Nirmala suka banget bikin sumpah-sumpah konyol, hingga dianggap aneh oleh teman-teman. Dia baru kena batunya saat melihat Rajendra, atlet taekwondo idolanya, membawa payung saat hujan lebat. Nirma spontan bersumpah minta ditampar kalau sampai cowok itu menawarinya sepayung berdua.
Gara-gara janji Nirma itu, Rajendra jadi kena masalah.
Rajendra terancam gagal ikut seleksi pekan olahraga tingkat provinsi karena berada bersama Nirma pada saat yang nggak tepat. Ingin sekali ia menjauhi gadis itu, tapi takdir terus mendekatkan mereka, dengan berbagai masalah yang senantiasa mengikuti tanpa henti.
Alifiana Nufi lahir di Jakarta tanggal 25 Juni. Saat ini menetap di Blora, Jawa Tengah. Penikmat serial How I Met Your Mother dan semua seri Harry Potter. Sedang berusaha mewujudkan keinginannya untuk membangun taman bacaan.
Janji merupakan salah satu karya terpilih dalam kompetisi menulis “Belia Writing Marathon Batch 2” di akun @beliawritingmarathon yang diadakan Bentang Belia.
Beberapa karya Alif yang pernah terbit: antologi Curhat Move On (2012), antologi Ototo wa Koibito (2013), Perfectly Imperfect (2015), (A)babilsitter (E-book Novela Bentang, 2017), dan Guru Wow untuk Kids Zaman Now (2018).
Beberapa cerita lain seperti Soulmaid, His Hazel Eyes, dan Bergamot di-publish di akun Wattpad @matchaholic.
Alif bisa dihubungi di Twitter @alifianufi atau Instagram @jurnalifia.
Keunggulan
Janji merupakan naskah terpilih dari Kompetisi Menulis Belia Writing Marathon Batch 2 di Wattpad. Cerita remaja ini telah dibaca lebih dari 500 ribu kali di Wattpad. Tanpa mengurangi humor dan keasyikan kisah anak remaja, Alifiana Nufi berhasil menyampaikan pesan moralnya kepada pembaca. Melalui Janji, penulis menyampaikan cara mencintai seseorang tanpa mengesampingkan impian yang harus diusahakan.
Kesan Alifiana Mengikuti Kompetisi Belia Writing Marathon Batch 2
Menulis kisah remaja atau teen fiction, merupakan hal baru buat saya. Apalagi, masa teen saya sudah expired sejak beberapa tahun yang lalu, bukan hal mudah bagi saya untuk menuliskannya. Namun, karena tak mudah itulah, saya jadi tertantang untuk mengikuti Belia Writing marathon Batch 2 ini.
Berawal dari postingan salah satu teman saya di grup kepenulisan yang saya ikuti, beberapa dari kami memutuskan untuk mendaftar BWM batch 2. Saya mengisi formulir dan ringkasan cerita lewat ponsel, karena saat itu sedang berada di luar kota. Alhamdulillah, saya lolos bersama dengan lima belas peserta lainnya.
Selama tiga bulan, kami berusaha menghandirkan cerita yang kami tulis sebaik-baiknya untuk pembaca. Awalnya, agak minder sih karena beberapa peserta yang saya tahu, sudah memiliki nama besar di dunia kepenulisan. Namun, rasa minder itu perlahan pudar karena kami sering sharing materi kepenulisan dan saya belajar lebih banyak dari mereka. Itu salah satu hal yang menyenangkan dari mengikuti event ini.
Ada juga sih sih hal-hal yang kadang bikin kami, atau saya pribadi down, yaitu saat Wattpad eror. Kami saling mengecek postingan teman yang update hari itu, karena kadang tidak muncul di akun Wattpad beliawritingmarathon. Namun, rasa down itu hilang saat membaca komentar penyemangat dari teman-teman pembaca. Benar-benar moodbooster buat saya.
Terima kasih untuk pihak Bentang Belia yang telah memilih cerita ‘Janji’ menjadi salah satu karya yang akan diterbitkan. Terima kasih juga untuk teman-teman yang sudah mendukung Jendra dan Nirma hingga akhirnya terpilih untuk diterbitkan. Semoga cerita tersebut bermanfaat untuk teman-teman, terutama untuk yang sedang berusaha meraih impian. Tetap semangat ya!
Sampai jumpa di cerita-cerita saya yang lain.
Testimoni
“Ini bener-bener kisah romansa anak SMA yang bisa dijadiin panutan, nggak ada keegoisan semata mengatasnamakan cinta. Mereka bener-bener menciptakan kisah romansa yang emang teramat wajar yang romantis gemes dan feeling realitasnya kerasa banget. Mereka nggak buta akan cinta, mereka tetap berpijak pada kenyataan dan memperjuangkan mimpi yang harus mereka raih. Mereka juga yang terkadang bikin gue sadar dengan quote-quote nusuk yang bertebaran. Cerita Janji mengajarkan cara mencintai seseorang tanpa mengesampingkan impian yang harus diusahakan. Realistis.”
