Doktor John Grant, simbolog terkemuka dari Amerika, tak menyangka bahwa kunjungannya ke Indonesia akan serumit ini. Datang sebagai pembicara di sebuah pertemuan komunitas penggemar teori konspirasi, Doktor Grant justru terseret ke dalam labirin kasus pembunuhan seorang pejabat pemerintahan.
Misi pengejaran yang semula satu arah ternyata berbalik menyerang dirinya. Dibayangi teror, Doktor Grant harus segera menghentikan gerak sang pembunuh sebelum korban lain berjatuhan. Pengejaran itu tanpa disangka membawanya menelusuri lorong rahasia di Jakarta, menguak simbol-simbol terpendam yang tak banyak diketahui orang.
Rahasia besar jakarta yang sengaja dikubur dalam-dalam oleh para pembangunnya selama berabad-abad terkuat satu per satu. Bukti tak terbantahkan berserakan; ada sejarah yang sengaja tak disampaikan.
Rizki Ridyasmara lahir tidak jauh dari Istana Merdeka Jakarta. Monas adalah taman bermain keseharian saat kecil. Kini, kampung kelahirannya jadi belantara beton. Pembelajar yang tak pernah kenal kata usai ini hobi menyusuri Jakarta pada waktu malam. Judul-judul yang pernah ditulisnya antara lain Jacatra Secret, Codex: Konspirasi Jahat di Atas Meja Makan Kita, The Escaped: Misteri Kuburan Adolf Hitler di Surabaya, Sukuh: Misteri Portal Kuno di Gunung Lawu, Firegate: Piramida Gunung Padang. Jacatra Secret adalah novel pertamanya yang segera menarik perhatian pembaca Indonesia berkat jalinan cerita yang penuh intrik dan mendebarkan.
- Novel thriller berlatar belakang konspirasi di Indonesia
- Mengungkap rahasia konspirasi di balik pembangunan Jakarta sejak zaman kolonial
- Memaparkan rahasia simbol-simbol terpendam di Jakarta yang tersebar di berbagai tempat
- Membongkar sepak terjang kelompok rahasia legendaris dunia di Indonesia
- Kaya fakta sejarah yang belum banyak diangkat ke permukaan
- Segera diadaptasi ke dalam film layar lebar
FAKTA
Batavia dibangun VOC menurut cetak biru Freemasonry Hindia Belanda. Kelompok persaudaraan okultis ini menyisipkan aneka simbol Masonik-nya di berbagai tata ruang kota, arsitektur gedung dan monumen, prasasti makam, dan lain-lain, yang masih bisa disaksikan hingga sekarang. Pada 1738 dan 1751, Vatikan menyatakan Freemasonry tidak bertuhan. Pada 1962, Presiden Soekarno membubarkannya. Namun, pada 2000, Gus Dur menerbitkan Keppres No. 69/2000 yang melegalkan kembali Freemasonry di Indonesia. Menurut catatan Dr. Th. Stevens dalam Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764–1962 (2004), sejumlah tokoh
Indonesia menjadi anggota persaudaraan ini. Mereka antara lain pelukis Raden Saleh, Ketua Boedhi Oetomo Raden Adipati Tirto Koesoemo, dan juga kapolri pertama, Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo. Sekarang persaudaraan ini masih eksis sebagai motor utama kaum Imperialis-Globalis. Pada awal Orde Baru, Mafia Berkeley merupakan salah satu pelayan mereka. Kelompok
ini kini dikenal sebagai kelompok Libertarian.
Semua deskripsi tata ruang kota, arsitektur museum, monumen, dan prasasti makam dalam novel ini adalah AKURAT.
(Jacatra Secret)
KUTIPAN
Sebuah novel kadangkala sering lebih jujur bertutur tentang sejarah ketimbang buku-buku teks di sekolah-sekolah resmi.
(Hal. 42)
Betapa dahsyatnya nilai sebuah buku. Sebuah ilmu pengetahuan.
(hal. 20)
Sejarah memang mengejutkan! Oleh karena itu, banyak penguasa menggelapkannya.
(hal. 60)
Sejarah telah mencatat bagaimana manusia banyak tergelincir dari jalan kebenaran akibat godaan dunia yang bernama Takhta, Harta, dan Wanita. Sejak dahulu hingga kini. Juga esok. (hal. 84)
Semakin kita mempelajari sejarah, akan kian banyak kesamaan yang akan kita dapati, dan makin banyak pula yang membuat kita bertanya-tanya.
(hal. 149)
Tidak ada yang lebih misterius ketimbang sejarah.
