Kita sering terjebak pusara waktu.
Kadang kita berandai-andai
apabila melakukan hal sebaliknya dari yang biasa kita
lakukan, apakah hidup akan lebih baik?
***
Terkadang hidup itu rumit,
tak perlu banyak dipikirkan apalagi diperdebatkan.
Kita hanya perlu kembali pada dan gunung
laut untuk menemukan jawaban.
Bersama Nyomie, ibu hebat yang membawa anaknya Max mendaki gunung sejak bayi, kita akan dibawa bertualang menapaki 30 puncak yang telah mereka gapai bersama. Cita-cita, impian, dan semangat apa yang melatari perjalanan mereka?
Setelah menjadi ibu, kegiatan di alam seakan menjadi sesuatu yang tabu atau tidak mungkin dilakukan. Buku ini mengingatkan saya bahwa kecintaan kepada alam dan kegiatan di dalamnya justru menghidupkan kembali salah satu insting perempuan: menjadi penjaga dan pemelihara. Sulit untuk mau memelihara,
jika kita tak berusaha mengenalnya bukan?
--Riyanni Djangkaru, Traveler, Yin Yoga Teacher
Penulis adalah dokter hewan berpraktik mandiri di Jakarta selama 7 tahun, dikenal dengan akun Instagram
@nyomiez untuk traveling dan @doknyom untuk kisah keseharian dengan hewan dan pasien. Single parent dari anak ganteng bernama Max yang sekarang berusia 5 tahun. Mengikuti Diklasar dan terdaftar sebagai anggota penuh Pasma 54 sejak 1999, Impala Unibraw sejak 2002, anggota muda Mapala Vetpagam sejak 2003. Aktif berorganisasi, pernah beberapa kali menjadi ketua operasional Diklatsar. Awalnya tidak begitu menyukai aktivitas mendaki gunung, hanya beberapa pendakian ke Gede Pangrango, Lawu, karena tergabung dalam divisi caving (susur goa) di pasma 54 dan kemudian divisi arung jeram Impala Unibraw. Mendaki Gunung Semeru pada 2009, kemudian ‘gantung carrier’ sampai akhirnya kembali mendaki Argopuro tahun 2014 di musim hujan, sebelum memutuskan masih sanggup membawa Max yang baru satu tahun untuk mendaki gunung yang lebih tinggi.
Keunggulan:
Full color, ilustrated, dilengkapi dengan tips dan trick pendakian bersama anak, dan checklist persipan pendakian (dari antisipasi logistik, persiapan dan daftar emergency kit, hingga penentuan waktu terbaik untuk mendaki). Juga kiat-kiat mengatasi hambatan saat mendaki. Sangat informatif dan bisa diaplikasikan bahkan bagi pendaki pemula sekalipun.
Bersama Nyomie & Max, perjalananmu akan semakin menyenangkan—dengan jutaan cara untuk menggali inspirasi dan "melihat" kebahagiaan dari hal kecil yang terbentang luas di alam terbuka.
NYOMIE & MAX
30 PUNCAK, 5 TAHUN, 1 KASIH SEPANJANG MASA
Ketika anak-anak berusia tiga tahun umumnya mulai sibuk mengenal gadget, Max tengah asyik bermain-main di jalur pendakian. Saya terpukau, sudah hampir 30 puncak gunung dan bukit ia jejaki, termasuk Puncak Gunung Rinjani yang ia daki sebelum usianya genap enam tahun!
Saya berkenalan dengan ibu Max, seorang dokter hewan bernama Nyoman Sakyarsih. Saya menyapanya dengan nama Mbak Nyomie. Pengikutnya di Instagram sudah mencapai 49.500 orang, dan saya adalah salah satunya. Melihat foto-foto yang diunggah di akun Instagram @nyomiez seperti membaca cerita perjalanannya bersama Max. Komentar yang ia terima di media sosial pun beraneka ragam. Dukungan dari followers-nya, tentu saja. Pernah pula ia menerima cibiran karena membawa anak balita dalam pendakian gunung. Apa pun itu, saya terkesan dengan segala hal yang sudah mereka lalui selama melakukan perjalanan-perjalanan. Inilah sepenggal cerita, apa yang ingin Mbak Nyomie sampaikan melalui kisah perjalanan ini, dari pertemuan pertama saya dengannya.
