017 kategori Life Achievement Award.

     

     

     

     




    Keunggulan Buku

    • Buku ini dengan jernih memaparkan sejarah asal mula perpecahan umat Islam.
    • Buya Syafii Maarif merupakan cendekiawan muslim pengusung pluralisme yang aktif menyuarakan perdamaian, baik di kalangan muslim maupun di dunia.
    • Buku ini memuat berbagai solusi efektif agar umat muslim di Indonesia senantiasa terhindar dari perpecahan.

     

     

     

    Endorsement

    ''Lewat buku ini, sosok Buya Syafi'i seolah tengah menggosok cermin dan meminta kita berkaca mengambil pelajaran dari krisis dunia Islam yang bikin miris. Penuh makna mengurai fakta!''

    —Nadirsyah Hosen, Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama di Australia-New Zealand

    ''Membaca buku ini dan mengetahui usia Buya Syafii Maarif, sudah sepatutnya beliau ini dicemburui banyak orang. Beliau tetap produktif dan menyumbangkan pikiran-pikirannya tanpa ragu sedikit pun dengan sudut pandangnya. Sudah menjadi karakteristik seorang Buya Syafii dalam gaya bicara dan tulisannya yang langsung pada pokok persoalan. Tulisan-tulisannya dalam buku ini sangat tajam menghunjam.

    —Prof. Dr. M. Quraish Shihab, M.A., pendiri Pusat Studi Al Quran (PSQ)

    ''Dalam tiga dasawarsa terakhir-khususnya sejak 9/11/2001-Dunia Arab kian terjerumus ke dalam limbo krisis akut yang sudah seolah menjadi 'unbroken vicious circle', lingkaran setan yang tak bisa terselesaikan. Inilah salah satu titik nadir Dunia Arab. Adakah harapan untuk masa depan? Jawabannya ada dalam buku Buya Prof Syafii Maarif ini. Karya ini tak lain adalah buku wajib bagi setiap dan seluruh orang dan pihak yang ingin belajar dari sejarah untuk tidak mengulangi kedunguan jatuh ke dalam lubang krisis yang sama dari waktu ke waktu. Dengan begitu setiap dan seluruh pembaca dapat menjaga Indonesia agar tidak terjerumus ke dalam kenestapaan dan ironi Dunia Arab; bersyukur dengan Indonesia yang aman, stabil dengan ekonomi yang terus bertumbuh sehingga lebih menjanjikan masa depan peradaban Islam yang maju dan damai.''

    —Prof. Azyumardi Azra, CBE, Guru Besar Sejarah dan Kebudayaan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

    ''Buya Syafii Maarif adalah salah seorang sejarawan dan sarjana ahli studi Islam dan Timur Tengah yang sangat langka di Indonesia. Tulisan-tulisannya tentang dinamika sejarah dan perkembangan Islam, masyarakat Muslim, dan Timur Tengah sangat bernas, valid, dan faktual. Seperti ditunjukkan dalam buku ini, Buya Syafii dengan cerdas, jeli, tajam, jujur, dan blak-blakan 'menguliti' problematika dunia Islam, kaum Muslim dan masyarakat Timur Tengah yang sepanjang sejarahnya tak pernah sepi dari perang dan kekerasan. Namun, buya bukan hanya mengkritik seperti umumnya kaum orientalis. Ia menawarkan solusi dan 'resep mujarab' agar agama dan umat Islam yang ia cintai dengan sepenuh hati itu mampu bangkit dari kemunduran, kejumudan, dan keterpurukan, serta supaya dunia Islam kembali menjadi 'mercusuar peradaban' yang gemilang pada masa datang.''

    —Sumanto Al Qurtuby, Ph.D., Dosen Antropologi Budaya di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi, dan visiting senior scholar di Middle East Institute, National University of Singapore

    ''Penyebutan Muslim di wilayah pusat (central) dan pinggiran (periphery) oleh para pengamat sedang diuji keakuratannya. Umumnya orang melihat wilayah pusat lebih unggul, lebih otentik daripada wilayah pinggiran. Namun yang terjadi, Muslim di wilayah pusat sedang mengalami degradasi dan perpecahan yang luar biasa. Buya Syafii sedang menggugat realitas ini. Harapan tinggal pada Muslim di wilayah pinggiran seperti Indonesia. Fazlur Rahman sejak 1982 telah memprediksi ini dalam bukunya, Islam & Modernity. Muslim Indonesia dituntut untuk berpikir dan beragama lebih jenuin, kreatif, dan arif agar terhindar dari malapetaka perpecahan yang terjadi di wilayah Arab-Timur Tengah. Buku ini ditunggu kehadirannya oleh banyak kalangan.''

