Dalam edisi terakhir dari seri The Naked Traveler ini, kita melihat perjalanan panjang Trinity menuliskan rekaman perjalanannya menggenapi kunjungan ke-88 negara di dunia.
Trinity menumpahkan hal-hal seru, yang bikin senang, kesal, geli, haru, sedih, dan bikin nagih - semua lagi-lagi menularkan virus untuk traveling. Dari perjalanan menyaksikan pesona Iceland yang overrated, menikmati megahnya alam Afganistan dari perbatasaan saat road trip di Asia Tengah, merasakan atmosfer Islam di Iran, menderitanya menjadi traveler difabel, hingga mencoba peruntungan kencan online di Eropa.
Simak juga curhatan pembaca setia yang hidupnya berubah setelah membaca seri The Naked Traveler. Kali ini dua di antaranya turut berkontribusi menuliskan pengalaman mereka dalam bab #TNTEffect yang menambah keseruan buku ini.
The Naked Traveler is over, but its spirit is immortalized right here, in print, forever.
Trinity, tak diragukan lagi merupakan travel writer terpopuler di Indonesia saat ini, menggenapi perayaan 15 tahun ia berkarya sebagai travel writer/travel blogger melalui jilid ke8 atau buku terakhir dari seri TNT. Tulisannya kembali mengingatkan kita pada awal mula membaca tulisan Trinity. Tuturannya menjadi lebih dalam dan personal, makin kocak dan nyeleneh, dengan lebih banyak hal-hal yang membuka pikiran.
Dua pembaca setia yang hidupnya berubah lantaran membaca seri The Naked Traveler, kali ini turut berkontribusi menuliskan pengalaman mereka. Pengalaman #TNTEffect mereka menambah keseruan buku ini.
"Buku ini bener-bener TOP abis! :) Ceritanya mengalir, spontan, lucu, bikin ketawa terpingkal-pingkal, bener-bener menghibur deh ... selain pastinya, memotivasi kita untuk jalan-jalan ke mana saja yang bisa dijangkau, dalam negeri, luar negeri. Pas baca buku ini, aku jadi inget sahabatku pas SMA, si Dini, yang secara cueknya hampir sama dengan si Trinity, pengarang buku ini, sahabatku yang selalu bisa membuatku tertawa terpingkal-pingkal. A must read deh ;)"
—Hasna Diana, Goodreads librarian
"Sampai saat ini, membaca The Naked Traveler 2 terutama di bagian “Sekolah di Filipina” seperti membawa cerita manis zaman sekolah untuk saya. Dan tak hanya soal sekolah di Filipina yang membawa pengaruh besar untuk saya. Beberapa cerita Trinity tentang suka-duka tinggal di hostel pun akhirnya bisa ikut saya rasakan juga. Pada Oktober 2017 kemarin, untuk kali pertamanya saya mencoba untuk tidur di sebuah hostel di kawasan Bukit Bintang, Kuala Lumpur, Malaysia. Saya sampai excited sendiri akhirnya tidur di kamar isi bunk-bed untuk berempat. Tidur di kamar dengan orang yang kita nggak kenal sama sekali awalnya memang aneh, tetapi menurut saya itu semua kembali ke pilihan masing-masing. Kalau kamu cuek dan nggak mau berbaur, ya silakan bete berhari-hari tidur sama orang yang nggak dikenal. Namun, kalau kamu mau sedikit ramah dan mencoba menyapa teman sekamar, dijamin deh mereka bisa saja asyik diajak ngobrol, or at least kamu nggak bengong aja gitu kalau di kamar. Kalau kamu sudah ramah dan teman sekamarmu aneh, ya nggak usah disapa lagi. Jalan-jalan itu gampang, pikiran kamu saja yang bikin ribet.
Setelah kejadian tidur di hostel Kuala Lumpur, ternyata saya ketagihan! Pada Juni lalu, karena selalu “teracuni” Trinity untuk nekat traveling dari hasil nabung mati-matian, akhirnya saya berani traveling ke Tokyo dengan bujet seadanya. Saya tinggal di hostel model dorm yang isinya bisa 20 orang, ke mana-mana jalan kaki dan naik kereta. Saya sampai bangga sendiri karena selama 8 hari di negara orang saya nggak nyasar. Padahal, di parkiran basement saja saya nyasar melulu.
Terima kasih, Tante Trinity!"
—Chatra Elmarady, pemenang kompetisi #TNTeffect
"Kisah perjalanan backpacker yang enak dibaca dan lucu. Dia menulisnya tidak dengan model menceritakan perjalanannya satu-satu dari berangkat sampai pulang, melainkan dengan mengelompokkannya dalam topik-topik yang menarik, misalnya tentang airport, dugem, pijat, sasana hiburan yang memacu adrenalin, "ayam", penginapan, dan sebagainya, yang dilihat dari pengalamannya di berbagai negara. Kelihatan banget Trinity sudah melanglang buana ke berbagai tempat sampai ke tempat-tempat paling terpencil. Keren. Dan bikin iri."
