Buku Big Ideas For… - The School… | Mizanstore.com

(0) KERANJANG

Rp 0
Rp 75,650
15% Rp 89,000

Deskripsi

Tanpa diminta, anak-anak dapat menanyakan pertanyaan-pertanyaan terbesar tentang waktu, kematian, kebahagiaan, dan makna dari semuanya. Namun seiring bertambahnya usia, rasa ingin tahu bawaan ini tidak dikembangkan dan menghilang dengan sendirinya.

Buku ini dirancang untuk mengakomodir naluri filosofis spontan anak-anak dan mengembangkannya melalui pengenalan pada beberapa ide filosofis yang paling berpengaruh dan esensial dalam sejarah. Buku ini mengajak kita berkenalan dengan tokoh-tokoh utama filsafat dari seluruh dunia dan dari segala era—serta menunjukkan relevansi gagasan mereka.

Buku pengantar filsafat ini mudah dimengerti. Selain itu, buku ini juga mengajarkan cara yang  
menawan untuk membuka percakapan antara orang dewasa dan anak-anak tentang pertanyaan-pertanyaan terbesar yang kita semua hadapi.

 

 

“Buku ini bisa menjadi jembatan yang menyenangkan bagi para remaja
melatih diri untuk berpikir dengan benar, menempatkan sesuatu pada posisi yang proporsional,
an dari situ meraih sesuatu yang akan menjadi bekal mereka
alam menghadapi dunia—dunia di zaman apa pun itu—yakni kebijaksanaan.”
Iqbal Aji Daryono, penulis Sapiens di Ujung Tanduk


 

“Buku ini akan sangat berguna untuk tiga pihak, yaitu (1) para orangtua yang kerap
ibombardir anaknya dengan pertanyaan, ‘Kenapa?’; (2) anak-anak yang secara alami
elalu curious, ehingga punya pertanyaan polos apa adanya,
api tidak mudah dijawab; dan (3) khalayak umum, terutama bagi siapa saja
ang tertarik memasuki alam pemikiran filsafat.”
A. Fuadi, penulis Negeri 5 Menara



Pengantar

FILSAFAT RAMAH BUAT PE­MBACA MUDA

OLEH: A. FUADI, PENULIS NOVEL NEGERI 5 MENARA

 

“Kenapa Tuhan membikin asteroid?” tanya Salman, anak saya, dengan wajah polos tanpa beban. Dia yang waktu itu masih berumur 5 tahun baru saja menonton video tentang tata surya. Mungkin ada orangtua lain yang mengalami hal serupa seperti saya? Kita tentu kerap diberondong beragam pertanyaan random ala anak-anak. Walaupun polos, pertanyaan mereka tidak mudah dijawab begitu saja, apalagi kalau dimulai dengan kata “kenapa”. Kenapa begini, kenapa begitu.

Repotnya, setelah satu “kenapa” dijawab, jawaban itu beranak pinak menjadi pertanyaan “kenapa” yang lain. Tentu saja pertanyaan-pertanyaan semacam itu tidak selalu bisa kita jawab langsung untuk memuaskan keingintahuan anak. Bahkan, menjawabnya bisa melelahkan karena tidak pernah ada habisnya. Dan ketika capek menjawab, sebagai orangtua, kadang kita mulai menjawab seadanya atau bahkan menggampangkan pertanyaan itu.

Padahal, anak sedang mulai meregangkan otot logikanya. Setiap anak mungkin punya bakat jadi filsuf cilik. Kenapa? Karena mereka menatap dunia dengan penuh keingintahuan dan tidak pernah malu dan gengsi untuk bertanya hal-hal basic sekalipun. Itulah curiosity, itulah curious mind. “Kenapa” adalah pertanyaan filsafati yang sehat dan perlu terus dikobarkan untuk lebih memahami hidup. Sayangnya, seiring dengan bertambahnya umur, kuriositas ini pelan-pelan padam. Mungkin karena kurang terjawab dengan baik. Mungkin karena malu. Mungkin juga karena banyak orang yang tidak senang jika sering ditanya dengan pertanyaan mendasar dengan gaya anak-anak seperti tadi.

 

Filsafat yang Tidak Mengernyitkan Dahi

Filsafat yang sering terdengar berat dan serius—kalau disajikan sesuai dengan kapasitas pembacanya—sebenarnya bisa dinikmati siapa pun, termasuk oleh anak-anak dan pembaca muda. Sebagai contoh, mereka bisa terhubung ke filsafat melalui novel Dunia Sophie karya Jostein Gaarder. Buku ini—yang versi bahasa Indonesianya diterbitkan Mizan—terasa lebih mudah dipahami pembaca karena cara penyampaiannya yang menarik, ringan, dan dalam bentuk cerita. Berbagai mazhab filsafat yang rumit dituturkan melalui kisah Sophie, gadis kecil berumur 14 tahun, yang selalu mendapatkan surat misterius. Rupanya, isi surat itu membawa dia bertualang ke dalam alam pikiran filsafat yang menarik hati.

