Buku KEKI - Sheilanda Khoirunnisa | Mizanstore
Ketersediaan : Habis

KEKI

    Deskripsi Singkat

    Sinopsis Tingkah Sahla memang seringkali absurd, tapi kali ini yang paling puncak. Ia bersikeras memakai helm sepanjang hari di sekolah. Alasannya? Sahla grogi berat jika harus bertemu, apalagi bertatap muka dengan Ahyar, sang pujaan hati yang untung atau sialnya jadi sekelas. Jika sampai berpapasan, Sahla akan langsung lari kencang, kabur… Baca Selengkapnya...

    Rp 64.000 Rp 20.000
    -
    +

    Sinopsis
    Tingkah Sahla memang seringkali absurd, tapi kali ini yang paling puncak. Ia bersikeras memakai helm sepanjang hari di sekolah. Alasannya? Sahla grogi berat jika harus bertemu, apalagi bertatap muka dengan Ahyar, sang pujaan hati yang untung atau sialnya jadi sekelas. Jika sampai berpapasan, Sahla akan langsung lari kencang, kabur tanpa peduli apapun lagi.

    Melihat tingkah Sahla ke Ahyar, hati Ken langsung bergejolak. Apa sebegitu sukanya Sahla ke Ahyar? Apa Sahla sama sekali nggak ingat dengan Ken? Dengan janji mereka bertahun-tahun lalu? Ken merasa nggak punya banyak waktu untuk mewujudkan janji mereka di masa lalu, tapi ia juga dibuat kewalahan dengan tingkah Sahla yang nggak pernah menyadari perasaannya.
     

    Tentang Sheilanda Khoirunnisa

    Sheilanda Khoirunnisa

    Sheilanda Khoirunnisa lahir di Kediri, 21 September 1993. Anak pertama dari empat bersaudara. Saat ini masih berstatus sebagai mahasiswi Pendidikan Ekonomi di UN PGRI Kediri. Memiliki mimpi untuk jadi pengarang mega best seller. Dan, sangat berharap karya-karyanya suatu hari nanti bisa difilmkan dengan jutaan penonton.
    Sheila—begitu ia akrab disapa— suka menulis sejak masih kecil. Buku catatan sekolah sejak SD selalu dipenuhi dengan puisi atau coretan cerita random ala anak kecil. Di bangku MTs, ia mulai sering membuat cerpen dan membaginya di jejaring sosial Friendster.
    Cerita yang ditulisnya selalu mengangkat tema keluarga, persahabatan, brothership, dan bromance, dengan romance sebagai pemanis. Sering membuat tokoh utama cowok sangat menderita. Juga, hobi membuat cerita yang supersedih. Namun, juga tetap membumbui semuanya dengan sentuhan komedi yang segar.
    Saat duduk di bangku SMA, Sheila mulai berani unjuk gigi, memperlihatkan karya-karyanya kepada teman. Ia bergabung dengan redaksi majalah Kharisma—majalah sekolah—yang terbit satu semester sekali. Dan, karyanya rutin menjadi pengisi salah satu slot dalam majalah itu. Sesekali Sheila juga membagi cerpen atau fan fiction di blog.
    Tahun 2016, Sheila menerbitkan dua novel yang berjudul Extraordinary Espresso dan Play Game, Eat Food!.
    Sheila memiliki akun Wattpad sejak tahun 2015. Sayang, ia belum berani membagi cerita di sana karena takut akan plagiarisme. Hanya ada satu cerita yang ia bagi di sana sampai dua tahun lamanya.
    Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, banyak karya dari Wattpad yang dilirik penerbit. Dari sanalah, Sheila mencoba peruntungan dengan mulai membagi cerita di Wattpad secara aktif. Karena tanggapan yang diberikan oleh pembaca dilakukan secara real-time, mendongkrak semangat Sheila untuk terus menulis sehingga ia menjadi lebih produktif.
    Saat ini ada 17 karya yang sudah ia bagi di akun pribadi Wattpad—baik karya baru maupun lama—sejak mulai aktif di Wattpad awal tahun 2017.
    Dan, dari Wattpad pula, Sheila akhirnya dapat mengikuti project dari Bentang Pustaka, Belia Writing Marathon Batch 2, yang mengantarkannya menulis Keki, hingga dapat terbit secara mayor seperti sekarang ini.
    Let’s get in touch and be friends with Sheila melalui surel [email protected]. Atau, bisa juga melalui Facebook dengan username Sheilanda Khoirunnisa, atau Instagram dengan username @SheilandaK. Kamu juga bisa mengunjungi akun Wattpad Sheila dan baca-baca ceritanya yang lain di sana. Username Wattpad Sheila sama seperti username Instagram, @SheilandaK.
     




