“Titik Ba” ini tidak saja mengalir penaka air, tetapi memukau dan memesona orang yang selalu gelisah mencari hakikat diri dan realitas.
—Ahmad Syafii Maarif, Ketua Umum PP Muhammadiyah (1998-2005), Guru Besar Ilmu Sejarah UNY
“Misalkan, air laut dijadikan tinta, dan daun-daun di seluruh jagat dijadikan kertasnya, masih belum cukup untuk menulis ilmu Allah, Ki Sanak,” ujar Sunan Bonang.
“Tidak sebanyak itu yang saya tuntut. Saya cuma perlu satu titik. Di Titik Ba itu, Kanjeng,” balas Raden Mas Syahid yang kelak bergelar Sunan Kalijaga.
Dari: Film Sunan Kalijaga (1984)

1. Jika segalanya (suara kebenaran, diri, dunia) merupakan keutuhan, adakah paradigma yang memungkinkan kita memahami dan menyelaminya secara utuh, konsisten, dan tuntas?
2. Jika yang selalu kita sadari hanyalah setitik kesadaran pada saat ini dan di sini, apa yang seharusnya kita sadari pada setiap titik tersebut?
3. Jika kebenaran semakin langka dalam arus-deras informasi yang semakin terdistorsi, bagaimana kita dapat tetap setia pada suara hati nurani?

Masalah-masalah fundamental tersebut—yang  telah dijelajahi oleh Ahmad Thoha Faz dengan pendekatan gabungan antara pengetahuan multidisplin dan pengalaman personal selama dua belas tahun—dipetakan dan dirumuskan dalam PARADIGMA TITIK BA. Inilah sebuah tawaran paradigma revolusioner tentang bagaimana menghayati dan menjalani kehidupan dan pembelajaran sepanjang hayat secara utuh, bermakna, dan ikhlas.
Siapa pun Anda, apa pun latar belakang pendidikan dan pekerjaan Anda, karya orisinal yang sangat inspiratif ini akan

1. Mengajak Anda berdiri di atas kaki dan hati sendiri sebagai awal perubahan-diri dari dalam ke luar
2. Menggugah hati dan nalar Anda untuk selalu mengintegrasikan setiap aktivitas dalam spirit mengagungkan nama-Nya