Saya sepenuhnya menyadari bahwa saya memang berjarak dari ludruk, tak peduli sekeras apa saya mencoba mengikisnnya. Jarak itu, saya curiga, terbangun lantaran saya kadung terasing dari lingkungan dan terjebak pada kegagapan khazanah lain, yang bekasnya begitu kuat di dalam diri saya, dan bekerja sekehendak hatinya tanpa saya sadari. Seorang anggota kelompok ludruk, Jabbar Abdullah, mempertanyakan kenapa tokoh-tokoh dalam ludruk yang saya tulis bisa begitu berbeda dengan cerita asli yang dipentaskan. ‘Tokoh-tokoh antagonis dan kurang ajar seperti Bayan Sarmidin, misalnya, tiba-tiba terkesan lebih pantas jadi protagonis di puisimu.”
Pada titik ini, saya kemudian teringat dengan apa yang ditulis Afrizal dalam ‘Perjalanan Teater Kedua’-nya. Saya merasa, setiap kali menonton lalu menulis puisi tentang ludruk, saya sedang menulis ludruk kedua.
Begitulah.
SKU | DVP-206 |
ISBN | 9786023913435 |
Berat | 100 Gram |
Jenis Cover |