Dulu Lalan ditakuti karena sepak terjangnya di dunia para preman, disegani karena tato yang tercetak di hampir sekujur tubuhnya. Namun, kini ia adalah sosok yang berbeda. Ia berjuang untuk istri dan anak-anaknya, “Ingin memberi mereka rezeki yang halal,” katanya. Dan, Lalan bangga menjalani dunia barunya sebagai peracik kopi, meski hijrah ini membuatnya jatuh miskin!
Tahun lalu, pada masa-masa awalnya berhijrah, saat sentimen SARA mencuat dalam pertarungan politik ibu kota, ia masih berujar, “Jika tragedi '98 terulang lagi, toko-toko itu yang kali pertama akan saya bakar!” Sambil menunjuk kompleks pertokoan yang dikelola oleh para pengusaha yang berbeda etnis dengannya. Namun, ia kini punya cara pandang berbeda terhadap mereka yang dulu begitu ia benci, “Ternyata dulu saya salah. Kita mungkin tidak bersaudara dalam iman, tetapi kita bersaudara dalam kemanusiaan ….”
Perjalanan seperti apa sebenarnya yang sudah dilalui Lalan?
Apa yang sudah mengalahkannya secara telak?
Inilah biografi orang biasa. Inilah Hijrah Bang Tato.
---
Tentang Penulis
Fahd Pahdepie, lahir di Cianjur, 22 Agustus 1986, adalah entrepreneur dan intelektual publik yang telah melahirkan banyak buku best seller. Dia mendapatkan gelar Master of International Relations dari Monash University dengan beasiswa pemerintah Australia dan meraih penghargaan Outstanding Young Alumni 2017 dari Australia Global Alumni serta Australia Awards. Fahd merupakan anggota dari Monash Global Leaders dan termasuk dalam daftar 20 pemimpin muda berpengaruh Australia-ASEAN dalam A2ELP 2013, versi Australia-Malaysia Institute dan Asialink.
Saat ini, dia merupakan CEO dari inspirasi.co dan Executive Director Digitroops Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang jasa komunikasi strategis dengan berbagai klien dari dalam dan luar negeri. Dia juga merupakan pemilik dari jaringan bisnis Visi Matahari Pagi (VMP) yang menaungi sejumlah kafe, barbershop, dan co-working space, serta PT Umrah Leadership Series (ULS).
Buku Hijrah Bang Tato dianggap sebagai salah satu contoh terbaik dalam counter-narrative act to radicalism and extremism dan telah membawanya ke banyak konferensi serta talk tingkat dunia, di antaranya TED Inspired Talk oleh Australia Global Alumni, Monash Arts Alumni Summit oleh Monash University, Conference of Australian and Indonesian Youth (CAUSINDY) 2017 di University of Melbourne, Singapore Writer Festival (SWF) 2017, dan masih banyak lagi.