Buku MENIKAH UNTUK BAHAGIA - Indra Noveldy… | Mizanstore
Ketersediaan : Habis

MENIKAH UNTUK BAHAGIA

    Deskripsi Singkat

    Semua orang yang memutuskan menikah pastilah mengharapkan kebahagiaan. Namun, kenyataannya, mengarungi bahtera rumah tangga tidaklah semulus yang dikira. Riak-riak kecil kadangkala justru menjadi ombak besar laksana badai. Bahkan tak jarang, banyak orang yang justru tidak sadar akan masalah dalam perkawinannya hingga pasangannya menggugat cerai. Jangan sampai hal tersebut terjadi pada… Baca Selengkapnya...

    Rp 89.000 Rp 75.650
    -
    +

    Semua orang yang memutuskan menikah pastilah mengharapkan kebahagiaan. Namun, kenyataannya, mengarungi bahtera rumah tangga tidaklah semulus yang dikira. Riak-riak kecil kadangkala justru menjadi ombak besar laksana badai. Bahkan tak jarang, banyak orang yang justru tidak sadar akan masalah dalam perkawinannya hingga pasangannya menggugat cerai.

    Jangan sampai hal tersebut terjadi pada Anda. Bahkan jauh sebelum menikah, Anda bisa mempersiapkan diri. Temukan caranya dalam buku ini. Penulis dengan lugas membagi rahasianya dalam membantu banyak pasangan untuk meraih kebahagiaan. Mereka juga membagi pengalaman jatuh-bangun mempertahankan pernikahannya yang berkali-kali hampir kandas.

    Mungkin awalnya Anda akan kaget, menangis, atau bahkan babak belur membaca buku ini. Namun, Anda akan mendapatkan hasil yang sepadan pada akhirnya. Sesuatu yang berharga untuk diperjuangkan, yakni sebuah pernikahan impian.

    Jadi, siapkah Anda menjadi bahagia?
     

    Tentang Indra Noveldy & Nunik Hermawati

    Indra Noveldy & Nunik Hermawati

    Pasangan suami-istri Indra dan Nunik Noveldy telah menikah lebih dari 12 tahun dan dikaruniai seorang anak yang cerdas, Adiv. Kehidupan pernikahan mereka tidak berjalan mulus. Mereka sempat beberapa kali mengalami masa-masa yang genting. Alhamdulillah berkat usaha dan kemauan yang kuat, doa dari orangtua, serta pertolongan dari Allah Swt., akhirnya mereka bisa melewatinya dengan selamat.

    Selain aktif berbagi di akun Twitter @BundaNoveldy, Nunik saat ini sedang mengembangkan bisnisnya sendiri di bidang scrapbook (website www.papercounselor.com sedang dalam pengembangan). Lewat karya seni ini, Nunik ingin memberikan pencerahan untuk mereka yang mau berjuang membangun keluarga yang sakinah mawaddah warahmah. Selain dapat dijadikan sebagai kenang-kenangan dan pajangan, scrapbook juga menjadi tempat menyimpan memori indah foto-foto keluarga dengan pesan-pesan yang membangkitkan semangat untuk perubahan.

    Dalam kesehariannya, Indra aktif memberikan konseling kepada klien yang membutuhkan. Sebagai founder dan owner dari www.KonsultanPernikahan.com, Indra juga aktif berbagi di web pribadinya www.IndraNoveldy.com serta sangat aktif berbagi di akun Twitter @noveldy. Sejak tahun 2011, Indra menjadi narasumber tetap di radio LiteFm 105,8 Jakarta dalam acara “Yuk Kita Curhat”, serta menjadi narasumber tidak tetap untuk beberapa radio swasta lainnya. Untuk televisi, Indra juga beberapa kali diminta sebagai narasumber di Metro TV, Trans 7, O-Channel, dan TV One.

    Selain memberikan training di seminar dan workshop yang terbuka untuk umum, Indra juga memberikan training untuk inhouse perusahaan dan instansi. Untuk permintaan training dan seminar, silakan kirim e-mail ke [email protected]

    Bagi Anda yang merasa mendapat manfaat dari buku ini, ditunggu sharing-nya di [email protected].[]




    Keunggulan Buku

    Edisi sebelumnya menjadi buku bestseller, dicetak belasan kali, dan terjual puluhan ribu eksemplar.

