Hujan kecil nan mungil menempias di genting-genting dekil. Kesiap angin saling beradu, mencipta percikan kecil yang mendentum merdu. Renyai senja menelikung batas imaji. Batas antara realita dan sejumlah kata. Langit tampak renta. Namun penuh dengan cerita. Perlahan, sinar mulai redup mengatur jeda Burung-burung mengatur ritme. Menemani hari yang mulai temaram. Di bawah, riak air kolam beradu manja dengan rintik gerimis Indah, karena semua tak bercerita sesuai kehendaknya masing-masing. Seperti luruhnya dedaunan, bergerak sesuai kuasa Sang Pencipta.
Setiap kita hidup bersama ceritanya masing-masing. Jika hari ini cerita yang kita alami penuh dengan keterpurukan. Jangan putuskan asa itu. Ada saatnya kelak, duka dan luka berakhir tangis bangga dan bahagia. Peluh dan keluh luruh bersama alur yang selama ini membuat rapuh. Sesal dan sesak kehidupan tak akan selamanya mengerak. Move on! Jangan nyerah, yuk hijrah!
Manusia hanya mampu menerka. Meraba masa depan dengan intuisi penuh spekulasi. Mereka-reka bahagia di ruang imajinasi. Tapi saat takdir telah terukir, jangan menyingkir. Sertakan dzikir dalam fikir. Berbuatlah, berjuanglah! Come on, Move on!
Menolehlah ke belakang dengan kadar secukupnya. Tak harus lama. Sebab jalan di depan sana lebih membutuhkan perhatian kita. Ada babak baru kehidupan yang hendak kita jalani. Masih banyak terjal yang harus kita taklukan. Masih banyak tanjakan yang harus kita daki. Jangan menyerah saat tanjakan curam itu berlaku kejam. Ingat, ada turunan setelah tanjakan. Ada kemudahan setelah kesulitan. Jangan menyerah dalam hijrah. Naik-turun iman berlaku bagi siapapun. Maka yang terindah dari perjuangan hijrah adalah istiqamah yang berbuah husnul khatimah.
Setiap kita memiliki cara untuk bertahan dalam istiqamah. Ada yang membuat program membaca Qur*an satu hari satu ayat. Ada yang menghafalnya, menyetornya pada guru. Ada yang bertekad bershadaqah setiap hari. Ada yang bertekad shalat tahajud setiap hari. Banyak cara.
Ada juga yang menjaga istiqamah dengan mengajarkan ilmu. Ceramah dari mimbar ke mimbar. Berbagi motivasi hikmah dari seminar ke seminar. Banyak cara yang bisa membantu kita bertahan dalam hidayah-Nya.
Suatu hari saya ditanya, “Apa yang memotivasi akang menulis?”
Saya menjawab, “Saya banyak dosa. Semoga dengan menulis, dosa saya berkurang.”
Saya banyak dosa. Saya sedang berusaha mengurangi timbangan dosa itu dengan menulis. Sebab saya yakini, saat saya menulis tentang kebaikan, dan berefek baik pada banyak orang, saat itu saya tengah berinvestasi amaljariyah. Oan itulah cara saya bertahan dalam istiqamah.
Selain itu, buku ini akan jadi alarm bagi saya. Kelak, setiap kata yang tertulis akan berkumpul untuk memprotes penulisnya, “Kamu yang nulis kebaikan, kenapa kamu lupa berbuat baik???”
Alarm buku ini akan berbunyi nyaring. Terlebih yang saya tulis mengandung banyak hikmah yang menggugah. Setiap ceritanya akan menjadi pengingat, karena alurnya adalah alur terbaik yang Allah titipkan melalui cerita anak-anak geng motor, musisi, dan publik figur di negeri ini.
Cerita tentang dulu dan sekarang. Tentang mereka yang dulu di jalanan, sekarang di pengajian. Dulu tawuran, sekarang kajian.
Dulu malak, sekarang infak. Dulu ekstasi, sekarang prestasi. Dulu narkoba, sekarang berkarya. Dulu di dalam penjara, sekarang di Mushala. Dulu perusak, sekarang penggerak.
Lalu kenapa judulnya “OTW Masjid”?
Setiap kita senantiasa berproses. OTW alias on the way dimaknai sebagai proses melangkah, proses menuju tujuan, proses mengarungi perja/anan, proses melintasi rintangan. Sedangkan “Masjid” adalah tujuan yang dimaksud. Masjid tempat mereka yang datang memenuhi panggilan-Nya. Masjid adalah pusat peradaban, simbol dari muara ketaatan.
Maka mereka yang OTUU Masjid, adalah mereka yang tengah berjuang untuk benar-benar finish dalam muara ketaatan. Mereka yang tengah berjuang untuk tetap melangkah, walau kerikil berserekan di sepanjang perjalanan.
“OTW Masjid” mewakili cerita para tokoh dalam buku ini. Mereka berjuang mengarungi derasnya ujian istiqamah. Fisik mereka memang sudah di dalam Masjid. Namun jiwanya masih harus terus melangkah, berjuang agar jiwa dan raga tetap terpaut dengan Masjid.
Mereka bilang, “Kami bukan orang shaleh, tapi kami orang- orang yang berproses menjadi sholeh”.
Dengan terbitnya buku “OTW Masjid” ini, saya bersyukur pada Allah Subhanna wa ta’ala. Sebab tanpa izin-Nya, buku ini tak akan pernah ada di genggaman kita. Dialah yang telah menggerakan Jemari, memberi ide dan inspirasi. Melembutkan hati, menuntun penulis menyusun buku penuh hikmah ini.
Juga kepada orang-ordng yang terlibat. Kepada Kang Idham yang telah “memaksa” saya menyelesaikan buku ini dalam waktu cepat. Penerbit Singa Bangsa, Majelis Tato, teman-teman komunitas motor, dan seluruh narasumber yang bersedia ceritanya dibaca banyak orang. Semoga menjadi amaljariyah.
Kepada istriku yang rela menanti dalam perjuangan, tunggu ucapan terima kasih spesial dariku. Tunggu saja
SKU | TG196719 |
ISBN | 9789790831612 |
Berat | 107 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 13 Cm / 19 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 126 |
Jenis Cover | Soft Cover |