Sulit bagi Clara memahami maksud Arjuna bahwa mereka pacaran, tapi harus menjaga jarak. Terlebih lagi saat Arjuna, si siswa teladan, berubah menjadi preman demen tawuran dan meminta Clara untuk memanggilnya Tigris di luar sekolah. Clara heran, kenapa Arjuna begitu cepat berubah sikap, seolah-olah Arjuna dan Tigris adalah pribadi yang berbeda.
Clara tidak pernah tahu, Arjuna pun kewalahan menghadapi dirinya sendiri. Arjuna memiliki trauma masa kecil yang dia sembunyikan dari siapa pun.
Tanpa mengetahui semua masa lalu Arjuna, Clara akan tetap mencintai Arjuna dalam versi apa pun. Namun, apakah Clara akan bertahan ketika hubungannya dengan Arjuna mulai membahayakan nyawanya?
Prolog
Anak laki-laki itu berlari dari ruang TV menuju kamar yang pintunya segera dia tutup. Dia tertatih-tatih karena terluka oleh pecahan kaca di telapak kaki kanannya. Bertelanjang dada, dia memperlihatkan punggungnya yang dipenuhi sayatan. Ada bekas sundutan rokok yang sudah mengering dan dua luka baru sayatan pisau sepanjang 6 cm di punggungnya.
Dia membuka lemari pakaian dan masuk ke dalamnya dengan tubuh bergetar. Gelap. Suara langkah kaki terdengar samar-samar di luar sana. Dia membekap mulut agar tangisnya tak terdengar.
“Arjuna, Sayang ....” Suara itu ... suara Mama.
“Ayo, ikut Mama. Kita pergi ke tempat yang jauuuh ... lebih aman dari dunia ini.” Terdengar suara tawa.“Ikut Mama, ya?”
Arjuna, anak laki-laki berumur tujuh tahun itu menggeleng.
“Kamu belakangan ini senang main petak umpet, ya?”
Arjuna memejamkan mata merasakan perih dari luka yang baru saja dibuat oleh mamanya. Tak ada suara apa pun. Saat pintu lemari terbuka, Mama berteriak. “Ketemu!”
Arjuna semakin gemetar.
“Papa pasti senang kalau kita berdua pergi bareng. Hiks. Hiks. Ahahaha!” Mama menangis, lalu tertawa. Kedua tangannya terulur ke hadapan Arjuna. Sebuah pisau masih tergenggam di tangan kirinya. Menyadari itu, Mama langsung membuangnya. “Mama enggak akan ngapa-ngapain kamu, kok.”
Arjuna menangis tanpa isakan. Hanya air mata yang mengalir ke pipinya.
Mama menghapus air matanya dengan penuh penyesalan. “Mama jahat! Mama jahat! Mama enggak becus!”
Mama tersenyum sambil menangis. Juga mengulurkan tangannya kepada Arjuna. “Ayo, sini, Nak! Kita sama-sama ke surga sekarang ...."
Asli ini bikin greget, senyum-senyum sendiri, kaget, nyesek. Bikin ketagihan.
-@reodejjast
Tigris sangat misterius yang bikin penasaran untuk mengetahui sosoknya yang sebenarnya.
-@sun_dreamy
SKU | RY-97 |
ISBN | 978-623-5866-15-4 |
Berat | 280 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 14 Cm / 21 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 292 |
Jenis Cover | Soft Cover |