Hamka adalah pribadi yang sangat luas, baik jiwa maupun pemikirannya. Maka itu, melihat Hamka hanya dari satu sisi seringkali melahirkan salah persepsi. Dia bukanlah sosok yang terlalu keras atau terlalu lembek. Dia di tengah-tengah saja dan fleksibel. Dengan begitu, Hamka bisa masuk ke dalam wilayah sosial-kemasyarakatan lapisan manapun. Apa yang dilakukannya jauh dari kepentingan pribadi karena persatuan bangsa dan keutuhan umat Islam lebih utama baginya. Sampai-sampai, K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam buku Hamka Di Mata Hati Umat memuji sosok Hamka: “Jika ingin dirumuskan secara bersahaja, letak kebesaran Buya Hamka adalah pada kemampuannya menjadikan diri berharga dan berarti bagi aneka ragam manusia melalui sikap yang sangat positif dan konstruktif. Ia menghargai manusia lain secara tulus.”
Buku ini mengeksplorasi keluasan Hamka itu, untuk melengkapi informasi tentangnya yang—mungkin—selama ini hanya diserap setengah-setengah. Sebagai penganut ‘Islam Pembaharuan’ Hamka tak canggung membaca doa qunut. Dalam persepsinya pula pemahaman Wahabi menjadi lebih ‘netral’. Bagaimana bisa begitu? Karena, sekali lagi, Hamka itu luas. Maka, jangan memandangnya dengan ‘kacamata kuda’
“Saya sangat merekomendasikan buku Memahami Hamka: the Untold Stories. Melalui riset yang menyeluruh dan dokumentasi yang cermat, Haidar Musyafa dengan sangat mahir menceritakan saat-saat penting dari sepanjang usia Hamka dan menjelaskan secara gamblang pandangan-pandangan Hamka tentang kontroversi penting yang dihadapi Muslim Indonesia abad ke-20. Buku Memahami Hamka sangat bermanfaat, otoritatif, dan enak dibaca.”
—James Rush, Profesor Sejarah Arizona State University
“Hamka adalah ibarat sumur dalam yang jernih airnya dan tidak akan pernah habis ditimba oleh siapa pun. Semakin ditimba, semakin pahamlah kita bahwa air sumur ini bersumber jauh di dunia hakikat. Entah sudah berapa tesis dan disertasi tentang pemikiran tokoh yang tidak tamat Sekolah Dasar ini telah ditulis oleh para peneliti. Buku ini termasuk di antara yang mengulas soal Hamka. Hadirnya buku ini semoga bisa menambah khazanah keilmuan tentang ulama karismatik kelahiran ranah Minang itu.”
—Ahmad Syafii Maarif, Ketua Umum PP. Muhammadiyah (1998-2005), Guru Besar Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta
SKU | XM-15 |
ISBN | 978-602-7926-49-3 |
Berat | 500 Gram |
Halaman | 307 |
Jenis Cover | Soft Cover |