Jiwa Fisha melayang-layang. Hatinya pun menjerit-jerit. Rasa kesakitan karena kanker rahim itu semakin memuncak, seiring jiwanya yang terkapar dalam ketidakberdayaan. Dengan tangan gemetar, ia usap air matanya dengan ujung jarinya. Ia tak menyangka bahwa hinaan dan kebencian itu akan menghadapkannya pada pilihan yang sangat tidak ia bayangkan: bercerai atau dimadu?
Ya, Allah … untuk inikah aku membangun rumah tanggaku? Setelah Kau angkat calon bayi dari rahimku? Setelah Kau buat dua kali aku keguguran? Setelah kujaga terus cinta dan sayangku kepada suamiku? Setelah Kau beri aku kesakitan dengan penyakit ini? Setelah Kau ambil ayahku? O inikah tujuan-Mu sesungguhnya, ya Rabb?