Sebagai bangsa yang dianugerahi kelimpahan sumberdaya, Indonesia memiliki segalanya. Keragaman hayati lautan nomor satu dan keragaman hayati daratan nomor dua di dunia. Apa yang bangsa lain tidak punya, ada di Indonesia. Hanya empat yang tidak dimiliki generasi bangsa saat ini, yakni keyakinan diri, percaya diri, harga diri, dan identitas diri. Penduduknya nomor tiga di dunia, tetapi nasibnya seperti zombi-zombi tidak berjiwa. Kemanusiaan memudar karena dikendalikan utang dan hegemoni neokolonisasi.
Belum lagi ancaman besar dari desain besar “genosida budaya” agraris dan maritim Indonesia yang beragam oleh pihak-pihak yang tersembunyi di balik metafor pembangunan. Meminjam praksis postmodern, gagasan pertanian postmodern ditawarkan untuk menyulut debat filosofis. Bisakah Indonesia bertahan dalam modernitas yang menyengsarakan? Akankah kita bungkam atas makna sejati di balik isme-isme dan kamuflase-kamuflase pembangunan? Akankah kita bangga dengan kelangkaan dan lupa dengan keberlimpahan? Akankah keinginan (pasar, efisiensi dan maksimalisasi produksi) mereduksi kebutuhan (kecukupan, keberagaman dan spesifik lokal)? Akankah generasi post-industri dibiarkan berjalan dalam lorong sunyi kebenaran ilusi? Siapkah generasi era bonus demografi lepas dari neokolonisasi, meski harus bekerja keras, bekerja cerdas, bekerja kreatif, dan bekerja inovatif membangun kembali puing-puing peradaban yang berserakan?
Buku PERTANIAN POSTMODERN ini cukuplah dijadikan pembangkit motivasi bagi generasi era bonus demografi, yang lahir dari “rahim kemodernan”, dibuahi “imperium global”, lalu dibesarkan “nilai keduniaan dan ilusi kebenaran”. Hal tersebut mengkhawatirkan karena mampu membuat generasi menjadi ‘miskin’ dalam keberlimpahan.
SKU | PBS011253 |
ISBN | 978-979-002-774-9 |
Berat | 337 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 21 Cm / 14 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 364 |
Jenis Cover | Soft Cover |