Hari-hari Icha jadi menyebalkan sejak ia kehilangan kalung kesayangannya. Apesnya lagi, kalung itu ditemukan oleh Ardo, kakak kelas tengil—meski ganteng juga, sih—yang akan menjadi sumber penderitaan Icha nanti.
Demi mendapatkan kembali kalungnya, Icha harus memenuhi 5 permintaan Ardo sebagai balas jasa. Ada 2 permintaan aneh, 1 ajaib, 1 nggak masuk akal, dan 1 misterius.
Akan tetapi, di balik tugas-tugas mengesalkan itu, ada misteri dari masa lalu yang akan terkuak. Tentang impian dan tragedi yang telah lama tidur di hati keduanya.
Profil Penulis
April Cahaya, lahir pada 12 April di Pati, Jawa Tengah. Perempuan lulusan S-1 Akuntansi ini mempunyai sisi lain dirinya di saat sedang menulis. Sangat menyukai cerita-cerita fantasi dan dongeng. Baginya, menulis itu seperti terjun ke dunia antah-berantah yang membuatnya sangat bahagia.
Mimpi adalah karya terpilih dari kompetisi Belia Writing Marathon Batch 2 di Wattpad @beliawritingmarathon. Karya April sebelumnya adalah e-book yang diterbitkan oleh Novela, bisa ditemukan di Google Play Book dengan judul Just a Feeling.
Kalian bisa menyapa April di:
IG: aprilcahaya_
Wattpad: AprilCahaya
Facebook: April Cahaya
Surel: [email protected]
Keunggulan Mimpi
Mimpi merupakan naskah terpilih dari Kompetisi Menulis Belia Writing Marathon Batch 2 di Wattpad @beliawritingmarathon. Cerita remaja ini telah dibaca lebih dari 570 ribu kali di Wattpad. Selain gaya bercerita yang renyah, April Cahaya juga menyuguhkan ide cerita yang sangat dekat dengan keseharian pembaca remaja, yaitu tentang impian. Kisah ini tidak hanya tentang cinta, tapi juga usaha meraih mimpi jadi nyata.
Bagian yang spesial dan membuat pembaca penasaran adalah tentang misteri-misteri yang terselip diantara cerita. Tentang masa lalu Icha dan Ardo. Pembaca akan dikejutkan dengan fakta-fakta dari masa lalu mereka. Pembaca akan diajak untuk ikut menebak dan menganalisis lanjutan jalan ceritanya.
Nggak hanya berisi kisah cinta, isu tentang meraih impian pun disematkan tidak hanya sebagai tempelan. April Cahaya berhasil mengemasnya menjadi bagian penting dan berisi tanpa menggurui pembaca. Bagi kamu, pembaca yang sedang galau tentang masa depan, impian, dan cinta, novel ini wajib kamu baca, ya!
Testimoni untuk Mimpi
Mereka ini adalah pembaca yang sudah tersihir dengan kisah seru Mimpi di Wattpad @beliawritingmarathon . Kalau testimoninya kayak gini, nggak heran kan, Mimpi karya April Cahaya menjadi salah satu naskah terpilih dari kompetisi menulis cerita remaja Belia Writing Marathon Batch 2?
“Buku ini menginspirasi sekaligus nge-baper-in banget. Kadang dibikin terenyuh sama perjuangan tokoh Icha buat menggapai mimpinya. Juga dibuat geregetan sama tingkah tengilnya Ardo. Susah banget, sih, mereka mengakui perasaan masing-masing. Hehehe. Wajib banget dibawa pulang.”
—Pit Sansi, penulis novel Just be Mine dan My Ice Girl
“Mimpi itu ... beyond my expectation! Nggak nyangka sama isinya yang pastinya kocak, bikin baper, dan punya nilai-nilai positif lainnya yang WAJIB banget diinget (mungkin diserap) sama kids zaman now! Nggak menye-menye, deh!”
