- Apa rahasia juara dunia lomba makan hot dog asal Jepang yang makan 50 hot dog dalam 12 menit?
- Apa alasan seorang dokter asal Australia rela menelan setumpuk bakteri berbahaya?
- Bagaimana bisa calon teroris terdeteksi melalui rekening bank di Inggris?
- Mengapa penipu melalui e-mail sering menyatakan diri berasal dari Nigeria?
- Mengapa orang dewasa justru mudah ditipu daripada anak-anak?
Buku ini memaparkan pemikiran yang tidak biasa, aneh, dan jarang terpikir oleh orang kebanyakan. Disertai contoh-contoh menarik, cerita yang memikat, dan analisis yang tidak lazim, kedua penulis mendorong kita agar mampu berpikir jauh lebih rasional, lebih kreatif, dan lebih produktif.
Cara baru yang revolusioner ini telah terbukti menyelesaikan berbagai masalah, baik masalah kecil ataupun global. Anda pun bisa mempraktikkannya di berbagai bidang, mulai dari bisnis, olahraga, hingga politik.
STEVEN D. LEVITT, seorang profesor ekonomi di Universitas Chicago, dianugerahi Medali John Bates Clark, yang diberikan kepada ekonom Amerika Serikat paling berpengaruh di bawah usia empat puluh. Dia juga merupakan seorang pendiri The Greatest Good, yang menerapkan gaya pemikiran Freakonomics dalam bisnis dan filantropi.
STEPHEN J. DUBNER, seorang penulis pemenang penghargaan, wartawan, dan tokoh pertelevisian dan radio. Dia berhenti dari karier pertamanya—nyaris menjadi seorang bintang rock—untuk menjadi seorang penulis. Dia telah bekerja untuk The New York Times dan menerbitkan tiga buku non-Freakonomics. Dia tinggal bersama keluarganya di New York City.
Dengan contoh-contoh kasus yang unik dan menarik, buku ini mengajak kita untuk berpikir tidak biasa, think out of the box, cara berpikir kita yang berbeda dari yang lainnya, di luar rutinitas yang dilakukan, berpikir di luar dari yang umumnya. Dengan berpikir secara tidak biasa, hasil yang diperoleh juga akan luar biasa.
ENDORSMENT
“… begitu memikat. Rasa ingin tahu dapat membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.”
-Malcolm Gladwell, penulis buku bestseller Blink dan The Tipping Point
“Dalam sembilan bab yang menghibur, penulis menunjukkan cara agar tidak jatuh ke dalam pendekatan basi untuk memecahkan masalah.”
-New York Daily News
“Menarik dan menyenangkan.”
-New York Post
“Buku ini akan mengubah hidup Anda.”
-Daily Express
“Ide yang bagus ... diekspresikan dengan penuh percaya diri.”
-Financial Times
“Buku yang menarik dan sangat provokatif.”
-The Horn
“Buku yang paling revolusioner. Mengajari kita untuk lebih produktif, kreatif, rasional, dan berpikir seperti Orang Aneh.”
-Bookreporter.com
“Genius ... membuat Anda menahan napas karena terpana.”
-The Wall Street Journal
“Membaca buku ini akan mengubah Anda menjadi orang yang paling menarik.”
-National Public Radio
“Buku yang indah, penuh hal yang tak mungkin, tetapi menangkap detail sejarah yang membedakan penulis dengan ilmuwan sosial populer.”
-The New York Times
“Rangkaian pelajaran yang sangat menarik dan adiktif dalam aplikasi ekonomi yang populis.”
-The A.V. Club
“Kini, kami semua menjadi Freakonomist.”
-The Washington Post
Mengikuti Rasa Ingin Tahu Dapat Membuat Dunia Menjadi Tempat yang Lebih Baik
Komentar Malcolm Gladwell setelah Membaca Think Like a Freak
Salah satu momen yang luar biasa dalam Think Like a Freak, Steven Levitt dan Stephen Dubner mengajukan pertanyaan berikut; Siapa yang lebih mudah dibodohi, anak-anak atau orang dewasa? Tentu saja, jawabannya jelas anak-anak. Ungkapan klisenya adalah mengambil permen dari tangan bayi, bukan dari seorang pria dewasa. Namun, alih-alih menerima kearifan konvensional sebagai sebuah fakta, kedua pria tersebut membahasnya dengan Alex Stone, seorang pesulap—seseorang yang berkecimpung dalam bisnis membodohi orang. Mereka menanyakan apa pendapatnya. Dan, jawaban Alex? Orang dewasa.