    Resensi

    REVIEW BUKU

    “Selesai baca #MUB-nya @noveldy @BundaNoveldy, tapi enggak bisa ditaruh … buka lagi, buka lagi, telaah, mikir, mikir lagi, action lagi … everyday.”
    —@MamakRempong

    “Sudah setengah baca buku #MUB-nya Pak @noveldy, makin sebel lama-lama, kenapa enggak dari dulu keluar bukunya, jadi enggak perlu ngeributin hal-hal enggak penting.”
    —@Ayudhamay

    “Waah, Pak @noveldy, buku #MUB-nya langsung dibaca sama ibundaku, tuh …. Bagus banget, katanya.”
    —@dhe_wed

    “Ngebaca bukunya Pak @noveldy jadi galau sesaat, terus, kok ya, aku masih tetap terus baca, ya. Jadi aneh :p”
    —@matorinadhafi

    “Baru halaman awal sudah deres air mata baca buku @noveldy hikssss @karila_w.”
    —@AstiMega

    “Lagi baca buku Pak @noveldy dan diam-diam bersyukur belum married. Yup, karena pasti babak belur, secara mindset-nya masih banyak yang ngaco.”
    —@sansunnyday

    “Assalamualaikum, Pak Noveldy dan Bunda. Beberapa hari lalu sepupu saya menikah, Pak. Saya menghadiahinya buku #MUB. Kemudian dia menelepon sambil nangis sesenggukan saking senangnya karena ada beberapa poin yang katanya terjadi kepada dirinya. Bukunya bikin gemas, hehehe. Suami nya juga ikut senang karena menemukan beberapa poin yang mau diomongin ke istrinya, tetapi takut menyinggung perasaannya. Saya sendiri merasa lega dan plong karena melakukan tindakan tepat menghadiahkan buku #MUB. Terima kasih, Pak Noveldy dan Bunda. *Salim :)”
    [email protected]

    “Saya membeli buku ini pekan lalu di Togamas. Siang saya beli, baca kilasan awal bab sudah bikin penasaran, lalu saya putuskan untuk membaca lebih lengkap nanti malam di rumah.Sampai di rumah, saya ceritakan ke istri kalau saya baru beli buku baru. Buku itu langsung dilahapnya. Saya senang sekali melihat itu. Akan tetapi, apa yang terjadi sesaat kemudian, Saudara-Saudara?

    Entah kenapa istri saya jadi murung, lalu uring-uringan dan cenderung marah. Terlihat sekali perubahan sebelum dan sesudah membaca buku ini. Asal tahu saja, ketika saya datang, istri saya sedang senang bermain-main dengan kedua anak kami .... What a book!

    Ternyata, oh, ternyata, buku ini memang #makjleb banget. Pasangan suami-istri seolah-olah ditelanjangi semua pola pikir dan perilakunya. Enggak terima digituin,marah pada buku dan penulisnya jadi reaksi DOC (direction of cure) yang memualkan untuk beberapa saat.

    So, bagi kamu yang enggak siap dengan reaksi DOC, lebih baik enggak usah baca buku ini. Capek. Kecuali yang serius ingin didiagnosis, dan ingin sembuh .... Selamat ber#makjleb-makjleb. Sekian.” *Masih mual
    —@herube

    Semua orang tentu ingin menikmati kebahagiaan yang langgeng dalam pernikahan. Namun, untuk mencapai dan mempertahankannya, Anda juga perlu strategi. Kisah-kisah dalam buku ini bisa jadi pembelajaran dan bahan perenungan bagi siapa pun. Beberapa mungkin ‘menyentil’ Anda. Jangan heran jika nantinya Anda membuat daftar panjang kesalahan dan solusi yang harus Anda dan pasangan perbuat untuk pernikahan Anda berdua. Ajak pasangan untuk membacanya bersama.