    —Prof. M. Amin Abdullah, Guru Besar Ilmu Filsafat UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta


     

    Pengantar

    Sebagai seorang yang berkutat dengan disiplin kesejarahan, Buya telah melakukan pembacaan sejarah secara sangat kritis, terutama dalam melihat realitas umat Islam saat ini. Baginya, perkembangan Islam secara historis sering kali jauh dari nilai-nilai luhur ideal yang terpatri dalam Kitab Suci Al-Quran. Kualitas umat Islam kini sedang terkapar di hadapan perlombaan peradaban yang semakin sengit. Semua itu disebabkan kelemahan yang diciptakan oleh diri umat Islam sendiri. Buya misalnya sering kali mempertanyakan, “Di manakah pesan QS Ali Imran 105: ‘Kalian adalah umat terbaik’ dalam realitas historis?”, ketika kemiskinan, kekerasan, kebiadaban, peperangan, dan konflik antarsesama Muslim secara berulang terus dipertontonkan.

    Masih layakkah identitas “khaira ummah” ini disandang oleh kaum Muslim dewasa ini? Bagi Buya, kredo umat terbaik yang disampaikan dalam Al-Quran kehilangan bukti empirisnya dalam hamparan pergumulan sejarah umat. Bahkan, beberapa tahun sejak Nabi Sang Pembawa Risalah wafat hingga detik ini.

    Analisis historis seorang sejarawan sekelas Buya Syafii, telah mengantarkannya pada satu kesimpulan, bahwa berbagai konflik yang terjadi di belahan dunia Arab belakangan ini berurat-akar pada konflik-konflik yang terjadi saat masa-masa awal Islam pasca-Nabi. Ini bukanlah konflik keagamaan, tetapi lebih dari itu, ini adalah konflik politik antar-elite Arab dalam memperebutkan kekuasaan yang terang jauh dari petunjuk langit. Namun pertanyaannya, mengapa ajaran suci tentang persaudaraan yang terkandung dalam Al-Quran tidak mampu mengendalikan syahwat politik kekuasaan para elite Arab sehingga menciptakan perpecahan dan pertikaian di antara mereka? Mengapa seolah pesan perdamaian mengenai persaudaraan antar-orang beriman lari tunggang-langgang di hadapan makhluk yang bernama “politik kekuasaan” itu?

    Fenomena perpecahan dan pertikaian di kalangan para sahabat dan kader sejati Nabi ini tak lain adalah perilaku yang jelas tak sejalan, bertentangan, bahkan dalam bahasa Buya adalah sebuah pengkhianatan terhadap pesan sakral Al-Quran tentang persaudaraan.2 Ketika pertikaian antarsesama itu kita warisi sampai detik ini, baik atas dasar keangkuhan teologis, syahwat politik, egoisme tribal maupun sektarianisme, maka sesungguhnya kita tengah melanggengkan pengkhianatan terhadap Al Quran dan ajaran utama yang ada di dalamnya. Dan semua itu ternyata menjadi belenggu bagi masa depan Islam dan umatnya.

    Buku yang ada di hadapan pembaca ini memuat konsistensi pemikiran kritis Buya terhadap realitas umat yang dicintainya. Mungkin Buya setengah putus harapan dengan kenyataan pahit yang terjadi pada umat Islam di kawasan Arab. Namun, beliau masih punya harapan besar pada realitas umat Islam di belahan dunia lainnya, khususnya di Indonesia. Meskipun kondisi umat Islam di Indonesia juga tidak luput dari pelbagai macam masalah yang harus segera diselesaikan, tetapi Indonesia masih jauh lebih beruntung. Islam Indonesia mungkin masih menjadi harapannya, asal prasyarat ke arah perbaikan harus segera dipenuhi.

    Bahkan lebih dari itu, harapan untuk menjadikan Islam Indonesia sebagai kiblat baru bagi Islam pada masa depan telah terpatri, setidaknya hal itu muncul dalam diskusi-diskusi terbatas Buya bersama para kolega yang juga memiliki konsen serupa.

    Tentu menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri bagi MAARIF Institute dapat menerbitkan kumpulan tulisan yang berasal dari Resonansi mingguan Buya di Harian Republika. Penerbitan buku ini akan menjadi jejak rekam lain bagi pendokumentasian pemikiran Buya yang sangat bernas dan kritis, terutama mengenai hiruk pikuk kehidupan Islam dan umat pemeluknya.

    —Muhammad Abdullah Darraz, Direktur Eksekutif MAARIF Institute

    Resensi

    Spesifikasi Produk

    SKU BS-523
    ISBN 978-602-291-438-9
    Berat 200 Gram
    Dimensi (P/L/T) 13 Cm / 21 Cm/ 0 Cm
    Halaman 240
    Jenis Cover Soft Cover

    Produk AHMAD SYAFII MAARIF dkk.

















    Produk Rekomendasi