Montessori Sensorial Activities atau Aktivitas Sensoris dengan metode Montessori dirancang untuk membantu anak-anak mengasah kelima indranya dan menguasai kemampuan mengelompokkan informasi. Kemampuan mengelompokkan informasi inilah yang mendorong anak-anak menciptakan pengalaman sendiri di lingkungan dan membangun kecerdasan.
Melalui buku ini, orang tua dapat:
Terdapat lebih dari 50 aktivitas sensoris yang akan anak sukai dan membantunya membangun kecerdasan akademis.
Rosalynn Tamara atau akrab disapa Miss Rosa adalah founder dan Academic Directress dari Montessori Haus Asia (MHA). Di MHA, Miss Rosa bekerja merencanakan dan mempersiapkan berbagai program yang sesuai dengan kebutuhan keluarga Indonesia. Miss Rosa mendapat gelar diploma Montessori pada 2007 dan telah menghabiskan hampir 15 tahun terakhir untuk mendalami dan menyebarkan metode Montessori di Indonesia. Dari pengalaman panjang sebagai pengajar dan seorang ibu, Miss Rosa percaya bahwa metode Montessori bukan sekadar metode pendidikan, melainkan juga jalan hidup bagi keluarga bersama anak-anak.
“Buku yang penting banget untuk dimiliki oleh semua orang tua hebat yang mau menerapkan aktivitas montessori sensorial: penglihatan, peraba, pendengaran, perasa, dan penciuman. Isi buku ini lengkap dengan gambar yang super jelas dan rinci banget. Jadi, bisa diaplikasikan dengan mudah banget di rumah. Selain meningkatkan kemampuan sensorial anak, buku ini juga bisa mengasah kemampuan mereka untuk memahami konsep bahasa dan matematika. Asli deh, se-happy itu aku baca buku ini!”
—Bubu Ui @bubuui, co-founder Tiga Generasi, co-founder Cinnamon Montessori School
PRAKATA
Hana M. D. Gultom, A.Md., O.T.
Terapis Okupasi Viji Clinic
Menjadi orang tua merupakan fase pembelajaran tiada henti seumur hidup. Kita berupaya mengenal dan memahami apa yang akan dihadapi oleh anak, mulai dari masa-masa menyambut kehadirannya, beradaptasi dengan kedatangannya, hingga memberikan yang terbaik di segala aspek perkembangannya.
Pada kenyataannya, banyak sekali hal baru yang kita dapatkan sebagai orang tua dan membuat bingung. Dengan serbuan informasi seperti sekarang ini, internet bisa menjadi sangat bersahabat, tetapi juga memunculkan berbagai kebingungan. Banyak term baru yang harus kita pelajari kembali tentang alasan di balik perkembangan motorik anak yang seharusnya terjadi dalam satu tahun pertama kehidupannya. Ternyata, bahasa memiliki perkembangannya sendiri, begitu pula dengan SENSORIK. Betul sekali, anak akan belajar menggunakan seluruh sistem sensorik yang ia miliki.
Sensorik merupakan salah satu aspek perkembangan anak yang harus optimal. Sistem ini tidak dapat terlepas begitu saja dari tubuh kita. Otak mendapatkan pemahaman akan apa yang terjadi pada dunianya melalui sistem sensorik. Pemahaman ini yang selanjutnya dipakai oleh anak untuk menganalisis apa yang harus ia lakukan terhadap dunianya, bagaimana ia harus fokus pada satu hal yang sedang terjadi dan mengabaikan hal lain yang tidak penting pada saat bersamaan, serta menyelesaikan masalah yang dihadapinya (problem solving). Jika sistem sensorik tidak dapat mengambil informasi yang terjadi di dunia anak dengan tepat, anak akan gagal menerjemahkan apa yang terjadi dan memberikan respons berlawanan dari apa yang seharusnya ia lakukan. Perjalanan yang cukup panjang bukan dari sebuah perilaku? Untuk itu, pengoptimalan sistem sensorik menjadi salah satu fondasi yang sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi otak, perilaku, dan kognitif anak.
Sensorik sebenarnya bukanlah hal yang begitu asing bagi kita. Pancaindra merupakan bagian dari sensorik. Ada delapan pintu gerbang sensorik untuk mendapatkan seluruh informasi yang otak butuhkan. Dari delapan itu, lima di antaranya ialah pancaindra kita, mata (visual), peraba (taktil), penciuman (olfaktori), pengecapan/perasa (gustatori), dan pendengaran (auditori). Buku ini hadir untuk membantu orang tua dalam melatih kognitif dan fungsi otak anak menggunakan metode Montessori berkaitan dengan pengoptimalan kelima sistem sensorik ini.
Dalam buku ini, terdapat aktivitas-aktivitas konkret yang dapat mengasah kemampuan belajar anak, bukan hanya dengan mendengarkan lalu menulis catatan, melainkan anak akan menggunakan kelima sensorik yang ia miliki dalam mempelajari dan menemukan “aha moment” terhadap materi-materi yang dibutuhkannya dalam belajar dan kehidupan sehari-harinya kelak dengan cara yang menyenangkan. Jika anak semakin memahami konsep secara konkret, dia akan memiliki pemikiran abstrak yang baik. Perkembangan kognitif pun semakin baik karena banyaknya pengalaman aktivitas yang terjadi dan sensorik yang turut andil di dalamnya.
Selamat belajar kembali, orang tua hebat.
