Blurb:
"Alangkah malangnya, jika separuh umur kita dihabiskan
untuk mengerjakan hal-hal yang tidak kita cintai."
Seberapa sering kamu menutup mata ketika melihat sesuatu yang buruk hanya karena itu tidak terjadi kepadamu? Apakah wajar menyepelekan isu yang menggetirkan hati selama kita tidak bersinggungan dengan hal tersebut?
Enam belas cerita yang terkandung dalam Mei Salon ini mempersoalkan relasi. Baik itu relasi antar individu, maupun relasi antara individu dan ruang hidupnya. Masalah relasi tersebut melibatkan pula urusan etika dan moral yang pada akhirnya berujung pada adanya desakan untuk berkuasa atau menguasai. Dengan narasi yang memukau, Iin Farliani mengundang pembaca untuk turut merasakan pengalaman menelusuri masalah pelik di kehidupan sehari-sehari dari sudut pandang yang tidak biasa.
Endorsement:
“Di tangan Iin Farliani, peristiwa-peristiwa kecil jadi berharga. Bukan karena kepadanya didesakkan isu-isu besar, melainkan karena darinya, dari peristiwa-peristiwa kecil itu, kita dapat menerima cakrawala batin manusia yang tidak bisa diringkus begitu saja ke dalam kemutlakan.”
—Kiki Sulistyo, penyair peraih Kusala Sastra Khatulistiwa 2017
“Setiap cerpen dalam Mei Salon memiliki gagasan unik yang dikembangkan menjadi cerita tidak biasa. Jika ada kisah yang mampu membawa kita menjelajahi semesta kehidupan, buku ini adalah salah satunya.”
—Mita Vacariani, penulis Wajah Abu-Abu
Iin Farliani lahir di Mataram, Lombok, 4 Mei 1997. Menyelesaikan pendidikan tinggi (S-1) pada Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mataram. Tahun 2022, sebagai emerging writer, ia diundang mengikuti Makassar International Writers Festival (MIWF), serta Ubud Writers & Readers Festival (UWRF). Buku-bukunya yang sudah terbit ialah kumpulan cerpen Taman Itu Menghadap ke Laut (2019), serta kumpulan puisi Usap Matamu dan Ciumlah Dingin Pagi (2022).[]
SKU | QN-142 |
ISBN | 978-602-441-346-0 |
Berat | 210 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 13 Cm / 19 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 136 |
Jenis Cover | Soft Cover |