—Mina, Goodreads librarian
"Saya mengenal Trinity lewat dunia maya, sesekali saja kami saling sapa. Tak pernah panjang-panjang, sambil menikmati postingan baru darinya. Cerita perjalanannya sudah berserak di milis([email protected]) dan ditingkahi komentar teman-teman maya.
Trinity memang identik dengan naked traveler. Bagi saya, ia merupakan kamus berjalan untuk urusan senang-senang dan jalan-jalan. Gayanya bertutur sangat sederhana tapi tetap memaksa saya untuk membaca tuntas tiap tulisannya.
Membaca The Naked Traveler, seperti mengenal kemudaan Trinity. Tepatnya, Trinity yang tidak pernah menjadi tua, karena gaya tulisannya yang kenes, keliaran anak muda, kejahilan khasnya dan segudang informasinya sebagai back packers. Catatan perjalanannya kaya karena jelajah tempat yang sudah pernah ia singgahi.
Pembaca milis naked traveler atau Nters tidak hanya di Indonesia. Mereka pula salah satunya yang menjadi pendorong tulisan di blog untuk dibukukan. Hasilnya, buku The Naked Traveler sudah ngetop jauh sebelum di rilis. Termasuk cetak ulang hingga kelima kalinya.
Trinity tidak menawarkan brosur wisata dan tips perjalanan yang menyenangkan. Ia berbagi kesukaannya akan jalan-jalan. Jadi jangan berharap akan menemukan tempat belanja favorit atau foto-foto panorama cantik.
Tapi justru tawaran kecintaan Trinity terhadap urusan jalan-jalan ini yang membuat tulisannya sangat hidup. Personal dan jujur. Kadang tampak dengan segala kebodohannya. Tapi disaat lain ia berujar rezeki nomplok yang diterimanya.
Itulah Trinity. Ia menjuluki dirinya independent traveler. Dalam keadaan tidak ada pilihan, ia pun sesekali ikut paket tur. Seperti misal ketika ia ikut tur di Puerto Rico, bis pun berhenti di belakang sebuah rumah dan sang guide mengatakan, “Ladies and gentlemen, this is….banana tree! Betapa dongkolnya ia. Jauh-jauh hanya untuk melihat pohon pisang. Pesan moral yang ingin diusungnya, Indonesia jauh lebih kaya dan bisa dikomersialkan dengan lebih baik lagi. Tidak perlu ke luar negeri hanya untuk melihat sebuah pohon pisang.
The Naked Traveler menawarkan catatan perjalanan yang tidak biasa. Justru karena tadinya merupakan catatan personal, isinya sangat kaya, tak terduga dan kadang membuat tergelak. Sekali lagi, buku Trinity “memaksa” saya membaca dari awal kalimat hingga lembar terakhir yang baru tuntas jam empat pagi. Di balik namanya yang sangat “canggih” tetap saja pembaca tidak akan menemukan sepotong foto Trinity yang tercantum. Mungkin itu salah satu cara Trinity menjaga imaji pembacanya."
—Alarikka, Goodreads librarian
"This books is taken from the writer's blog. The story inside this book is about the journey of the writer as a backpackers to all the province in Indonesia ana another 33 countries all over the world.
By reading this book, we can know a lot of things like place to hang out, place that has a good view, habits that commons in one place, transportation, airport condition, place to hang out, and a lot of other things about travelling. The writer is totally success to make the reader feel the actual situation there.
If you want to know more, i think better you read it by yourself guys... :-)"
—Nadia, Goodreads librarian
"This is such a good book ^^ I learned many things reading this book .... Damn, banyak banget hal penting, hal lucu, ngegemesin, menarik, menjijikan, menyeramkan, everything you can find in this stuff. Isinya sungguh inspiratiff, bikin saya ngilerr aja buat pergi kesana sini,, ceritanya mengalir, renyah, keren deh pokonya.. karna udah suka banget baca buku ini, jadi sekalian baca sitenya juga."
—Tanti Gonzi, Goodreas librarian
"Saya termasuk orang yang gak terlalu suka dengan travelling, tapi dengan baca buku ini sudah bisa merasakan pengalaman yang dirasakan trinity dengan travelling. Bener bahwa buku ini bukan seperti brosur pariwisata lebih kepada diary perjalanan sehingga tempat yg jelek benar dibilang jelek dan tempat yang bagus dibilang bagus dengan kadar yang pas, tidak berlebihan."
—Andri, Goodreads librarian
SKU | BQ-040 |
ISBN | 978-602-426-106-1 |
Berat | 340 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 13 Cm / 20 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 256 |
Jenis Cover | Soft Cover |