NUKILAN
PERBEDAAN ANTARA PENDIDIKAN SENSORIS (SENSORIAL EDUCATION) DAN IMPRESI SENSORIS (SENSORIAL Impression )
Sejak lahir, seorang anak tak henti-hentinya diterpa gelombang impresi atau stimulus. Banyak orang dewasa menganggapnya sebagai informasi atau pengetahuan. Apakah semua itu termasuk informasi atau pengetahuan? Barangkali bukan sama sekali. Sebagaimana yang telah disebutkan, semua itu adalah kesan atau impresi sensoris yang ditangkap anak-anak dari lingkungan terdekatnya. Bagi anak, semua itu tidak ada artinya. Kesalahpahaman lain yang banyak beredar adalah bahwa anak semata-mata menangkap impresi atau stimulus secara visual. Padahal, anak menyerap berbagai impresi atau stimulus melalui kelima indra mereka: penglihatan, peraba, pendengaran, penciuman, dan pengecap.
Sebagai contoh, ketika bayi baru lahir melihat sekotak pensil warna, baginya itu hanyalah kesan atau impresi yang ditangkap indra penglihatannya. Jika kita menggoyang-goyangkan kotak pensil warna hingga pensil-pensilnya berkelotakan membentur wadahnya, suara itu akan menjadi impresi yang ditangkap indra pendengaran si bayi. Apabila kita menuang minyak wangi ke pensil warna dan memegangnya di dekat bayi tersebut, itu akan menjadi impresi yang diterima indra penciumannya.
Ketika seorang anak mulai belajar cara menggolongkan dan mengelompokkan impresi-impresi yang dia tangkap, barulah semua impresi atau stimulus ini akan menjadi informasi. Misalnya, ketika guru mengenalkan konsep warna kepada anak-anak, impresi yang ditangkap indra penglihatan anak akan membuat mereka paham. Keterampilan mengelompokkan yang merupakan elemen sangat penting dalam proses perkembangan, akan memungkinkan anak membuat koneksi lebih lanjut ketika mereka dikenalkan pada warna primer, warna sekunder, dan warna dasar. Kita juga dapat mengenalkan konsep warna dengan berbagai gradasinya kepada anak.
Latihan sensoris bertujuan agar anak-anak dapat memperoleh informasi yang jernih, dicerap dengan sadar, dan kemudian mampu membuat klasifikasi di lingkungannya. Maria Montessori meyakini bahwa pengalaman sensoris dimulai sejak bayi lahir. Melalui indra-indranya, anak-anak mempelajari lingkungan mereka. Melalui proses belajar ini, anak-anak kemudian mulai memahami lingkungan mereka. Anak-anak, bagi Montessori, adalah “penjelajah sensoris”. Semua kesan atau impresi yang diserap anak-anak dari lingkungannya akan berakhir sebagai informasi belaka sampai, dan hanya jika, anak belajar untuk mengelompokkan informasi tersebut.
Sesungguhnya, dengan berlatih menggunakan material sensoris, anak-anak diberi kunci untuk mengelompokkan berbagai hal di sekitar mereka, yang akan mendorong anak-anak menciptakan pengalaman sendiri di lingkungan mereka. Dengan melakukan pengelompokan, anak-anak juga disodori langkah pertama untuk menata kecerdasan, yang kemudian akan mengarahkan mereka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Latihan sensoris meliputi lima area, antara lain:
Indra penglihatan dibagi menjadi dua area: persepsi terhadap dimensi dan pengindraan kromatis. Indra ini sangat penting karena banyak orang merupakan pembelajar visual dan hal yang sama juga berlaku bagi anak-anak. Penglihatan merupakan indra yang paling banyak digunakan selama presentasi Montessori karena anak-anak diminta melihat aktivitas yang ditunjukkan kepada mereka kemudian menirunya.
Sistem olfaktori bertanggung jawab mengatur indra penciuman kita. Indra ini, yang juga dikenal sebagai indra pembau, merupakan salah satu indra utama yang bertugas mendeteksi dan mengidentifikasi molekul di udara. Begitu molekul terdeteksi oleh organ sensoris, sinyal saraf dikirim ke otak tempat sinyal tersebut kemudian diproses. Indra penciuman berkaitan erat dengan indra perasa karena keduanya sama-sama bergantung pada persepsi molekul. Indra penciumanlah yang memungkinkan mendeteksi rasa dalam makanan yang kita santap. Penciuman adalah salah satu indra yang paling kuat. Indra penciuman dapat membangkitkan memori, juga memengaruhi suasana hati dan perilaku kita.
Mengapa kemampuan mendengar begitu penting? Posisi telinga kita ada di samping kepala sehingga kita mampu menangkap suara dari lingkungan di sekitar kita. Indra ini merupakan aspek yang sangat penting dalam proses perkembangan anak; selagi mereka belajar mendengarkan dengan saksama, mereka juga belajar memusatkan perhatian.
Indra peraba bisa dibagi menjadi empat area: sentuhan permukaan, sentuhan stereognosis, pengindraan termal, dan pengindraan berat (baric). Anak-anak adalah pembelajar langsung (hands-on learners) sehingga sangat penting untuk menyajikan aktivitas-aktivitas berbasis latihan sensoris untuk mereka kerjakan.
Anak-anak memiliki kuntum pengecap (taste buds) di seluruh mulut mereka. Pada usia 60 tahun, hanya ada sedikit kuntum pengecap yang tersisa. Kuntum pengecap terletak di: ujung lidah (rasa manis), samping lidah (rasa asam dan asin), dan pangkal lidah (rasa pahit).
SKU | BG-737 |
ISBN | 978-602-291-927-8 |
Berat | 340 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 19 Cm / 24 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 100 |
Jenis Cover | Soft Cover |