—Route_A, pembaca Janji di Wattpad
“Moodbooster banget kalo lagi gabut di kelas, ya, baca Janji. Sifatnya Jendra bikin gemes sekaligus baper abis. Demi bokser merah Mas Giri! Nggak baca Janji bakal rugi. Hihihi.”
—meiskeameliaa, pembaca Janji di Wattpad
“Usaha, kerja keras, dan berprestasi. Janji banyak menyisipkan sisi ini dalam cerita dengan latar anak remaja. Tanpa mengurangi humor dan keasyikan kisah anak remaja, pesan moralnya juga sampai. Semangat terus generasi muda, buktikan kalian nggak semicin meme di Instagram!”
—FithAndrean, pembaca Janji di Wattpad
“Suka deh, sama alurnya. Meskipun garis besarnya percintaan ringan. Tapi, banyak banget hal baik yang bisa dipetik. Nggak melulu gila soal hati, tapi lebih mengedepankan urusan mimpi dan masa depan, tentang niat dan usaha yang sungguh-sungguh. Gila ... kok, gue suka banget, ya? Cinta deh, gue .... Ini serius loh, karakternya unik gitu. Nggak mainstream yang menye-menye minta ditabok, atau dingin-dingin kayak batu es yang banyak ditemuin.”
—Nanda-Dee, pembaca Janji di Wattpad
“Janji itu cerita enak banget dan beda dari cerita remaja lainnya yang kebanyakan fokus tentang percintaan SMA, alurnya juga menceritakan kehidupan remaja banget. Di cerita ini juga ngajarin namanya kerja keras dalam meraih cita-cita, cara memotivasi diri sendiri walau sedikit konyol, dan keluarga yang saling support. Selain itu juga ngajarin kalo cinta nggak harus harus ditunjukin dengan cari perhatian ke orang yang disuka, tapi bisa dengan selalu support ke arah positif. Recommended banget buat remaja-remaja sekarang yang lagi ngalamin percintaan ala SMA.”
—fenisafitri28, pembaca Janji di Wattpad
Cuplikan
D emi bokser merah Mas Giri! Gue nggak lagi mimpi, kan? Kak Jendra ngajakin gue pulang bareng!
Nirma melongo dengan wajah bodoh saat laki-laki berbadan tegap yang selama ini menjadi trending topic di kepalanya menghampiri di kelas, dan mengajaknya pulang bersama.
Ya Tuhan, jangan-jangan sebentar lagi gajah bakal bertelur, ya? Atau, tsunami bakal datang sebentar lagi? Ah, pasti ini cuma mimpi!
Nirma pun mencoba menggigit lidah sendiri dan mencubit pipinya berkali-kali, ternyata sakit. Masih tidak percaya, gadis itu bahkan menjambak rambut Alya yang tak kalah terkejutnya.
“Aduh! Lo kenapa sih, Nir?!” raung Alya jengkel karena kesakitan. Tak mau ambil pusing lagi, Alya mengalihkan pandangan ke arah Jendra. “Kak Jendra kepalanya ketendang, ya, waktu latihan taekwondo? Kok mau, sih, sama Nirma? Kayak nggak ada yang lebih cakep aja.”
“Pakai dukun mana lo?” Kini Alya beralih kepada Nirma sepenuhnya.
Alih-alih marah dengan pertanyaan Alya yang kelewat pedas, Nirma malah tersenyum semringah. Jika sahabatnya tersebut berkomentar dengan kalimat yang terlampau jujur seperti biasa, berarti ini memang bukan mimpi.
Jendra sendiri tak menjawab, hanya tersenyum simpul kepada Alya. Toh, nyatanya senyuman itu membuat jantung Nirma ikut kebat-kebit.
“Ini beneran, Kak? Kak Jendra ngajakin gue pulang bareng?” tanya Nirma, yang dijawab Jendra dengan anggukan mantap.
Ingin rasanya Nirma koprol dari dari lantai dua saking senangnya. Namun, kemudian manik matanya bersirobok dengan mata laser Nessa, yang siap membolongi dan membakarnya hingga tak berbekas.
Itu Kak Nessa pengin banget di-culek matanya, ya? Memelototin gue sampai segitunya. Kak Jendra kan masih milik umum, suka-suka dia dong mau pulang sama siapa.
Nirma menyambut genggaman tangan Jendra dengan erat, berusaha mengabaikan setiap tatapan mematikan yang dilaluinya sepanjang koridor menuju tempat parkir.