Yang menarik, novel Dunia Sophie ini kemudian diadaptasi menjadi dua jilid graphic novel yang penuh gambar. Bentangan visualisasi di buku ini semakin membukakan akses pembaca cilik ke ranah filsafat. Kedua buku grafis ini saya rekomendasikan kepada Salman, dan dia menikmatinya.

Filsafat—bila disampaikan dengan baik—tidak membuat dahi berkerut, bahkan bisa terasa fun dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya, filsafat juga bisa menerangkan banyak legenda dan mitologi dengan lebih menarik. Setelah membaca buku-buku filsafat, pembaca muda juga akan mengetahui—dan lebih menikmati—bahwa apa yang mereka tonton sebagai produk pop culture di layar bioskop maupun layar gawai ternyata berakar pada mitologi Yunani dan bangsa tua lainnya. Ketika menonton film dari semesta Marvel, misalnya, pembaca buku filsafat akan lebih paham bagaimana duduk perkara Thor dan Loki dari sisi mitologi. Mitologi adalah salah satu tema yang dikaji dalam buku filsafat seperti Dunia Sophie.

 

Thor, Marvel, dan Filsafat

Pemikiran filsafat mulai muncul pada awal abad ke-6 SM.1 Filsafat dipandang sebagai upaya menjawab musabab pertama (the first cause) dan terakhir (the last cause) alam serta perjalanan hidup manusia.2 Jadi, filsafat mencari kebenaran rasional melalui logika dan argumen akal.

Sebelum itu, manusia menjawab segala pertanyaan hidup melalui penjelasan kepercayaan dan agama. Seperti yang kita yakini, agama mencari kebenaran hakiki berdasarkan wahyu, kitab suci, dan keimanan. Sedangkan, sistem kepercayaan masa lalu disampaikan turun-temurun dalam bentuk mitos, yaitu cerita mengenai dewa-dewa, untuk menjelaskan kenapa kehidupan berjalan seperti adanya. Dalam perkembangannya, filsuf Yunani membuktikan penjelasan mitos tidak bisa dipercaya. Setelah itu, terjadilah pergeseran cara berpikir, dari mitos menjadi kepercayaan pada akal. Jadi, proyek filsuf awal adalah untuk menemukan penjelasan ilmiah dari berbagai proses alam ini. Dengan begitu, pemahaman tentang alam tidak lagi berbasiskan kekuatan supranatural seperti yang ada di dalam mitos.3

Mitos tumbuh di berbagai penjuru dunia dengan bentuk berbeda-beda, tapi dengan alasan yang sama, yaitu untuk menerangkan hal-hal yang belum dipahami manusia. Misalnya, dalam mitos Yunani, dunia ini bermula dari chaos, lalu lahir alam semesta. Setelah itu, muncullah Gaia sang Dewi Bumi dan Uranus sang Dewa Langit yang punya belasan anak. Anak yang paling terkenal adalah si pengkhianat Kronos, yang lalu digulingkan putranya, Zeus, yang kemudian menjadi raja para dewa.4

Gaarder dalam novelnya, Dunia Sophie, menceritakan contoh mitos dari Skandinavia, yaitu figur Thor. Dewa yang bersenjatakan palu ajaib ini digambarkan sebagai sosok yang punya kereta terbang yang dihela dua kambing. Ketika dia mengayunkan palunya, maka menjelmalah guntur dan halilintar dari tindakannya itu, lalu diikuti kemunculan hujan. Mitos ini dibuat untuk menjawab pertanyaan kenapa hujan turun atau tidak turun.5

Peran mitos Thor tidak hanya untuk menjelaskan tentang cuaca, tapi juga tentang tatanan dunia. Dalam mitos ini, ada berbagai dunia, seperti Dunia Midgard (tempat tinggal manusia), Dunia Utgard (tempat tinggal raksasa), dan Dunia Asgard (tempat tinggal para dewa). Pembuat keonaran adalah raksasa jahat yang selalu ingin mengancam ketenangan dunia. Mitos ini dibuat untuk menjelaskan bahwa di dunia akan selalu ada pertempuran antara kebaikan dan kejahatan. Diceritakan bahwa Thor kehilangan palunya, yang mengakibatkan hujan tidak turun dan kemarau datang. Ternyata, palu itu dicuri oleh raja raksasa, Thrym dari Jotunheim.6

Di Yunani, mitos terkenal ditulis oleh Homer dan Hesiod pada 700 SM. Melalui tulisan mereka, muncul kisah dewa-dewi, seperti Zeus, Apollo, Hera, Athena, Dionysos, dan Asklepios. Para filsuf mengkritik Homer karena dewa-dewi versi Homer terlalu manusiawi, egois, dan curang. Seperti kata Xenophanes (570 SM), manusia selama ini telah menciptakan dewa sesuai dengan bayangan dalam pikiran mereka masing-masing.7 Mitologi Yunani yang imajinatif dan berbunga-bunga ini kemudian bersambung ke mitologi Romawi.8 Yang menarik, orang Romawi mengadopsi banyak dewa-dewi Yunani dan mengganti nama-nama mereka, seperti Afrodit menjadi Venus dan Poseidon menjadi Neptunus.9