(hal. 311)
NUKILAN
GUNTUR MENGGELEGAR MELEDAKKAN langit Jakarta. Kilat berpendaran bagai lampu rotator yang menyapu puncak-puncak gedung dan pucuk pepohonan. Merobek langit hitam pekat bagai dentuman meriam yang teramat dahsyat. Di tengah guyuran hujan yang menggila, Profesor Sudradjat Djoyonegoro terus berlari memintas Taman Fatahillah yang gelap dan licin. Orang tua yang seluruh tubuhnya basah kuyup itu berusaha bertahan mencapai gerbang utama Stadhuis secepatnya.
Pintu itu tinggal dua puluh meter lagi ….
Tiga puluh kaki di belakang orang tua berusia 66 tahun itu, seorang lelaki berpakaian serbahitam mengejarnya dari arah Kafe Batavia. Larinya jauh lebih lincah daripada buruannya. Tangan kanannya menggenggam Glock Model 17 berperedam. Sebentar lagi dia akan mencapai Sudradjat yang tertatih di depannya.
Dengan susah payah Sudradjat mendaki anak tangga menuju pelataran. Kedua kakinya gemetaran. Tulang-tulangnya serasa patah. Tenaganya nyaris hilang. Pandangannya menggelap. Hanya satu meter sebelum gerbang tubuhnya limbung dan ambruk. Jantungnya bekerja terlalu keras memompa darah
dalam impitan udara dingin yang menusuk tulang. Dadanya sesak bagai dijepit dua karang raksasa. Sudradjat megap-megap. Udara begitu sulit dirasakan masuk ke dalam paru-parunya. Apakah ini waktuku?
Dia berbalik.
Di hadapannya, sosok pengejarnya kian mendekat bagai bayangan singa raksasa yang siap menerkam.
Profesor itu tidak kuat lagi berdiri. Susah payah dia berusaha terus mundur dengan kaki tertekuk ke depan. Orang tua itu kini bagai tikus tua yang tersudut. Pintu museum yang terkunci rapat menahan punggungnya. Dia tidak bisa lagi ke manamana. Punggungnya lekat menempel dengan pintu yang terbuat dari kayu jati tebal. Dalam hitungan detik, sang pemburu telah berdiri di atasnya. Seluruh kepalanya tertutup topeng hitam, yang hanya menyisakan dua lubang kecil untuk mata.
Orang tua itu tergeragap, “Siapa kau? Mau ap …?”
Sudradjat tidak bisa meneruskan kalimatnya. Lelaki yang tampaknya jauh lebih muda itu tiba-tiba menginjak mulutnya keras-keras. Orang tua itu menggelepar. Kedua tangannya bergerak liar, berusaha merenggut kaki pemburunya yang teramat kuat. Napasnya kian sesak. Sudradjat kehabisan tenaga.
Jantungnya yang lemah dipaksa bekerja memompa darah lebih banyak lagi ke seluruh tubuh. Kini kepala Sudradjat bagai dihantam beliung raksasa yang mematikan.
Malam yang dingin dirasakan begitu menyesakkan.
Sang pemburunya berteriak serak, “Di mana kau simpan medalion itu! Kau tidak berhak lagi, pengkhianat!”
Medalion! Head of Mason.
Sudradjat menggigil.
Dia sekarang tahu sedang berhadapan dengan siapa. Hanya sedikit orang di seluruh muka bumi ini yang mengetahui keberadaan benda tersebut. Dan, lebih sedikit lagi yang tahu bahwa dirinya akan membongkar semua kejahatan persaudaraan.
Apakah hantu ini utusan persaudaraan yang akan menghapusku? Apakah dia Sang Penghapus?
Sudradjat disengat bayangan ketakutan yang luar biasa. Namun, otak Harvard-nya sadar bahwa itu tidak akan banyak menolongnya malam ini. Setiap yang hidup pasti mati. Dan, malam ini takdirnya sudah ditentukan.
Waktuku tinggal sedikit ....
Walaupun dalam posisi yang sama sekali tidak memihak dirinya, Sudradjat berusaha menguatkan hati untuk tetap tegar menghadapi bayangan hitam yang tengah menginjak kepalanya.
Kebenaran memberiku kekuatan melebihi apa pun.
“Apa maksudmu? Aku tak mengerti …,” ujarnya serak.
Akan tetapi, orang tua itu bukan seorang aktor yang baik. Sang hantu mengetahui kalimat yang diucapkan tidak lebih sebagai pengulur waktu.
Bayangan hitam itu mendesis marah. Pijakan kaki di kepala tak berdaya itu diperkeras.
“Aku takkan bertanya lagi. Di mana kau simpan?!” bentaknya melebihi guntur yang menggelegar di langit.