    Keunggulan Buku

    Keki  merupakan naskah terpilih dari Kompetisi Menulis Belia Writing Marathon Batch 2 di Wattpad @beliawritingmarathon. Cerita remaja ini telah dibaca lebih dari 341 ribu kali di Wattpad.  Selain gaya bercerita yang renyah, Sheilanda juga menyuguhkan ide cerita unik tentang kisah cinta remaja berbalut misteri. Pembaca akan diajak menebak-nebak dan memecahkan misteri masa lalu para tokoh. Meski terkesan penuh misteri, Sheilanda menyajikan kisah ini dengan penuh humor. Karakter para tokohnya juga akan membuat pembaca gemas dan sulit berhenti untuk terus membacanya.

    Testimoni

     “Entahlah ada ‘sesuatu’ yang bikin nagih dari Keki. Ibarat masakan kayak micin, kali, ya. Haha. Sekali baca nggak bisa berhenti. Apalagi ditambah duo cogan beserta bromance-nya. Beuh … sedaaap! Nggak mendayu-dayu ala sinetron. Romansa cinta masa remaja dapet banget. Kocaknya apalagi. Bakalan kangen sama Garong, Ken, Ahyar, dkk.”
    —@khaeranif, pembaca Keki di Wattpad
    Keki itu ceritanya pas buat siapa aja. Baik untuk dicontoh oleh orang tua maupun anak. Ceritanya nggak bikin bosen, malah bikin kangen dan dinanti-nanti. Bahasanya mudah dipahami. Terus, ngingetin aku kalo nggak boleh nilai orang dari luarnya aja. Dan, kepercayaan itu amat penting dalam segala hubungan. Shei, kapan nelurin cerita baru lagi?”
    —@MartaLengsih4, pembaca Keki di Wattpad
    “Keki: Kamu udah baca cerita ini, belum? Kalau belum, kamu termasuk golongan orang-orang yang merugi. Ending-nya bikin orang pengin masuk sumur, loh! Kepo, kan? Sudah kuduga, haha! Banyak banget teka-teki yang mesti kamu pecahin di cerita ini. Psttt … penulisnya juga penuh teka-teki, loh. Yuk, bareng-bareng kita kupasss!”
    —@nobitt, pembaca Keki di Wattpad
    “Baca Keki rasanya kayak naik roller coaster. Emosi diajak naik turun. Kadang senang, kadang sedih. Kadang dibuat tersipu, kadang dibuat cemburu. Keren banget jalan ceritanya, beda sama kisah-kisah lain yang pernah aku baca. Banyak pelajaran yang kita dapat dalam setiap kepingnya. Keki wajib jadi salah satu koleksi bacaan di rumah!”
    —@Pluviophile30, pembaca Keki di Wattpad
    “Persahabatan dan perjuangan cinta yang fair. Kesannya bukan cuma kisah cinta ABG, melainkan juga tentang bagaimana mereka harus memikirkan masa depan yang masih sangat panjang untuk dijalani. Juga, kasih sayang seorang ayah yang luar biasa untuk anak gadisnya. Love this story!
    —@su_enti, pembaca Keki di Wattpad