Dalam perkembangannya, mitos pelan-pelan menjelma menjadi kepercayaan. Mitos terus berkembang menjadi dramatisasi mitos dan upacara ritual. Misalnya, untuk mengundang hujan saat kemarau, laki-laki Skandinavia dipakaikan baju perempuan, untuk menggambarkan Thor yang menyamar di sarang raksasa. Ritual, persembahan, dan sesajen kepada dewa diadakan manusia sebagai cara untuk melawan bencana. Dengan persembahan ini, para pemuja berharap dewa-dewa menjadi kuat dan bersedia membantu manusia.10

Ketika manusia tidak lagi puas dengan mitos dan terus bertanya apa inti sari alam, muncullah pemikiran filsafat, khususnya filsafat alam yang awalnya dibahas para filsuf dari Miletus.11

 

Rengantar Filsafat yang Ramahamah

Kalau contoh-contoh adalah tentang filsafat yang mempertanyakan alam di luar diri manusia, maka buku yang Anda pegang ini lebih banyak membahas filsafat praktis dan bisa digunakan untuk mengenal alam dalam diri manusia. Pendekatan buku ini adalah menuliskan masalah pribadi yang kerap dihadapi manusia sehari-hari, lalu masalah tersebut dibahas dengan menggunakan pemikiran salah satu tokoh pemikir atau filsuf.

Di buku ini, kita menemukan berbagai judul bab yang menggelitik, yang dihubungkan dengan pemikiran tokoh filsuf tertentu. Sebagai contoh, ada Bab “Kenali Dirimu Sendiri: Bersama Socrates”, “Mungkin Kamu Hanya Lelah: Bersama Matsuo Basho”, “Mengatasi Rasa Malu: Bersama Maimonides”, dan ditutup dengan Bab “Kenapa Hidup Orang Dewasa Sulit”. Isu mengenal diri sendiri ini tentu dekat dengan kehidupan anak-anak dan remaja, tapi juga cocok dibaca orang dewasa.

Karena itu, buku ini, menurut saya, akan sangat berguna paling tidak bagi tiga pihak. Pertama, bagi orangtua seperti saya yang kerap dibombardir anaknya dengan pertanyaan “kenapa?”, khususnya yang berhubungan dengan diri mereka sebagai manusia. Kedua, bagi anak-anak yang secara alami selalu curious sehingga punya pertanyaan polos apa adanya, tapi tidak mudah dijawab. Di buku ini, anak-anak bisa menemukan jawaban-jawaban yang mungkin bisa diaplikasikan dalam keseharian mereka atau bahkan menemukan pertanyaan-pertanyaan baru dalam hidup mereka. Dan yang ketiga, bagi khalayak umum, terutama bagi siapa saja yang mulai tertarik tipis-tipis memasuki alam pikiran filsafat.

Buku Big Ideas for Curious Mind: Filsafat untuk Semua adalah akses terbaru bagi pembaca muda untuk mengenal filsafat. Kehadiran gambar yang banyak dan teks yang lebih pendek membuat buku ini punya daya tarik besar bagi pembaca, khususnya anak-anak dan pembaca muda. Filsafat dibahas dalam bentuk permasalahan sehari-hari yang kemudian dijawab dengan pemikiran filosofis para filsuf ternama. Buku ini bisa menjadi pengantar filsafat yang ringan dan ramah, sebelum kelak pembaca menyelami lautan ilmu filsafat yang lebih dalam lagi.

 

Catatan

1 K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 2010, h. 9.

2 C. Verhaak dan R. Haryono Imam, Filsafat Ilmu Pengetahuan: Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-Ilmu, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1989, h. 2. Pencarian musabab pertama ini dibahas lebih lanjut oleh para filsuf alam dari Miletus: Thales, Anaximander, dan Anaximenes. Selain mereka bertiga, ada pula filsuf alam lain, seperti Parmenides, Heraclitus, Empedocles, dan Anaxagoras.

3 Jostein Gaarder, Dunia Sophie: Sebuah Novel Filsafat, Bandung: Mizan, 2010, h. 54. Buku ini mengajak pembaca mengarungi dunia filsafat dengan santai dan akrab melalui kisah gadis kecil Sophie yang mendapat surat-surat misterius berisi pembicaraan filsafat.

4 Anne Millard, Dongeng Yunani, Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2012, h. 344.

5 Jostein Gaarder, Op. Cit., h. 55.

6 Ibid., h. 59.

7 Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, Jakarta: Tintamas, 1980, h. 20.

8 E. M. Berens, Kumpulan Mitologi dan Legenda Yunani dan Romawi, Jakarta: Bukune, 2010, h. 5.

9 Anne Millard, Op. Cit., h. 350.

10 Jostein Gaarder, Op. Cit., h. 57.

11 I. R. Poedjawijatna, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, Jakarta: Bina Aksara, 1986, h. 22.

Spesifikasi

SKU  :  UB-516
ISBN  :  9786024413941
Berat  :  380 gram
Dimensi (P/L/T)  :  17 cm/ 23 cm/ 1 cm
Halaman  :  168
Tahun Terbit  :  2025
Jenis Cover  :  Soft Cover

Ulasan

Belum ada ulasan