    Sumber: https://www.femina.co.id/article/menikah-untuk-bahagia

    ***

    Sebelum memulai review buku ini, saya mau membuat pengakuan: saya tidak pernah memikirkan tentang pernikahan dengan serius sebelumnya, how marriage works, sebelum anak saya -Ayra- lahir.  Sejak Ayra lahir 9 bulan yang lalu, saya mengurusnya sendiri, tanpa bantuan babysitter dan saya juga bekerja part time. Jadi sebagian besar Ayra diasuh oleh saya dan suami, hanya kadang-kadang saja dititipkan ke eyangnya.

    Sejak  memiliki Ayra, hubungan pernikahan saya bisa dikatakan mengalami turbulensi, dikarenakan semua energi saya habis untuk mengurus anak, rumah, dan pekerjaan. Sampai di suatu titik, saya merasa asing dengan suami saya. Bukan membencinya, tapi juga tidak ada desire. Jarang sekali kami mengobrol atau santai berdua. Rasanya hubungan kami cuma sebagai room-mate.

    Entah apakah semua ibu baru begitu... atau cuma saya saja yang benar-benar polos dalam hal motherhood/marriage life. Hingga suatu saat saya menemukan akun twitter @noveldy, seorang konselor pernikahan. Saya hanya menjadi follower pasif saja. Hingga beberapa minggu yang lalu beliau me-launching buku "Menikah untuk Bahagia: Formula Cinta Membangun Surga di Rumah".

    Jujur saja, saya gengsi untuk beli buku semacam ini, tentang pernikahan, kok kesannya pernikahan saya bermasalah. Tapi dalam hati saya, memang ada yang (mulai) salah kok. Oke, jadi saya akhirnya membeli buku ini.

    Buku Menikah untuk Bahagia (MUB) ini terdiri dari 5 bagian (Diamond of Love): Tujuan, Mindset, Knowledge and Skill, Komitmen dan Berserah. Rumusnya menggunakan Diamond of Love, dimulai dengan pengetahuan proses terbentuknya sebuah berlian (diamond). Bahan dasar terbentuknya berlian adalah karbon yang mengalami tekanan yg sangat kuat di perut bumi, sekitar 5 giga pascal, yang setara dengan 725.188,689 psi. Untuk perbandingan, tekanan angin ban mobil itu sekitar 32 psi. Sudah terbayang berapa besar tekanannya? Karbon ini juga mengalami pemanasan sekita 1.200 derajat Celcius. Paduan tekanan yang sangat kuat, suhu sangat tinggi, serta proses yang mencapai jutaan sampai miliaran tahun, akhirnya menghasilkan kristal yang sangat keras dan padat.

    Ternyata itu belum cukup. Untuk bisa berkilau, kristal tersebut harus dipotong dan dibuang di bagian tertentu oleh ahlinya, yang tahu betul bagian mana yang harus dipotong dan berapa besar sudut pemotongannya. Terakhir, barulah berlian itu dipoles untuk mengeluarkan kilau terbaiknya.

    Prinsip ini tadi juga berlaku dalam kehidupan pernikahan. Untuk bisa mendapatkan kualitas kehidupan yang berkilau, indah, solid, dan bernilai, kita harus mau melewati proses yang sama. Kita akan melewati tekanan yang sangat besar serta panasnya suasana hati dan emosi yang terjadi dalam prosesnya. Kita juga harus rela dipotong dan dibuang bagian yang tidak perlu, yaitu hal-hal negatif dari diri kita. Dan terakhir kita harus mau untuk memoles diri dengan terus meningkatkan kualitas diri.

    Dalam setiap bagian, terdapat banyak sub-bagian yang menjelaskan berbagai hal/proses dalam pernikahan. Salah satu yang "mengena" di saya yaitu "Antara Kucing Anggora, Banteng Matador, dan Zombi". Kucing anggora merupakan analogi pasangan yang baru menikah, menyenangkan, lemah lembut, pokoknya loveable deh. Setelah beberapa tahun menikah, ada yang berubah jadi banteng matador (galak, pemarah, agresif, tidak peduli perasaan orang lain, dan mudah tersinggung), ada juga yang berubah menjadi zombi (dingin, tidak punya tujuan, apatis, dan tidak peduli). Kenapa bisa berubah seperti itu? Sebenarnya "tanpa disadari" kitalah yang menyebabkan pasangan kita berubah seperti itu. Cara kita merespons pasangan dan cara kita bersikap ternyata bisa mengubah pasangan kita. Tanpa disadari, karena sikap kita ini membuat pasangan kita menjadi kurang menghargai kita. Pasangan kita melihat kita tidak layak untuk didengar. Ia tidak percaya dengan apa yang kita katakan. Yang terlihat akhirnya pasangan kita seperti merendahkan dan meremehkan kita. Dia pun berubah menjadi banteng matador.