    Cuplikan

    Sahla sedang dalam perjalanan menuju ruang guru. Ia membawa buku tugas Ekonomi untuk dikumpulkan kepada Bu Wulandari. Sahla bersenandung kecil, seakan-akan ia sedang berjalan di tengah ladang stroberi yang sejuk, indah, dan tercium aroma wangi buah. Sampai pada anak tangga terakhir, langkah Sahla berbelok ke kiri, dan … seketika terhenti. Ada seseorang yang tengah berjalan dari arah berlawanan. Kedua pipi Sahla menyemu merah karenanya. Ahyar selalu terlihat memesona di mata Sahla. Soal tampang, tak perlu dibahas lagi. Ahyar adalah cowok dengan tinggi 183 cm, dengan kulit putih bersih. Dilihat sekilas, ia seperti orang Asia Timur blasteran dengan ras Kaukasoid. Namun tidak, ia adalah orang lokal yang kebetulan memiliki gen super. Hidungnya bangir, dengan bibir tipis, dan kedua mata dengan sorot teduh. Bahkan, kacamata tebal yang ia kenakan tak sanggup menutupi pesonanya. Jika biasanya murid yang memakai kacamata tebal cenderung dianggap culun, tapi itu tak berlaku untuk Ahyar. Kacamata tebal itu seakan menjadi daya tarik terbesarnya. Buku astrologi yang selalu ia bawa ke mana-mana, membuat pesona Ahyar memancar berlipat-lipat. Visual Ahyar sungguh tak main-main.
    Cowok jangkung itu benar-benar mengalihkan dunia Sahla sejak kali pertama menjadi murid di sekolah ini. Jantung Sahla berdebar-debar tiap kali menatap Ahyar. Ingin rasanya Sahla selalu berada bersama Ahyar, berbincang, dan melakukan apa pun. Pasti sangat menyenangkan.
    Sayangnya, hal itu sejauh ini hanya menjadi sebuah angan kosong. Tiap kali melihat Ahyar, bukannya menyapa, atau, paling tidak, melakukan kontak mata, Sahla justru berbalik haluan secepat kilat. Sahla harus pergi. Ia tak mau bertatap muka dengan Ahyar. Ia belum siap. Ia malu. Ia takut terkena serangan jantung, lalu mati. Sahla belum mau menuju alam barzah, sebelum cintanya kepada Ahyar kesampaian.
    Woy, kalau jalan lihat-lihat, dong!” protes seorang siswi yang tak sengaja Sahla tabrak.
    Sahla cuek saja. Langkahnya mengayun semakin lebar dan cepat. Fokusnya hanya satu, kabur menghindari Ahyar. Semakin jauh Sahla berlari, semakin bertambah pula kecepatannya, pun semakin banyak siswa-siswi yang tak sengaja ia tabrak.
    Mereka mengumpat, mengatai Sahla dengan sumpah serapah. Iya kalau Sahla baru pertama seperti ini, mereka mungkin bisa memaklumi. Namun, cewek itu cukup sering berlari tunggang-langgang, menabrak orang-orang, kemudian langsung lanjut berlari tanpa ada niat mengatakan maaf.
    Sahla sebenarnya adalah seorang cewek yang manis. Matanya yang besar tampak selalu berbinar. Bibirnya yang mungil, tampak selalu tersenyum meski ia sedang tidak melakukan apa-apa. Dengan pipi yang bulat dan selalu bersemu kemerahan dan tinggi kurang dari 150 cm, ia tampak seperti cewek yang keluar dari komik-komik Korea.
    Andai saja ia tak memiliki kebiasaan buruk suka menabrak orang, ia pasti akan populer karena keimutannya itu. Sayangnya, justru karena kebiasaan itu yang membuat ia terkenal seantero sekolah, meskipun ia masih kelas X. Ya, Sahla sangat tersohor, tapi dengan reputasi yang kurang baik. Untungnya, Sahla tak pernah merasa bahwa ia memiliki banyak haters. Hanya untuk memahami satu orang, Sahla membutuhkan banyak waktu, apalagi jika harus memahami isi hati seluruh penghuni sekolah.
    Mereka tak tahu bahwa Sahla selalu bertingkah aneh seperti ini, karena ia menghindari Ahyar. Sahla lupa segalanya tiap kali bertemu Ahyar. Ia bahkan tak memikirkan lagi niat awalnya mengumpulkan rangkuman ke ruang guru, tugas dari Bu Wulandari. Padahal, sebentar lagi jam istirahat kedua akan habis.
    Sahla belum berniat untuk berhenti berlari. Persimpangan menuju kelas X-IIS-5 sudah di depan mata. Sahla tetap memacu kecepatan maksimal. Ia berbelok, kemudian menghantam sesuatu yang membuatnya terjungkal. Seseorang yang baru saja ia hantam, terlihat masih berdiri dengan kokoh. Ia membungkuk, memperhatikan keadaan Sahla yang terjatuh dalam posisi tidak elite.
    “Kamu nggak apa-apa?” tanya seseorang itu dengan nada khawatir.