Sudradjat berusaha menggeleng, tetapi tidak bisa. Kaki yang menginjaknya dirasakan begitu kokoh. Lehernya serasa mau patah. Pipinya benar-benar melekat kuat di lantai. Beberapa kerikil dirasakan melesak masuk menusuk kulit wajahnya. Sudradjat hanya bisa menggapai-gapaikan tangannya.
Waktunya telah habis. Lelaki bertopeng hitam itu menepati janji.
“Pergilah kau ke neraka!”
Dalam kilatan halilintar yang menerangi gerbang museum yang gelap, dari ekor matanya yang sudah tua, Sudradjat melihat pria bertopeng itu telah mengangkat pistolnya dan mengarahkan laras dengan peredam logam tepat ke perutnya.
Di tengah dekapan udara dingin yang menusuk tulang, keringat Sudradjat mengucur deras. Dia merasakan hawa panas menyergap kesadarannya dan memuntirnya bagai putaran topan dahsyat mengaduk samudra.
Aku harus mengulur waktu!
Memperpanjang nyawa merupakan refleks setiap manusia ketika berhadapan dengan maut. Siapa pun akan begitu.
“Tunggu … tunggu dulu …!” ujarnya serak. Nyaris tak terdengar. Tangan kanannya masih menggapai-gapai ke udara, lalu menggenggam erat kaki yang masih menginjak pipinya.
Tenaganya kian melemah. Si pembunuh menunggu dengan senjata tetap teracung tepat ke bawahnya. Kedua matanya begitu menakutkan. Tak ada ampun bagi pengkhianat.
Sudradjat tiba-tiba menangis. Keberanian lelaki tua itu sirna. Benteng ketegarannya bobol. Kematian terasa begitu dekat. Sudradjat luruh pada saat terakhir. Bibirnya terbuka sedikit. Gemetaran.
Akhirnya, orang tua yang sudah di ambang kematian mengatakan sesuatu.
"Buat saya, Jacatra Secret adalah tulisan yg cerdas, sempurna untuk pecinta sejarah, dan sarat teka-teki. Penulis berhasil membawa saya kepada imajinasi visual sehingga saya penasaran untuk buka halaman selanjutnya sampai akhir. Saya suka buku ini!"
(Marcella Zalianty; Pekerja Seni dan Produser Film)
"Rizki Ridyasmara, lewat The Jacatra Secret, menjadikan ruang novel sebagai wahana yang intens, penuh teka-teki dan misteri, untuk mengungkapkan makna yang tersirat di dalam sejarah dan kehidupan keseharian. Lewat refleksi dan monolog interior yang digarap dengan sangat baik, pembaca diajak menjelajahi relung-relung sejarah kota Jakarta dengan diwarnai kejutan demi kejutan. Sekali mulai membaca, pasti tidak dapat berhenti sampai akhir halaman. Suatu cerita menegangkan yang cerdas dan patut dibaca!"
(Janna Karina Soekasah Joesoef; Pekerja Seni, Creative Marketing Director at Ghea Fashion Studio & Founder of Mitra GAIA)
"Novel THE JACATRA SECRET membuktikan jika sejarah Jakarta dan Batavia yang saya paparkan dan yakini adalah benar!"
(Prof. Ahmad Mansyur Suryanegara, sejarawan)
Membaca buku ini serasa membaca buku sejarah. Saya bisa mendapatkan informasi tentang sejarah kelam Jakarta. Salut pada Rizki Ridyasmara atas riset bukunya. Sangat mendetail dan sedikit membuat saya tercengang. Saya jadi tahu nama-nama Belanda gedung bersejarah yang dibangun di ibukota. Buku ini pun semakin memupuk rasa nasionalisme saya. Selain itu, saya juga cukup tertarik dengan beberapa fakta menggelitik yang tersaji dalam buku ini. Seperti fakta soal visualisasi bundaran air mancur Hotel Indonesia yang menyerupai mata Horus—mata dewa Mesir kuno yang sering dikaitkan dengan simbol Lucifer dan satanisme, pesan tersembunyi dalam arsitektur Monas hingga makna mistis yang tersembunyi dalam aksi kontroversial Britney Spears dan Madonna di panggung MTV Video Music Awards pada tahun 2003. Sungguh fakta yang menarik!
(Rosmen Rosmansyah, Rosmensucks.wordpress.com)
SKU | BT-571 |
ISBN | 978-602-291-490-7 |
Berat | 380 Gram |
Dimensi (P/L/T) | 13 Cm / 21 Cm/ 0 Cm |
Halaman | 440 |
Jenis Cover | Soft Cover |