Stone memberi contoh trik sulap dasar “pengangkat ganda”, saat dua kartu ditampilkan seolah satu. Triknya adalah bagaimana seorang pesulap tampak mengubur sebuah kartu yang Anda pilih secara acak dan kemudian, secara gaib, mengambilnya kembali. Sepanjang kariernya, Stone telah sangat sering melakukan trik pengangkat ganda ini. Dia mengatakan bahwa anak-anak—luar biasanya—yang mampu menerka triknya. Tugas seorang pesulap adalah memberikan serangkaian petunjuk untuk mengarahkan perhatian penonton. Orang dewasa sangat pandai dalam mengikuti petunjuk dan memperhatikan. Namun, tidak demikian dengan anak-anak. Pandangan mereka selalu berkelana. Orang dewasa memiliki serangkaian ekspetasi dan asumsi mengenai cara dunia ini bergerak, yang membuat mereka menjadi rentan terhadap profesi yang mencoba mengeksploitasi ekspektasi dan asumsi tersebut. Anak-anak tidak cukup tahu untuk dapat dieksploitasi. Anak-anak jauh lebih ingin tahu. Mereka tidak terlalu memikirkan masalah. Mereka lebih berpikir bahwa dasar dari trik sulap adalah sesuatu yang benar-benar sederhana. Dan, yang terpenting—dan ini adalah favoritku—anak-anak lebih pendek daripada orang dewasa. Jadi, mereka melihat trik sulap dari sudut pandang yang berbeda dan lebih jelas.
Think Like a Freak bukanlah sebuah buku tentang bagaimana cara memahami trik sulap. Itu adalah topik dalam dua buku pertama Dubner dan Levitt—Freakonomics dan SuperFreakconomics. Think Like a Freak adalah tentang perilaku yang kita perlukan serta mengatasi berbagai trik dan masalah yang dunia lemparkan kepada kita. Dubner dan Levitt memiliki resep tentang seperti apa perilaku itu. Namun, fondasinya adalah menarik diri Anda ke dalam pikiran seorang anak kecil, mendongak, menatap trik pengangkat ganda. Bebaskan diri Anda dari ekspektasi, bersiap untuk mendapatkan penjelasan yang sangat, sangat sederhana, dan biarkan perhatian Anda berkelana dari waktu ke waktu.
Dubner dan Levitt sekilas menelaah argumen tersohor mereka dari buku pertama tentang kaitan antara gelombang aborsi di tahun 1970-an dan menukiknya tingkat kriminalitas dua puluh tahun kemudian. Tujuan mereka bukanlah untuk mendebat ulang pernyataan tersebut. Tujuannya adalah untuk menekankan bahwa kita tidak seharusnya menghindari argumen seperti itu hanya karena itu membuat kita merasa sedikit tersinggung. Dubner dan Levitt juga mengisahkan tentang seorang dokter Australia, Barry Marshall, yang telah menggulingkan kepercayaan selama bertahun-tahun saat dia membuktikan bahwa tukak lambung sesungguhnya disebabkan oleh bakteri gastrik, bukan makanan pedas/asam dan stres. Ide tersebut pada awalnya dianggap sangat sesat. Itu benar-benar tidak masuk akal. Itu semacam ide asal yang hanya bisa dimiliki oleh seorang anak kecil. Namun, Dubner dan Levitt menunjukkan, dalam buku terbaru mereka yang begitu memikat, bahwa mengikuti rasa ingin tahu Anda—bahkan sampai ke titik yang sangat tidak masuk akal dan sesat—dapat membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Selain itu, juga sangat menyenangkan.[]
RESENSI
http://trulyrudiono.blogspot.co.id/2016/03/2016-34-lets-think-like-freak.html
"... menyakini Anda benar tidak sama dengan Anda benar."
Baiklah. Saya yakin kalau saya benar, padahal mungkin saja saya tidak benar. Keputusan yang saya ambil menurut saya adalah hal yang benar, tapi pada kenyataannya bisa jadi itu bukan hal yang benar.