—@michellecherryna,pembaca Mimpi di Wattpad
“Waaah ... kisah Ardo dan Icha itu da best :D. Udah buat aku senyum-senyum sendiri. Kadang ngakak sendiri udah kayak lihat rambut Upin Ipin, eh salah, Ipin nggak ada rambutnya, ya? Sempat sebel, sih, sama Ardo, tapi sumpah demi kecantikan Selena Gomes yang mulai bertambah, aku suka buanget sama alurnya. Terus ceritanya itu udah bikin hati aku campur aduk kayak sayur lontong :D. Dan, satu lagi, cerita Mimpi itu aku banget. Sukses ya buat cerita Mimpi.”
—@m_a_u_d_y, pembaca Mimpi di Wattpad
“Pokoknya cerita Mimpi ini jadi cerita yang selalu aku tunggu update-nya. Alur yang mudah dipahami, konflik yang nggak bikin pening, tapi cukup gereget buat pengin nampol Ardo itu nilai plus sendiri dari aku buat novel ini. Dan, nilai positif yang bisa kita ambil dari cerita ini, mulai dari meraih mimpi, persahabatan, keluarga, dan teman itu yang bikin cerita ini bagus untuk jadi salah satu bacaan yang bisa jadi pilihan untuk anak muda zaman sekarang. Isinya nggak cuma tentang perasaan remaja zaman now, tapi juga banyak pesan moral yang bisa kita ambil.”
—@phararel, pembaca Mimpi di Wattpadyang selalu nunggu Ardo di-update
“Salah satu cerita favorit gua. Cerita yang buat baper, gemes, dag dig dug, senyum-senyum sendiri, bahasa yang ringan, alur dan konflik yang gereget dan buat penasaran tingkat dewa. Cerita menarik dan nggak mudah ketebak. Cerita ini bisa memotivasi kita untuk meraih mimpi. Dari sini aku belajar arti perjuangan, pokoknya suka, keren banget. Sukses selalu, Kak.”
—@gdlvaa_, pembaca Mimpi di Wattpad
“Mimpi itu ... gimana, ya? Ceritanya bagus banget, suka sama jalan ceritanya, suka pengin maki-maki, pengin jadi Icha-nya, plot twist yang bagus kebangetan. Banyak hikmah yang bisa diambil dari cerita ini, susah dijabarinnya, deh. Nggak ada kata-kata yang bisa diucapin buat cerita ini. This is ONE OF THE BEST NOVEL EVER, dah! Love, love, love, and five thumbs up for you, Kak April! (tiga jempol minjem ke temen :v).”
—@zahraaph19_, pembaca Mimpi di Wattpad
Cuplikan di Mimpi
Kenalan dulu yuk, sama Icha dan Ardo. Sengaja, biar kamu semakin penasaran baca keseluruhan cerita Mimpi karya April Cahaya!
Fakta tentang Icha, tokoh utama cewek di Mimpi karya April Cahaya
Fakta tentang Ardo, tokoh utama cowok di Mimpi karya April Cahaya
Cuplikan adegan di Mimpi karya April Cahaya
Hidup memang tidak seindah drama Korea, tidak serumit sinetron Indonesia, dan juga tidak seajaib film televisi (FTV). Kenyataannya ... hidup itu sepahit pare.
Sesosok gadis berambut panjang terkapar di pinggir lapangan tepat di bawah pohon mangga yang teduh. Harap tenang dan jangan tegang. Rambut gadis itu dikucir ekor kuda, bukan tergerai panjang seperti Mbak Kunti. Tidak. Gadis itu manusia. Bukan makhluk halus yang paling suka eksis di televisi.
“Es teh ... oh, ibu peri yang baik hati, aku butuh es teh ...,” ucap gadis itu dengan suara yang tidak kalah lantang dari speaker sekolah.
“Mimi peri kali yang bakalan datang.” Sesosok gadis lain, yang berambut pendek sebahu, duduk di samping gadis berkucir ekor kuda itu.
“Astaga! Kapan lo duduk di samping gue, Met?” Gadis itu bangkit dari tanah—ralat, bangkit dari posisinya berbaring di rumput. Ia membersihkan rumput kering yang menempel di rambutnya dengan asal. “Sejak Avatar Aang muncul kembali di Bumi.” Meta menatap sahabatnya itu dengan kesal. “Lari lo cepet amat kayak cheetah. Tega lo, ya, nggak nungguin gue. Padahal, gue dihukum gini gara-gara lo nih, Cha.”