"Awalnya aku cuma ingin dia bisa menghirup udara segar karena kita hidup di perkotaan. Tapi saat dia mulai terbiasa menghadapi saat-saat sulit ketika mendaki dan bisa beradaptasi dengan baik, aku baru mulai merasa dia benar-benar anak yang hebat. Sudah lama sebenernya aku tidak mendaki, sampai akhirnya dia lahir. Tak pernah berpikir untuk mendaki lagi karena mendaki gunung itu melelahkan. Padahal banyak pengembangan mental yang berawal dari sana.
Kesabarannya cukup besar untuk kondisi urgent dan juga sekarang dia semakin kuat terhadap kondisi yang bisa dibilang cukup ekstrem bagi anak seusianya. Aku juga termasuk orang yang detail dalam mempersiapkan manajemen perjalanan, yang sudah pernah mendaki bareng pasti hapal karena bawaanku sudah seperti kantong Doraemon. Jadi semua kondisi bisa diantisipasi.
Nilai tentu saja tak hanya sebatas menghargai keindahan alam, tidak buang sampah sembarangan, karena ironisnya untuk menjaga alam sebenarnya mudah: Dengan tidak mendaki karena pendaki itu yang selalu banyak buang sampah. Aku ingin dia punya kenangan yang hebat, menghargai apa yang ada, menghargai apa yang dia miliki, menghargai orang lain dan semua yang ada di sekelilingnya.
Oh ya, tentu saja dengan kesulitan hidup kita yang bagaimanapun tetap lebih sulit hidup di gunung. Jadi aku juga berharap, Max bisa melalui hal-hal sesulit apa pun perjalanan ke depan, seperti yang sudah selalu kita lalui."[]
Ditulis oleh Iyos Kusuma (Travel Blogger)
dalam Guratan Kaki: Nyomie dan Max
https://guratankaki.com/2016/01/28/nyomie-dan-max/
Endorsement:
Saya bertemu Nyomie dan Max pertama kali dalam sebuah acara di sebuah stasiun televisi. Kami duduk bersama, membagi cerita tentang perempuan yang sudah memiliki anak dan masih berkegiatan di alam. Di saat yang bersamaan, hingga kini pun saya masih sering ditanya, “Bagaimana bisa?” Seakan setelah menjadi ibu, kegiatan di alam adalah sesuatu yang tabu atau tidak mungkin dilakukan.
Tulisan di buku ini mengingatkan saya kembali bahwa kecintaan kepada alam dan kegiatan di dalamnya justru menghidupkan kembali salah satu insting perempuan: menjadi penjaga dan pemelihara. Sulit untuk mau memelihara jika kita tak berusaha mengenalnya, bukan?
Selamat membaca!
—Riyanni Djangkaru, Traveler
Melampaui segenap batas kelemahan, keraguan, dan ketakutan manusia. Ini adalah jurnal kelana sentimental: risalah dari dalam kemah, dari balik selimut kabut, juga dari pucuk-pucuk gunung. Buku yang memaknai setiap partikel pendakian secara utuh, secara manusiawi.
—Iyos Kusuma, Travel Blogger
Menjadi seorang ibu sekaligus orangtua tunggal, tidaklah mudah. Tidak ada sekolah formal untuk menjadi seorang ibu, apalagi menjadi ibu yang dikaruniai anak yang memiliki kebutuhan khusus. Pada saat yang bersamaan, alam (gunung, lembah, hutan, sungai, dan laut) membuka diri bagi siapa saja untuk belajar menjadi seseorang yang lebih baik bagi dirinya dan orang lain. Seorang Nyomiez, kemudian memilih untuk berguru, salah satunya pada alam yang dicintainya. Tulisan yang saya rasa merupakan refleksi pengalaman fisik dan batin yang didapat dalam setiap perjalanan yang dilaluinya dengan Max, anak semata wayangnya, membuat saya ikut merefleksikan kehidupan yang saya lalui. Sebagai seorang ibu sekaligus pendidik untuk anak berkebutuhan khusus yang juga mencintai alam bebas, saya mengapresiasi buku ini. Ekspresi cinta, perjuangan, dan harapan ditorehkan dengan indah dalam setiap lembar buku ini. Membuat siapa saja yang membacanya dapat ikut merenungkan dan belajar dari apa yang telah dilaluinya. Buku ini baik untuk dibaca bagi siapa saja yang ingin berguru pada alam dan pengalaman hidup.
—@BundaNouf
Ibu, pendidik anak berkebutuhan khusus, penggiat kegiatan alam bebas yang kerap bertualang bersama keluarga kecilnya.
SKU | QA-40 |
ISBN | 978-602-402-123-8 |
Berat | 200 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 12 Cm / 18 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 164 |
Jenis Cover | Hard Cover |