Kurang lebih begitulah filosofi dalam buku Think Like A Freak. Sebuah buku dengan judul yang menarik. Sering kali orang tidak ingin terlihat beda. Bahkan, ada yang mau melakukan apa saja agar bisa menjadi sama dengan lingkungan sekitar. Buku ini justru mengajak kita untuk berpikir dengan tidak biasa, think out of the box, cara berpikir kita yang berbeda dari yang lainnya, di luar rutinitas yang dilakukan, berpikir di luar dari yang umumnya. Dengan berpikir secara tidak biasa, hasil yang diperoleh juga akan luar biasa.
Buku ini berisikan hal tentang perilaku yang kita perlukan serta mengatasi berbagai trik dan masalah yang dunia lemparkan kepada kita. Penulis memiliki cara untuk itu. Hanya saja memang tidak biasa. Pembaca dibawa ke alam pemikiran seorang anak kecil, mendongak, menatap trik pengangkat ganda. Bebaskan diri, terimalah penjelasan sederhana, bahkan mungkin sangat sederhana hingga tak pernah terbayangkan, biarkan diri berkelana melintasi dimensi ruang dan waktu.
Terdapat sembilan bab dalam buku ini. Mulai dari Apa Maksud Berpikir seperti Orang Aneh?; Tiga Kata yang Paling Sulit Diucapkan; Apa Masalah Anda?; Kebenaran di Dalam Akar; Berpikir seperti Anak-anak; Seperti Memberi Permen kepada Balita; Apa Kesamaan Raja Sulaiman dan David Lee Roth?; Cara Membujuk Orang yang Tidak Mau Dibujuk; dan Sisi Baik dan Berhenti. Judul bab yang unik, ya. Tiap bab diberikan uraian yang menarik. Untuk beberapa kata yang dianggap perlu mendapat perhatian khusus, diberikan semacam tata letak yang menarik sehingga tidak berkesan sebuah buku teks yang membosankan.
Beberapa uraian, membuat saya memahami beberapa hal yang selama ini menggelitik rasa ingin tahu saya tapi tidak bisa saya temukan jawabannya. Misalnya, mengenai kenapa penipuan di internet selalu menyebutkan Nigeria sebagai asal negara.
Ayolah, bukankah surel seperti itu sering mampir? Sering kali satu nama mengirim berulang kali. Belakangan malah ada yang mempergunakan bahasa Indonesia. Tidak pernahkah Anda merasa penasaran, kenapa Anda yang dijadikan sasaran? Penjelasannya ada di halaman 163.
Kunci utama belajar adalah umpan balik. Hampir mustahil untuk mempelajari apa pun tanpa hal itu. Untuk mengetahui apakah sebuah iklan benar-benar efektif perlu ada umpan balik yang dilakukan oleh para penerima iklan. Sebuah studi dalam buku ini menyebtkan bahwa tanpa iklan pada sebuah halaman koran, pembelian tetap akan berlangsung. Lalu, untuk apa tetap mempertahankan iklan jika umpan balik berupa pembelian tidak seperti yang kita harapkan? Sebenarnya, dalam kasus tersebut pelajaran yang diperoleh adalah iklan tidak mempengaruhi angka pembelian. Sehingga keputusan untuk tidak memasang iklan merupakan hal yang wajar mengingat besarnya biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan yang diperoleh. Tapi para petinggi di perusahaan itu takut akan atasan mereka yang bisa murka jika tidak melihat iklan di halaman surat kabar. Ego atau bisnis yang bicara.
Hal menarik lain bagi saya adalah perihal seseorang yang mampu menghabiskan makanan dengan cepat dalam sebuah lomba adu cepat dan adu banyak makan. Jadi, ingat lomba makan ayam cepat saji yang memakan korban belum lama berselang.
Takeru Kobayashi berpikir berbeda dengan peserta lain. Umumnya mereka memikirkan bagaimana cara makan lebih banyak. Sementara Kobayashi memikirkan bagaimana membuat makanan lebih mudah dimakan. Dengan mudah dimakan otomatis membuatnya mampu memakan dalam jumlah besar. Cara berpikir Kobayashi yang berbeda membuatnya memenangkan berbagai penghargaan. Dan, uniknya ia tak harus mengeluarkan banyak tenaga seperti peserta lainnya. Bisa dikatakan ia sudah menguasai manajemen lomba makan terbanyak dan tercepat.