Icha meringis. Ia sadar akan kesalahannya. Namun, bukan berarti ini hanya salah Icha seorang. Pak Sam dan Joko juga salah. Bagaimana bisa Pak Sam tiba-tiba muncul saat Joko sudah mengatakan jam pelajaran pagi itu kosong?
Icha, yang notabene malas mengikuti pelajaran Olahraga, langsung tancap gas ke kantin. Sayangnya, keberuntungan sedang tidak berpihak kepada Icha.
“Maaf deh, Met. Salahin Joko, tuh. Informan nggak akurat dan nggak tepercaya. Gue kira Pak Sam beneran pergi, terus jam Olahraga kosong. Jadi, ya gue ajak lo ke kantin. Maafin gue dong,” mohon Icha sambil mencolek-colek pipi Meta. Tetapi, Meta masih saja cemberut.
“Iya, gue maafin. Tapi, gue nggak mau terlibat tindakan kriminal lagi sama lo.” Meta berdiri. Menepuk-nepuk bokongnya yang sedikit kotor.
“Lo kira gue abis ngerampok apa? Tindakan kriminal. Lebay lo, ah. Eh, mau ke mana lo?” Icha ikutan berdiri.
Meta menunjuk ke arah lapangan tempat teman-teman sekelasnya sedang bermain basket. “Gabung sama temen-temen.”
“Bentar deh, Met.” Icha menahan lengan Meta.
“Apaan?” tanya Meta bingung dengan tingkah Icha yang selalu aneh. Icha meringis memamerkan barisan giginya yang rapi. “Tunggu sampai Pak Sam manggil kita berdua. Satu ... dua ... tiga ... em ....”
“ICHA! META! CEPAT KEMARI!” Suara Pak Sam menggelegar dari tengah lapangan basket.
“Nah, bener, kan, kata gue. Ayo!” Icha langsung menarik lengan Meta cepat sebelum Pak Sam semakin kencang meneriakkan nama dua gadis itu.
Mungkin Icha belum lama mengenalnya, tapi kehadiran Meta di hidup Icha adalah segalanya. Serupa oasis yang muncul di tengah gurun. Menjelma hubungan persahabatan yang sempat tidak lagi Icha percaya.
***
Icha diam-diam membuka isi amplop itu ketika jam pelajaran Matematika masih berlangsung. Tadi kedua gadis itu sudah menjelaskan kepada Bu Susi bahwa mereka mencari kalung milik Icha yang hilang. Meski dengan muka merah, Bu Susi mengizinkan Icha dan Meta duduk di bangku masing-masing.
Benar kata Pak Tri, isinya memang seuntai kalung dan selembar surat. Namun, ada yang janggal dengan kalung itu. Mendadak Icha kembali panik. Dan, Meta dapat menangkap kecemasan di wajah sahabatnya.
“Lho, liontinnya mana?” Icha mencari lagi di dalam amplop itu, siapa tahu liontinnya jatuh. Namun, tetap saja tidak ada. Sialan. Ke mana, sih?
Dengan gerakan cepat, Icha membuka surat yang dibentuk menjadi origami kodok itu.
Teruntuk bidadari pemilik kalung cantik ini.
“Waduh, tulisannya jelek amat, ya?”
Teruntuk bidadari pemilik kalung cantik ini.
Hai ... hello ... what’s up? (Eh, nyapa cewek yang bener tuh, kayak gimana, sih?)
Langsung aja, ya.
Kaget, nggak? Kaget dong, biar surprise :D. Pasti lo lagi nyari liontin berbentuk bunga sakura, kan? Keep calm, Cantik, liontinnya aman sama gue. Akan kujaga sampai akhir hayatku. (Biasanya gue jaga lilin). Intinya, kalau mau liontin lo balik, besok pagi-pagi banget, kalau bisa habis subuh, lo dateng ke belakang gedung perpustakaan. Tunggu gue di bawah pohon jambu air. Oke?
Salam sayang,
AE
SKU | BE-113 |
ISBN | 978-602-430-325-9 |
Berat | 280 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 15 Cm / 21 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 296 |
Jenis Cover | Soft Cover |