Ini baru pulang bareng, loh. Kalau Kak Jendra tiba-tiba khilaf terus minta gue jadi pacarnya, kayaknya gue bakal digantung Kak Nessa di tiang bendera. “Lo kenapa, Nir?” tanya Jendra khawatir. Namun, Nirma hanya menggeleng pelan. Tak lupa gadis itu menerbitkan senyum manisnya yang serupa gula aren agar Jendra tak banyak bertanya.
Mereka terus berjalan beriringan melalui koridor sekolah. Sampai tempat parkir, Jendra membukakan pintu mobil untuk Nirma. Gadis itu terdiam, masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya.
Seorang Rajendra Wardhana mengendrai mobil mewah serupa milik CEO-CEO tampan nan kaya raya tujuh turunan, yang pernah gadis itu lihat di platform cerita online. Ke mana motor sport hitam standar tanpa modifikasi yang sering dibawa cowok itu?
“Kenapa diam aja?” tanya Jendra heran. “Nggak usah kebanyakan mikir, kerutan di jidat lo tambah banyak, tuh.”
Nirma sama sekali tak marah mendengar celetukan Jendra. Dia malah senang karena Jendra ternyata perhatian terhadap wajah jelatanya ini.
Gadis bersurai hitam sepunggung itu juga senang sekali bisa duduk bersebelahan dengan Jendra dalam jarak sedemikian dekat. Jendra, yang biasanya jarang tersenyum, kini sudah berkali-kali tersenyum ke arahnya.
Kayaknya, Kak Jendra naksir gue, deh. Berarti artikel yang gue baca tentang penelitian dari University of Paris, soal cewek biasa punya daya pikat lebih tinggi dibanding cewek cantik, itu bener, dong1. Buktinya, Kak Jendra nggak tertarik sama Kak Nessa, malah kayaknya naksir gue. Tuhan memang Maha-adil. Kalau cowok cakep cuma mau sama cewek cantik, nggak ada yang namanya perbaikan keturunan, dong.
Tanpa sadar, Nirma tersenyum memikirkan alasan Jendra mengajaknya pulang bersama. Dia sempat membayangkan mungkin di sekitar sini ada Cupid yang salah melesakkan panah asmaranya, sehingga tiba-tiba saja Jendra yang biasanya hanya bisa dilihat dari jauh, kini ada di sebelahnya.
Tak lama berselang, Jendra menepikan mobil di jalanan yang lumayan sepi, dan menekan tombol central lock. Nirma tersekat dan pikiran buruk langsung terlintas di kepalanya, berbanding terbalik dengan hal-hal manis yang dia bayangkan tadi.
Seperti yang pernah dia baca, laki-laki yang mengajak perempuan berduaan di mobil, lalu menghentikan mobilnya di tempat sepi, biasanya akan melakukan hal-hal yang tidak baik.
Nirma menggeleng keras, menyesali kebodohannya karena pernah membaca cerita yang seharusnya belum boleh dia baca.
“Ke-kenapa dikunci, Kak?” Gadis itu mundur hingga mencapai ujung kursi. Matanya menatap Jendra waspada, sementara tangannya bersidekap di depan dada.
Jendra berdecak sebal melihat tingkah Nirma yang begitu berlebihan. “Kenapa mundur-mundur gitu? Gue cuma pengin ngomong sesuatu sama lo.” Jendra kini mendapat atensi Nirma sepenuhnya. “Gue, sebenernya udah lama perhatiin lo. Gue tau lo sedikit aneh, tapi nggak tau kenapa gue malah suka. Jadi ... lo mau nggak jadi pacar gue?”
Tampar gue, Kak! Sadarin gue dari mimpi yang terlalu manis ini! “Halo ... bumi memanggil Nirma.” Jendra mengibaskan tangan di depan wajah Nirma yang masih terlampau kaget.
“Jadi, gimana? Lo pilih gue, atau ... tirai nomor dua?” tanya Jendra lagi, sembari menirukan ucapan pembawa acara kuis di televisi.
“Ini beneran, Kak?” tanya Nirma lagi, yang dijawab Jendra dengan senyuman yang membuat gadis itu ambyar seketika. “Uhm ... uhm ... mau, Kak.”
“Apanya yang mau, Nirma?” tanya Jendra lagi. Namun, ada yang janggal sekarang. Rasanya suara Jendra sangat mirip suara Pak Salman, guru sejarah yang terkenal killer.
Gadis itu sedikit heran, kenapa sayup-sayup terdengar suara Pak Salman? Padahal, seingatnya, beliau tidak ikut menebeng mobil Jendra.
Kok, rasanya Pak Salman kayak duduk di jok belakang, ya? Tapi, tadi jok belakang kan, kosong. Jangan-jangan ....
“NIRMALA! BANGUN!”
SKU | BE-117 |
ISBN | 978-602-430-375-4 |
Berat | 260 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 15 Cm / 21 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 264 |
Jenis Cover | Soft Cover |