'"Aku janji karo kowe pepujanku, semua yang kamu ucapkan akan tercapai. Tunggu di malam gerhana bulan merah dan gerhana bulan biru. Sukmoku digadekke marang kowe. Mung kowe sing isoh narik sukmoku bali, bali kanggo aku."
20 TAHUN KEMUDIAN…
Kehadiran Kenara Cahyaningrum—seorang mahasiswi yang dahulu hobi menari—memicu kemunculan dendam kesumat yang siap menuntut balas. Banyu Janggala Baghawanta akan membunuh satu Desa Kelawangin (sengaja disamarkan), terletak di daerah Gunung Lawu, perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kedatangan Kenar sendiri karena diajak oleh sahabatnya, Ayu Prastomo.
Pada hari pertama kedatangannya di Desa Kelawangin, hujan turun lebat sepanjang malam disertai petir. Belum lagi, ia merasakan keanehan karena beberapa warga Desa Kelawangin menatap tajam ketika melihatnya. Kenar pun memimpikan sosok bayangan hitam yang seolah hendak menelannya. Lalu, tubuhnya secara tiba-tiba, bergerak menari sendiri.
Semua keanehan ini mulai terkuak ketika secara sengaja, Kenar masuk ke kamar terlarang di rumah Ayu. Di situlah musibah di Desa Kelawangin datang bergantian. Penduduk desa satu per satu mati tak wajar. Dan Kenar, mulai menari tarian tak wajar. Semua penduduk desa mengenali tarian tersebut, TARIAN NARIK SUKMO, tarian kematian dari pasangan Banyu Janggala Bagwahanta dan Ratimayu yang telah meninggal 20 tahun lalu.
Apa kaitan Kenar dengan Banyu Janggala Bagwahanta?
Bagaimana nasib penduduk Desa Kelawangin?
SKU | CDS-201 |
ISBN | 9786237211037 |
Berat | 146 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 13 Cm / 20 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 200 |
Jenis Cover | Soft Cover |