    Bisa juga yang terjadi sebaliknya. Tanpa disadari, justru sikap kita yang cenderung merendahkan atau meremehkan psangan kita. Mungkin dari ucapan, bahasa tubuh, tatapan mata, semua bisa mematikan perasaan pasangan kita. Tanpa disadari, kita sudah menjadi pembunuh berdarah dingin bagi pasangan kita. Hasilnya, dia pun menjadi zombi. Dalam kasus saya, sepertinya inilah yang terjadi, saya menciptakan pasangan saya seperti zombi.

    Ada satu bab lagi yang menurut saya sangat menyentuh. Sebagian besar kita bersemangat untuk meningkatkan pengetahuan yang menunjang karier kita, seperti mengikuti training, seminar di luar kota, mengikuti sertifikasi, membeli buku mahal, dan membayar membership mahal untuk bergabung di asosiasi yang menunjang karier kita. Tapi mungkin sedikit sekali yang mau "dengan sadar" untuk terus meng-upgrade ilmu tentang pernikahan, seperti membeli buku tentang pernikahan, mengikuti seminar, dsb. Setidaknya saya begitu. Karena mungkin bagi sebagian besar orang timur, masalah pernikahan adalah hal tabu untuk dibicarakan, itu merupakan suatu hal natural yang tidak perlu dipelajari. Tapi dari buku ini saya mengerti banyak hal tentang pernikahan.

    Seorang anak tumbuh dan berkembang tergantung dari orangtuanya, dari kualitas hubungan orangtuanya. Menurut saya, buku ini sangat penting untuk dibaca, baik yang masih single, sudah menikah ataupun bercerai (karena ada bab juga untuk yang sudah bercerai).

    Kebahagiaan pernikahan tidak diantar malaikat di atas nampan emas ke hadapan Anda. You have to fight for it!

    Yuk, kita sama-sama belajar membangun pernikahan yang sehat, indah dan bahagia.

    Sumber: https://theurbanmama.com/articles/menikah-untuk-bahagia.html

    ***

    Setiap orang yang akan memasuki gerbang pernikahan pastilah menginginkan kehidupan berumah tangga yang harmonis dan senantiasa diliputi kebahagiaan. Namun sayang, tidak semua orang mempersiapkan cukup bekal sebelum memasukinya. Akibatnya, saat menghadapi konflik, persoalan dan berbagai riak dalam rumah tangga, tak sedikit yang gagal menyelesaikannya lalu memilih jalan pintas untuk mengakhirinya. Padahal, menginginkan kehidupan berumah tangga yang harmonis dan bahagia tidak cukup hanya dengan sekadar menjalaninya, melainkan butuh perencanaan, tujuan yang disepakati bersama juga kesungguhan dan komitmen dalam menjalaninya.

    Inilah poin-poin penting dalam buku setebal 308 halaman yang ditulis oleh konsultan pernikahan ini. Untuk membangun kehidupan pernikahan yang harmonis, langgeng dan berkelimpahan, ada lima hal yang perlu dimiliki dan dilakukan, yaitu tujuan, mindset yang tepat, knowledge dan skill, komitmen, dan berserah. (hal.6).

    Saat ditanyakan apa tujuan menikah, maka jawaban yang paling sering muncul adalah dalam rangka ibadah, ingin memiliki anak, sudah cukup umur, dan satu jawaban paling populer sekaligus normatif, yaitu membangun keluarga sakinah, mawaddah, warahmah. (hal.13). Tetapi, jika ditanyakan apakah sebelumnya pernah mendesain kehidupan pernikahan yang diinginkan, mungkin hanya sedikit sekali yang melakukannya. Padahal, ibarat membangun sebuah menara, pasti membutuhkan desain dan pondasi yang matang, apalagi untuk membangun sebuah pernikahan, sebuah mahakarya tempat meletakkan impian dan masa depan di dalamnya. (hal.26).