Kisah tentang Van Halen, sebuah band yang cukup terkenal pada halaman 148 membuat saya terkagum-kagun akan kecerdikan pihak manajemen mereka. Dalam kontrak tur band tersebut ada pasal yang memuat mengenai persyaratan makanan dan minuman. Pada halaman 40 bahkan memuat mengenai camilan, yaitu adanya kripik kentang, kacang-kacangan, pretzel dan M&M's namun jangan sampai ada warna coklat.
Banyak yang menganggap hal ini merupakan sekadar tingkah polah para bintang. Belakangan cara ini justru merupakan cara sederhana tapi cerdik untuk mengetahui apakah penyelenggara sudah membaca pasal tambahan setebal lima puluh tiga halaman. Manajemen perlu memastikan promotor di sebuah pertunjukan sudah mengikuti petunjuk poin demi poin agar tidak ada kesalahan teknis yang fatal sehingga membahayakan nyawa seseorang. Cara untuk memastikan promotor telah membaca klausal khusus dan mengikuti semua prosedur keselamatan yang mereka tentukan adalah dengan melihat isi mangkuk M&M's yang disediakan.
Mengertikan maksudnya? Jika dalam ditemukan ada M&M's coklat, itu artinya pihak promotor tidak membaca klausal tambahan dengan teliti. Untuk itu, pihak manajemen akan melakukan pengawasan ketat pada banyak hal seperti tata panggung, keselamatan di atas panggung hingga memastikan peralatan berfungsi dengan baik.
Sungguh menarik dan inspiratif. Buku ini tidak saja mengajak seseorang untuk berpikir dengan cara yang berbeda agar memperoleh hasil maksimal, tapi juga memberikan alasan kenapa seseorang harus memikirkan cara yang berbeda tersebut. Berbagai kemungkinan yang bisa diperoleh dari aneka cara berpikir yang berbeda mengenai sebuah hal, juga membuat seseorang akan menjadi lebih kreatif.
Pastinya buku ini membuat saya tidak ragu untuk melakukan sesuatu hal yang agak atau malah sama sekali berbeda dengan orang lain. Tak perlu ragu dan malu berpikiran berbeda demi hasil terbaik.
Jika memang bagus, kenapa saya tidak memberikan rating 4 bahkan lima? Pasti banyak yang bertanya begitu. Bagi saya, seandainya kover dibuat lebih menarik, lebih menonjolkan unsur "freak" tentunya buku ini akan lebih menggoda. Seperti yang diterbitkan dalam bahasa Rusia dan Hebrew. Jika hanya ada tulisan freak, agak susah bagi seseorang untuk menebak seberapa freak yang dimaksud penulis dalam buku ini.
Orang freak macam apa yang ingin membuat seekor anjing Dalmatian memiliki bulu putih polos tanpa bintik hitam? Ide gila apa yang ia miliki guna mewujudkan mimpi itu. Gambaran seperti itu yang saya peroleh saat melihat kover versi bahasa Hebrew di Goodreads. Membuat penasaran untuk membaca.
Selain itu, meski menarik, penulis memiliki kecenderungan untuk menyampaikan hal yang tidak perlu dengan panjang lebar. Singkat kata, ada beberapa bagian yang diuraikan dengan bertele-tele sehingga pesan yang ingin disampaikan menjadi melebar dan tidak tepat sasaran.
Kalimat yang paling saya suka dalam buku ini adalah, "Anak-anak membaca buku, bukan ulasan. Mereka tidak peduli sama sekali dengan kritik. Ketika sebuah buku membosankan, mereka menguap terang-terangan, tanpa rasa malu atau takut pada pihak berwenang. anak-anak tidak mengharapkan penulis kesukaan mereka menyelamatkan umat manusia (halaman112).
ARTIKEL LAIN
https://luckty.wordpress.com/2016/03/03/review-think-like-a-freak/
http://utamiutar.com/think-like-a-freak/
https://masifin.wordpress.com/2016/05/04/resensi-think-like-a-freak/
https://thinktrial.blogspot.co.id/2015/01/think-like-freak-by-steven-d-levitt-dan.html
SKU | ND-367 |
ISBN | 978-602-385-516-2 |
Berat | 300 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 15 Cm / 23 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 270 |
Jenis Cover | Soft Cover |