Inti Rasa dalam Keagungan Mistik Kejawen
Banyak rahasia yang berkaitan dengan raos di dalam tokoh-tokoh wayang. Wayang merupakan representasi psikologi raos. Raos, dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu raos njaba dan raos njero. Raos njaba bersifat fisik, jasmaniah, yang memiliki tuntutan badaniah. Dalam lakon wayang seringkali terjadi perebutan negara, senjata, wahyu, dan peperangan. Seolah-olah mengatakan bahwa lakon wayang membangun konflik. Sedangkan raos njero lebih bersifat mistis, memiliki tuntutan spiritualistik. Raos semacam ini diwujudkan oleh perbuatan tokoh-tokoh wayang yang ingin ngudi kasampurnan, artinya berupaya menemukan hakikat hidup. Contohnya tokoh Abimanyu yang berguru kebatinan kepada Begawan Abiyasa. Wejangan-wejangan dalam wayang, seperti Sastra Jendra Hayuningrat milik Begawan Wisrawa, anugerah para dewa, juga mewujudkan arah raos njero.
Dari Kumbakarna, putra dari Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi, kita dapat belajar bahwa ada raksasa yang berbudi pekerti luhur. Sedangkan pelajaran yang dapat kita ambil dari tokoh Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi adalah supaya tidak putus berusaha, rela berprihatin, bertapa dan semadi untuk menebus dosa, hingga lahirlah buah kesabaran mereka, yaitu Gunawan Wibisana yang sempurna.
Tujuan umum buku ini adalah supaya budaya lokal warisan agung ini tak makin tergerus oleh badai budaya massa dan asing yang masuk, yang dipenuhi dengan narasi-narasi, ikon-ikon, dan sensasi-sensasi yang kurang sesuai dengan kepribadian bangsa. Buku ini adalah pemaparan praktis tentang raos-raos atau rasa-rasa yang dapat membentuk karakter manusia melalui refleksi dari lakon-lakon pementasan wayang Jawa yang akan membantu Anda memahami kawruh raos atau ilmu rasa dalam jiwa.
Selamat membaca!