    Untuk itulah, saat memulai dan menjalani pernikahan sangat membutuhkan knowledge dan skill. Jika kita ingin sukses dalam bidang apapun, maka kita membutuhkan knowledge dan skill. Demikian juga dalam kehidupan pernikahan. Kita butuh knowledge dan skill yang cukup untuk bisa membangun kehidupan rumah tangga yang harmonis, langgeng dan berkelimpahan, dan proses menambah knowledge juga mengasah skill ini adalah proses yang akan berlangsung seumur hidup (hal. 122).

    Pernikahan juga butuh komitmen dari kedua belah pihak. Komitmen tidak hanya dalam hal kesetiaan, tetapi juga komitmen untuk mau terus berjuang mewujudkan apa yang diinginkan dari pernikahan, komitmen untuk berani menjalani prosesnya, dan komitmen untuk berjuang meningkatkan kualitas pernikahan (hal. 247).

    Terakhir, sudah menjadi kewajiban kita untuk menyerahkan hasil semua usaha pada Tuhan, termasuk usaha dalam mempertahankan pernikahan dan memperjuangkannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Satu hal penting disini, bahwa berserah tidak sama dengan menyerah. Menyerah berarti berhenti berjuang.

    Sebaliknya berserah adalah sebuah sikap mental yang sejak awal sudah menyadari bahwa hasil akhir adalah teritori Tuhan, bukan teritori manusia. Dengan demikian, kita bisa menjadi lebih tenang saat menjalani pernikahan dan menyadari bahwa tugas kita hanyalah melakukan yang terbaik. Kita tahu, Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik pula. (hal. 254).

    Secara keseluruhan, buku ini mengajak para pembacanya untuk meluruskan paradigma akan pentingnya mempersiapkan dan menetapkan tujuan pernikahan, pentingnya usaha yang sungguh-sungguh dalam menjalaninya, yang tentunya harus ditunjang pula oleh bekal ilmu pengetahuan dan kemampuan, serta komitmen kedua belah pihak  yang menjalaninya. Sebuah buku yang layak dibaca oleh mereka yang belum menikah sebagai bekal dan panduan, juga bagi yang sedang menjalani pernikahan, buku ini dapat dijadikan pembangkit semangat untuk tetap menjaga kelanggengan pernikahan dan meningkatkan kualitas pernikahan demi mencapai tujuan yang diinginkan bersama.

    Sumber: http://www.riawanielyta.com/2013/12/resensi-menikah-untuk-bahagia-menikah.html


    NUKILAN BUKU

    BENARKAH MENIKAH ITU UNTUK BAHAGIA?
    Pengantar Edisi Tahun ke-5

    Apa sih bahagia itu? Ada buanyaak sekali versi tentang kebahagiaan. Sepertinya tiap orang bisa punya jawabannya sendiri.
    Ada satu jawaban yang membuat kami tercenung. Dan, jawaban ini kami dapatkan di sebuah diskusi di ruang keluarga klien yang kebetulan mengundang kami untuk berbagi di keluarga besarnya.

    “Bahagia itu adalah saat saya bisa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.”

    Subhanallah ... daleeem banget jawabannya euy. Butuh waktu untuk kami bisa mencerna jawaban ini. Semakin lama, kami semakin meyakini inilah kebahagiaan yang sesungguhnya. Sebagai orang yang meyakini adanya Hari Akhir dan Hari Pembalasan, harapan terbesar adalah bisa masuk jannah, surganya Allah. Dan, inilah kebahagiaan sejati. The real happiness.

    Untuk bisa masuk surga, syaratnya sederhana kok ... ikuti perintah-Nya, jauhi larangan-Nya. Iya siiiih ... sederhana, tetapi butuh perjuangan luar biasa untuk bisa melakukannya dengan istiqamah, dengan konsisten. Rumahku surgaku. Alangkah indahnya ungkapan ini. Betapa nikmatnya jika rumah kita bisa menjadi sekeping surga di muka bumi ini. Ingin menciptakan surga di rumah kita? Ingin mendapatkan kebahagiaan di rumah tangga kita? Syaratnya sederhana saja ... ikuti perintah-Nya, jauhi larangan-Nya. Insya Allah, kita bisa mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya.