    ***
    Setahun berada di kelas X terasa begitu cepat. Tak terasa, tepat pada hari ini, Sahla sudah resmi menjadi siswi kelas XI. Untunglah sekolah-sekolah di kota ini tidak terlalu memperhitungkan masalah akademik untuk masalah kenaikan kelas. Meskipun nilai akademiknya kurang bagus, jika kelakuannya baik dan mereka tidak absen saat UAS, pasti akan naik kelas. Sejauh ini, Sahla tidak pernah melakukan kesalahan di luar batas. Jadi, para guru memutuskan untuk menaikkan ia ke jenjang selanjutnya.
    Sahla ingin ikut berkerumun bersama siswa-siswa lain di depan mading. Di sana tertera daftar kelas baru para murid. Sahla ingin segera tahu kelas barunya. Dengan begitu, ia bisa langsung ke sana, dan mencari tempat duduk.
    Sahla memanfaatkan keminiannya untuk menyusup di antara berjubel siswa-siswi yang juga sudah tak sabar ingin melihat kelas masing-masing.
    “Gue nggak salah lihat, kan?” tanya salah satu siswi.
    “Salah lihat apaan?” tanggap yang lain.
    “Ini ….” Siswi itu tak sanggup melanjutkan. Ia hanya sanggup menunjuk pada tulisan yang membuatnya kaget. Siswi yang lain segera mengalihkan pandangan ke sana. Seketika reaksi mereka tak kalah lebay dari siswi tadi.
    “Demi apa Ken pindah ke IIS?”
    “Ken nggak mimpi, kan, pas milih jurusan?”
    “Tapi, nggak apa-apa, sih. Dengan Ken pindah ke IIS, kita nggak bakal dianggap remeh lagi sama anak-anak MIA. Murid terpintar di sekolah ini aja pindah ke IIS, kan?”
    “Bener juga, ya!”
    “Duh, Ken kenapa pindah segala, sih? Ken …. Ya Allah, Ken!” ratap anak-anak MIA.
    Satu nama di kelas XI-IIS-1 itu begitu mencuri perhatian. Sementara itu, siswa-siswi lain heboh dengan Ken yang pindah jurusan ke IIS, Sahla justru dihebohkan dengan hal lain.
    Masih di kelas yang sama XI-IIS-1, tetapi Sahla difokuskan pada satu nama yang berbeda. Sahla tercengang, diam, seakan membeku. Matanya masih fokus menatap satu nama itu. Nomor absen orang itu, tepat berada di atasnya. Samran Ahyar Ibrahim.
    Sekali lagi, Samran Ahyar Ibrahim.
    Demi apa? Kenapa Ahyar bisa sekelas dengannya?
    Bagaimana ini? Padahal, setiap kali melihat Ahyar, Sahla selalu lari tunggang-langgang. Apa jadinya jika ia dan Ahyar berada dalam satu kelas?
     

    Resensi

    Spesifikasi Produk

    SKU BE-114
    ISBN 978-602-430-327-
    Berat 280 Gram
    Dimensi (P/L/T) 15 Cm / 21 Cm/ 0 Cm
    Halaman 292
    Jenis Cover Soft Cover

    Produk Sheilanda Khoirunnisa

















    Produk Rekomendasi