AHMAD SYAFII MAARIF
Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif. Lahir di Sumpur Kudus, Sijunjung, Sumatera Barat, 31 Mei 1935 dan wafat di Yogyakarta, tanggal 27 Mei 2022, dalam usia 86 tahun. Beliau mendapat gelar sarjana muda dalam bidang sejarah dari IKIP (sekarang UNY) Yogyakarta pada 1968. Kemudian, melanjutkan program Master di Departemen Sejarah Universitas Ohio, Amerika Serikat, dengan Beasiswa Fullbright. Sementara gelar doktornya diperoleh dari Program Studi Bahasa dan Peradaban Timur Dekat, Universitas Chicago, AS, dengan disertasi: Islam as the Basis of State: A Study of the Islamic Political Ideas as Reflected in the Constituent Assembly Debates in Indonesia. Selama di Chicago, Syafii Maarif, terlibat secara intensif melakukan pengkajian terhadap Alquran, dengan bimbingan dari seorang tokoh pembaharu pemikiran Islam, Fazlur Rahman.
Setelah berhasil meraih gelar doktor di Universitas Chicago, Syafii Maarif, kemudian mulai berkarir dan aktif menjelajah organisasi keagamaan termasuk organisasi keagamaan Muhammadiyah pada tahun 1995 silam. Pada saat itu, beliau menjabat sebagai Wakil Ketua PP Muhammadiyah. Kariernya semakin memuncak setelah ia berhasil menduduki kursi sebagai pimpinan Muhammadiyah pada tahun 1998 hingga tahun 2000. Selama kiprahnya menjadi pimpinan Muhammadiyah di tahun tersebut, beliau berhasil membawa Muhammadiyah ke arah yang lebih baik. Keberhasilan Syafii Maarif menjadi pimpinan Muhammadiyah tersebut kemudian membuat para peserta muktamar Muhammadiyah kembali menjadikannya sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah, pada periode 2000-2005.
Karier Syafii Maarif, tidak selesai sampai di situ saja. Setelah meninggalkan posisinya sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah, beliau aktif dalam komunitas Maarif Institute, yang didirikannya pada 28 Februari 2003. Maarif Institute didirikan sebagai bentuk kesadaran akan pentingnya institusi kultural yang memperjuangkan dan mensosialisasikan watak dan ciri khas Islam Indonesia sebagai agama rahmatan li al-alamin, inklusif, dan toleran serta memiliki kesesuaian dengan demokrasi yang berpihak kepada keadilan.
Pada tahun 2008, Syafii Maarif menerima Ramon Magsaysay Award for Peace and International Understanding. Menerima tanda jasa Bintang Mahaputra dari pemerintah Republik Indonesia pada tahun 2015. Pada 24 November 2020, mendapatkan penghargaan People of The Year 2020 Kategori Lifetime Achievement (prestasi seumur hidup). Di kancah internasional, pernah menjadi presiden World Conference on Religion and Peace (WCRP) sebagai forum tokoh-tokoh lintas agama dunia bermarkas di New York yang mempromosikan agama sebagai instrumen perdamaian dan anti-kekerasan.
Guru besar IKIP Yogyakarta ini, memiliki radius pergaulan yang sangat luas, egaliter, dan teguh pendirian. Cendekiawan-intelektual-ulama berwawasan luas dan terbuka. Aktivis multidimensi. Keteguhan integritas etisnya tidak diragukan. Warga negara dan masyarakat Indonesia menobatkannya sebagai “muazzin bangsa”, bapak bangsa dan guru bangsa. Sebagian besar tulisannya adalah masalah-masalah Islam, kebangsaan, dan politik-keummatan, baik dalam bentuk buku maupun yang dipublikasikan di sejumlah media cetak.
Sederetan karya Syafii Maarif, di antaranya; Mengapa Vietnam Jatuh Seluruhnya ke Tangan Komunis (1975); Islam, Politik dan Demokrasi di Indonesia dalam Aspirasi Umat Islam Indonesia (1983); Dinamika Islam (1984); Islam, Mengapa Tidak? (1984); Al-Quran, Realitas Sosial dan Limbo Sejarah (1985); Keterkaitan antara Sejarah, Filsafat, dan Agama (1997); Islam dan Politik di Indonesia (1988); Peta Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia, (1993); Percik-Percik Pemikiran Iqbal (1994); Membumikan Islam (1995); Muhammadiyah dalam Konteks Intelektual Muslim (1995); Islam dan Politik Teori Belah Bambu Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965) (1996); Islam dan Masalah Kenegaraan: Studi tentang Percaturan dalam Konstituante, (1997); Islam: Kekuatan Doktrin dan Keagamaan Umat (1997); Islam dan Politik: Upaya Membingkai Peradaban, (1999); Independensi Muhammadiyah di Tengah Pergumulan Pemikiran Islam dan Politik (2000); Mencari Autentitas dalam Kegalauan (2004); Menggugah Nurani Bangsa (2005); Titik?Titik Kisar di Perjalananku: Otobiografi Ahmad Syafii Maarif, (2006); Menerobos Kemelut: Refleksi Cendekiawan Muslim (2006); Islam dan Pancasila sebagai Dasar Negara (2006); Independensi Muhammadiyah di Tengah Pergumulan Pemikiran Islam dan Politik (2000); Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan: Sebuah Refleksi Sejarah. Bandung: Mizan, (2009); Mencari Autensitas dalam Dinamika Zaman (2019), dan lain sebagainya.[]