    Teorinya mudah, praktiknya sungguh butuh perjuangan. Merasa sudah melakukan yang terbaik, merasa sudah melakukan hal yang benar, dan merasa-merasa lainnya.

    Semoga kehadiran buku ini bisa membantu Anda semua untuk “lebih mudah” menjalankan ibadah yang bernama pernikahan ini. Dan, semoga bisa membantu Anda untuk menciptakan surga di rumah Anda.

    Selamat menikmati hidangan di buku ini. Alhamdulillah sudah masuk tahun ke-5 dan ternyata masih terus bisa memberikan manfaat buat yang membacanya.

    ***

    PERCUMA

    "Untuk apa punya rumah mewah? Untuk apa punya mobil banyak? Untuk apa punya penghasilan besar …?" Ucapnya dengan tatapan nanar dan helaan nafas yang berat.

    Saya tertegun mendengar curhatan klien saya ini karena saya juga diinformasikan bagaimana kondisi mereka sebelumnya. Bagaimana terpuruknya perekonomian mereka. Bagaimana jatuh bangunnya mereka menghadapi kehidupan.

    Seiring dengan waktu disertai dengan kerja keras akhirnya mereka saat ini boleh dibilang sudah cukup mapan dan berkelimpahan. Namun, bertolak belakang dengan yang banyak orang pikirkan/yakini, ternyata membaiknya kondisi ekonomi tidak serta merta sejalan dengan membaiknya kualitas kehidupan pernikahan.
    Klien saya ini contohnya. Saat sedang susah dulu, mereka pikir wajar saja kalau kehidupan pernikahan mereka sering diwarnai dengan keributan, dengan cekcok suami istri. Mereka bekerja sangat keras untuk memperbaiki kondisi finansial. Mungkin mereka berpikir saat kondisi finansial membaik, kualitas hubungan mereka juga akan membaik.

    Sepertinya itu juga yang mereka rasakan di awal-awal membaiknya kondisi finansial mereka. Saya ingin menggaris bawahi kata “sepertinya”. Mengapa? Berkaca pada kondisi mereka saat ini, ternyata hanya menunda ledakan bom waktu saja.

    Membaiknya kondisi finansial mereka hanya berfungsi seperti obat bius. Hanya menghilangkan rasa sakitnya untuk sementara. Sedangkan penyakitnya sendiri, yang sudah lama ada sejak kehidupan mereka masih susah, belum dibenahi, belum diobati, belum diperbaiki dengan tuntas. Mereka terlanjur terlena dengan keadaan yang sudah nyaman, dengan kondisi yang sepertinya baik-baik saja. Sampai akhirnya bom waktu itu meledak.

    Seringkali kita gagal memahami apa sebenarnya akar masalah dalam kehidupan pernikahan kita masing-masing. Seringkali kita menunjuk masalah ekonomi sebagai akar masalahnya. Saya yakin kisah klien saya ini mewakili banyak kisah serupa di luar sana. Kalau memang benar faktor ekonomi adalah akar masalah dari kehidupan pernikahan mereka, tentunya kualitas kehidupan pernikahan mereka akan jauh lebih baik setelah mereka mapan. Namun, ternyata yang terjadi adalah sebaliknya. Apakah artinya faktor ekonomi tidak punya peran sama sekali dalam kebahagiaan pernikahan? Hehehe... bukan itu yang saya sampaikan.

    Anda yakin kalau faktor ekonomi adalah akar masalah Anda? Monggo .... Kalau Anda merasa ada yang lebih dari sekedar masalah ekonomi, monggo gali lebih lanjut. Kita bebas memilih apa yang kita yakini. Selama kita yakin bahwa yang kita yakini itu pada akhirnya bisa membawa kita kepada hasil yang seperti kita harapkan.


     

    Spesifikasi Produk

    SKU ND-337
    ISBN 978-602-385-492-9
    Berat 280 Gram
    Dimensi (P/L/T) 14 Cm / 20 Cm/ 0 Cm
    Halaman 368
    Jenis Cover Soft Cover

    Produk Indra Noveldy & Nunik Hermawati

















    Produk Rekomendasi